
Guna mewujudkan hal tersebut perlu kerjasama antara Penyuluh KB dengan kader IMP untuk memberikan penyuluhan dan motivasi kepada PUS yang belum ber-KB. Sasaran utamanya adalah PUS yang seharusnya ber-KB tetepi belum mendapatkan pelayanan KB, yaitu PUS ingin anak ditunda (IAT) dan tidak ingin anak lagi (TIAL). Disamping itu penyuluhan juga perlu diberikan kepada PUS yang diwaktu mendatang diharapkan dapat menjadi peserta KB, yaitu PUS yang sedang hamil. Penyuluhan dan pemberian motivasi dapat dilakukan secara langsung melalui kunjungan rumah, atau dengan memanfaatkan forum-forum yang ada, seperti posyandu, pertemuan PKK, arisan atau pertemuan dasawisma.
Selanjutnya
Penyuluh KB mengingatkan kembali dua momentum penting yang terkait dengan
Program KKBPK, yaitu Hari Keluarga Nasional yang diperingati setiap tanggal 29
Juni dan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli. Sudah
semestinya para kader KB mengingat kedua momentum tersebut karena keluarga dan
anak adalah bagian penting dalam program KB. Keluarga, yaitu unit sosial
terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam suatu tempat.
Dalam program KKBPK juga dikenal adanya keluarga khusus, yaitu keluarga yang
jumlah anggotanya hanya satu orang saja, baik laki-laki maupun perempuan yang
tinggal sendirian di rumahnya. Keluarga khusus seperti ini banyak kita jumpai
di masyarakat, misalnya seorang janda atau duda yang tinggal seorang diri
karena tidak memiliki anak atau anak-anaknya tinggal terpisah. Dari pengertian
tersebut, maka kita semua adalah bagian dari keluarga. Hal ini sejalan dengan
tema Hari Keluarga tahun 2019 yaitu Hari keluarga, hari kita semua.
Dalam
memperingati Hari Keluarga Nasional kita diharapkan dapat mewujudkan empat
pendekatan ketahanan keluarga, yaitu keluarga berkumpul, keluarga berinteraksi,
keluarga berdaya, serta keluarga peduli dan berbagi. Terkait dengan hal ini,
Bapak Sujoko, SSos,MSi, selaku Kepala DP3AKBPM dan D Kabupaten Gunungkidul
menyampaikan sebuah pesan untuk warga masyarakat Gunungkidul. Pesan ini disebut
gerakan kembali ke meja makan, yaitu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan
keluarga paling tidak selama 20 menit perhari yang bisa dilakukan pada momentum
makan bersama, terutama makan malam. Dalam kegiatan berkumpul bersama keluarga
ini diharapkan bisa meluangkan waktu tanpa disibukkan dengan handphone,
televisi, atau alat elektronik lainnya, sehingga bisa saling bercengkerama atau
bertukar pengalaman dengan komunikasi yang lebih berkualitas.
Untuk
materi terkait dengan peringatan Hari Anak Nasional, Penyuluh KB memberikan
kesempatan kepada mahasiswa UNY yang sedang mengikuti Program PLP di Balai
Penyuluh KB Kecamatan Playen. Dengan penuh semangat dan tanpa rasa canggung
berbicara di forum yang dihadiri sekitar seratusan kader, Istnaini Lathifah
memberikan materi tentang pola asuh anak. Dalam mendidik anak, setiap orangtua
mempunyai pola asuh masing-masing. Tujuan dalam pola asuh anak beraneka ragam
dan pastinya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membimbing anak dan
mendidik sehingga fungsi keluarga dapat dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Begitupun dalam pola asuh tidak hanya ibu namun juga disertai peran ayah dalam
mendidik anak. Perilaku orangtua akan sangat menentukan arah kehidupan anaknya.
Secara
umum pola asuh orangtua terhadap anak dibedakan menjadi tiga macam yaitu pola
asuh permisif, pola asuh otoriter, dan pola asuh demokratis. Pola asuh permisif
yaitu tindakan orang tua dalam mendidik anak adalah membiarkan anak melakukan
sesuatu hal yang dia inginkan. Dalam pola asuh ini orangtua dapat cenderung
tidak peduli dengan apa yang dilakukan anaknya dan menggangap semua yang
dilakukan anaknya sudah benar sesuai kebutuhannya. Dampak positifnya anak
mempunyai kebebasan mengasah kreatifitasnya dan mampu menerapkan sesuatu sesuai
dengan kebutuhan diri. Namun dampak negatifnya adalah anak menjadi terlalu
bebas jika tak punya kontrol diri maka akan mudah terjerumus dalam kegiatan
yang tidak baik. Apabila dibiarkan akan terpelosok pada pergaulan bebas, Anak
tidak punya kendali diri sehingga akan merasa apa yang dilakukan sudah benar
dan tidak memikirkan resiko.
Pola asuh
otoriter adalah mendidik anak dengan kendali yang kuat, semua harus sesuai
dengan keinginan orangtuanya. Dalam pola asuh ini keputusan mutlak ditangan
orangtua dan anak harus patuh serta taat pada perintah orangtua. Kegiatan anak
banyak dikendalikan oleh orangtua, anak tidak mempunyai pilihan lain. Sisi
positif dalam pola asuh ini, jika orangtua memang memberikan pendidikan yang
baik dan anak mampu melakukan maka ia akan menjadi orang yang sukses karena
orangtua pasti menginginkan anaknya sukses. Sisi negatif dalam pola asuh ini,
anak menjadi berkurang kognitif kreatifnya karena tidak dilatihkan untuk
berfikir, dan mempunyai rasa takut yang berlebihan sehingga dapat berpengaruh
dalam psikologis yang dapat berpengaruh dalam sikap sosial, cenderung enggan
untuk bersosial kepada masyarakat. Anak cenderung merasa tidak nyaman dengan apa
yang dikerjakan dan terasa terkekang oleh orang tuanya sendiri.

Sejalan
dengan tema Hari Keluarga Nasional dan Hari Anak Nasional, Petugas dari
Puskesmas Playen II juga memberikan materi terkait anak dan keluarga. Bidan
Daris Wulandari selaku Pembina wilayah Desa Bleberan menyampaikan informasi
bahwa Puskesmas Playen II akan menggelar lomba balita sehat. Diharapkan semua
dusun dapat mengirimkan peