Pemerintah Desa Jerukwudel Galakkan Kader untuk Bersama-sama Cegah Stunting

Kegiatan fasilitasi PPKBD dan Sub PPKBD diadakan secara rutin di Balai Desa Jerukwudel. Bulan ini dilaksanakan  pada Jumat (24/01), bertempat di Balai Desa Jerukwudel, Girisubo.  Pelaksana kegiatan ini adalah PKB dan
Pemerintah Desa Jerukwudel, sedangkan pesertanya adalah kader PKK, kader PPKBD dan Sub PPKBD, serta kader kesehatan (Posyandu).

Acara kali ini dibuka oleh kader PPKBD Ngatilah, dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars KB.

Selanjutnya, acara diisi sambutan dari Kasi Pelayanan Desa, Parsiyati, yang mengapresiasi kehadiran ibu-ibu kader dalam kegiatanpertemuan hari ini. Kasipel juga membahas tentang program yang belakangan ini menjadi konsern pemerintah, yakni menanggulangi masalah stunting, sehingga diharapkan para kader untuk serius dan bekerjasama memberi contoh, menggerakan, memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya mencegah bayinya dari stunting. Disinggung juga masalah gerakan menanam kates (pepaya) sebagai bahan olahan makanan untuk asupan makanan yang sehat bagi keluarga, serta juga sayur-mayur yang sebenarnya bisa ditanam sendiri di lingkungan sekitar serta dengan biaya murah. Dengan menanam buah dan sayuran sendiri, selain lebih sehat bagi tubuh serta lebih ekonomis karena tidak harus belanja.

Materi berikutnya disampaikan oleh pembina wilayah dari UPT Puskesmas Girisubo yang juga sekaligus Ibu Kades Jerukwudel, Heni Nurhayati,  tentang pentingnya kader menyediakan data-data rutin tentang bumil, PUS, balita, serta data ibu bersalin. Selain itu, ditekankan oleh Bu Heni, sapaan akrabnya, agar kader bersemangat dalam mengabdi untuk kepentingan masyarakat, khususnya di wilayah binaannya masing-masing (dusun/RT). Diinformasikan oleh Bu Heni juga ihwal rencana kegiatan Posbindu di Dusun Pudak A dan Pudak B, bertempat di Pudak B, serta di Dusun Duwet dan Jerukwudel yang disatukan di Balai Dusun Jeruwudel.

PKB, Sabrur Rohim, SAg, MSI, dalam materinya pertama-tama menyampaikan materi tausiyah agama, karena ini sudah merupakan kegiatan rutin sebelum penyuluhan KB. Disampaikan materi terkait dengan bahaya antraks serta dibahas dalam sudut pandang keagamaan. Disampaikan bahwa dalam Alquran disebutkan tentang 4 (empat) macam hal yang diharamkan, yakni: bangkai, darah, daging babi, serta apa saja (makanan) yang dipersembahkan kepada selain Allah.

Tradisi “brandu”, menurut Sabrur, erat kaitannya dengan kasus antraks di Gunungkidul, karena kasus yang terjadi di Gombang akibat praktik brandu. Apa itu brandu, yakni tradisi menjual secara murah hewan (utamanya kambing atau sapi) yang sudah mati, biasanya menjualnya kepada tetangga sekitar. Secara agama, mengonsumsi atau menjual hewan yang sudah mati adalah terlarang atau haram, karena sama saja memakan/menjual bangkai.

Maka, tekan Sabrur, disarankan kepada kader agar menyampaikan wawasan ini kepada warga, agar menjauhi praktik brandu. Betul memang secara materi rugi bagi pemilik sapi, akan tetapi harusnya disadari bahwa kerugian atas sapi mati belum seberapa dibanding kerugian karena menjalarnya penyakit antraks sebagai akibatnya, serta juga kerugian secara akhirat karena memakan dan menjual bangkai (bathang). Selain itu, dari sudut pandang keagamaan (Islam) kerugian sebesar apa pun tidak ada nilainya ketimbang kerugian akibat kita menyelisihi perintah Allah. Dalam hal ini, jelas kita dilarang mengonsumsi atau memperjualbelikan bangkai (hewan yang matinya tidak karena disembelih).

PKB juga menyampaikan materi tentang cara pengisian blanko laporan pencapaian KB dusun yang secara rutin harus dilaksanakan oleh Sub PPKBD dusun, per bulan. Ini disampaikan karena ada beberapa Sub PPKBD dusun yang  keliru dalam mengisi laporan bulanannya, sehingga butuh dilatih ulang.

Seusai materi PKB, acara ditutup dengan doa bersama menurut keyakinan masing-masing.(*)

[Sabrur Rohim, MSI, PKB Girisubo, Tim TI DP3AKBPMD dan koresponden Diskominfo Gk]
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine