Di balik kemajuan program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga di Kabupaten Gunungkidul, terdapat sosok sederhana namun penuh dedikasi yang selama puluhan tahun mengabdi tanpa pamrih. Dialah Bambang Wardoyo, SSos, seorang Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) yang tidak hanya menjalankan tugas sebagai abdi negara, tetapi juga menjadi inspirasi dan teladan dalam membumikan nilai-nilai kependudukan dan pembangunan keluarga di tengah masyarakat, baik di dalam keluarga, lingkungan masyarakat, bahkan juga di lingkungan kerjanya.
Awal Kehidupan dan Pendidikan
Bambang Wardoyo lahir di Bantul, 1 Januari 1971, dari lingkungan yang sederhana dan penuh nilai kekeluargaan. Sejak kecil, ia dikenal sebagai pribadi yang tekun dan gigih dalam mengejar ilmu. Pendidikan dasarnya ia tempuh di SD Negeri Sribit 2 Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Pundong, Bantul, dan SMA Muhammadiyah Kretek, Bantul. Dorongan untuk terus berkembang membawanya melanjutkan pendidikan tinggi di Kartika Bangsa Yogyakarta, hingga meraih gelar Sarjana Sosial (SSos).
Bambang Wardoyo lahir di Bantul, 1 Januari 1971, dari lingkungan yang sederhana dan penuh nilai kekeluargaan. Sejak kecil, ia dikenal sebagai pribadi yang tekun dan gigih dalam mengejar ilmu. Pendidikan dasarnya ia tempuh di SD Negeri Sribit 2 Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Pundong, Bantul, dan SMA Muhammadiyah Kretek, Bantul. Dorongan untuk terus berkembang membawanya melanjutkan pendidikan tinggi di Kartika Bangsa Yogyakarta, hingga meraih gelar Sarjana Sosial (SSos).
Dari Wiraswasta ke Pengabdi Masyarakat (PNS)
Sebelum menjadi abdi negara, Bambang memulai kariernya sebagai wiraswasta pada tahun 1991 hingga 1993. Namun, panggilan hati untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat membawanya bergabung sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di tahun 1993. Sejak saat itu, dedikasinya tidak pernah surut untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, berbakti kepada masyarakat, khususnya di wilayah binaannya.
Langkah pertamanya sebagai penyuluh KB dimulai di daerah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (1993–2002). Di tengah keterbatasan akses dan medan yang menantang (kondisi khas geografis di luar Jawa), Bambang justru menunjukkan semangat pengabdian luar biasa. Dengan pendekatan yang humanis dan komunikatif, dan semangat yang tinggi penuh dedikasi, ia berhasil menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perencanaan keluarga di wilayah binaannya.
Pada tahun 2002, Bambang kembali ke tanah kelahirannya, Gunungkidul, DIY, dan bertugas di Kapanewon Panggang hingga 2018, kemudian melanjutkan pengabdiannya di Kapanewon Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, yang hingga kini menjadi wilayah kerjanya di bawah naungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kalurahan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Gunungkidul.
Sebelum menjadi abdi negara, Bambang memulai kariernya sebagai wiraswasta pada tahun 1991 hingga 1993. Namun, panggilan hati untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat membawanya bergabung sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di tahun 1993. Sejak saat itu, dedikasinya tidak pernah surut untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, berbakti kepada masyarakat, khususnya di wilayah binaannya.
Langkah pertamanya sebagai penyuluh KB dimulai di daerah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (1993–2002). Di tengah keterbatasan akses dan medan yang menantang (kondisi khas geografis di luar Jawa), Bambang justru menunjukkan semangat pengabdian luar biasa. Dengan pendekatan yang humanis dan komunikatif, dan semangat yang tinggi penuh dedikasi, ia berhasil menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perencanaan keluarga di wilayah binaannya.
Pada tahun 2002, Bambang kembali ke tanah kelahirannya, Gunungkidul, DIY, dan bertugas di Kapanewon Panggang hingga 2018, kemudian melanjutkan pengabdiannya di Kapanewon Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, yang hingga kini menjadi wilayah kerjanya di bawah naungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kalurahan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Gunungkidul.
Menjadi Teladan Melalui Aksi Nyata
Sebagai penyuluh, Bambang Wardoyo tidak hanya pandai menyampaikan teori, tetapi juga konsisten menjadi teladan melalui tindakan nyata. Ia adalah pengguna aktif metode kontrasepsi jangka panjang vasektomi (MOP), sebuah keputusan yang ia ambil untuk menunjukkan komitmen terhadap program KB dan memberikan edukasi melalui pengalaman pribadi. Keberaniannya ini menjadi inspirasi bagi banyak kepala keluarga dalam mengambil keputusan ber-KB secara sadar dan bertanggung jawab. Dengan berdasar pada pengalaman pribadi sebagai akseptor vasektomi, Bambang merasa lebih mudah untuk mengajak masyarakat di wilayah binaannya ikut program KB pria tsb.
Sebagai penyuluh, Bambang Wardoyo tidak hanya pandai menyampaikan teori, tetapi juga konsisten menjadi teladan melalui tindakan nyata. Ia adalah pengguna aktif metode kontrasepsi jangka panjang vasektomi (MOP), sebuah keputusan yang ia ambil untuk menunjukkan komitmen terhadap program KB dan memberikan edukasi melalui pengalaman pribadi. Keberaniannya ini menjadi inspirasi bagi banyak kepala keluarga dalam mengambil keputusan ber-KB secara sadar dan bertanggung jawab. Dengan berdasar pada pengalaman pribadi sebagai akseptor vasektomi, Bambang merasa lebih mudah untuk mengajak masyarakat di wilayah binaannya ikut program KB pria tsb.
Keluarga Harmonis
Di balik keberhasilan Bambang, ada sosok istri yang setia mendampingi, Jumatin, yang lahir di Puritan pada 10 Juni 1970. Mereka menikah pada 23 Agustus 1996, dan telah dikaruniai tiga orang anak yang semuanya telah menempuh pendidikan tinggi, yakni: Ana Mawahdah, SPd, Ana Warahmah, SPd, serta Taufik Abdullah, SPd. Anak pertama dan kedua Bambang lahir di hari yang sama (kembar). Jadi meski punya 3 anak, mereka lahir dari 2 persalinan.
Keluarga Bambang Wardoyo sungguh bisa menjadi contoh nyata implementasi delapan fungsi keluarga dan kehidupan harmonis dalam membangun generasi berkualitas.
Di balik keberhasilan Bambang, ada sosok istri yang setia mendampingi, Jumatin, yang lahir di Puritan pada 10 Juni 1970. Mereka menikah pada 23 Agustus 1996, dan telah dikaruniai tiga orang anak yang semuanya telah menempuh pendidikan tinggi, yakni: Ana Mawahdah, SPd, Ana Warahmah, SPd, serta Taufik Abdullah, SPd. Anak pertama dan kedua Bambang lahir di hari yang sama (kembar). Jadi meski punya 3 anak, mereka lahir dari 2 persalinan.
Keluarga Bambang Wardoyo sungguh bisa menjadi contoh nyata implementasi delapan fungsi keluarga dan kehidupan harmonis dalam membangun generasi berkualitas.
Prestasi dan Penghargaan
Dedikasi dan kerja keras Bambang Wardoyo membuahkan berbagai prestasi membanggakan, antara lain:
Dedikasi dan kerja keras Bambang Wardoyo membuahkan berbagai prestasi membanggakan, antara lain:
1. Juara 3 Tingkat Regional I dalam Lomba Kalurahan Berkinerja Baik untuk program konvergensi penanganan stunting, sebuah penghargaan bergengsi yang menunjukkan perannya dalam integrasi layanan KB dan kesehatan masyarakat.
2. Penghargaan atas pendampingan calon Akseptor Vasektomi dalam rangka peringatan Hari Kartini 2025, yang membuktikan kepeduliannya terhadap pemberdayaan perempuan dan kesetaraan dalam pengambilan keputusan ber-KB.
3. Dinobatkan sebagai Koordinator Tenaga Lini Lapangan Terbaik kategori PKB/PLKB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2025, sebuah pengakuan atas kemampuan manajerial, kepemimpinan, dan ketekunan dalam membina jejaring kerja di lapangan.
Hobi
Selain berprofesi sebagai penyuluh, Bambang juga dikenal sebagai pribadi yang aktif dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. Ia memiliki hobi gym, jogging, dan beternak di bidang perikanan, aktivitas yang membantunya tetap produktif, bugar, dan seimbang dalam menjalani keseharian yang penuh tantangan.
***
Dengan latar belakang pengalaman yang luas, dedikasi tinggi, serta konsistensi dalam memberi contoh nyata, Bambang Wardoyo, SSos adalah sosok yang memang sangat layak maju di ajang Apresiasi Tenaga Lini Lapangan dari unsur Penyuluh Keluarga Berencana PNS tingkat Provinsi DIY tahun 2025. Bambang adalah gambaran nyata dari seorang penyuluh yang tidak hanya menjalankan tugas, tetapi juga menghidupi nilai-nilai pengabdian dengan hati melalui keteladanan.(*)
0 Comments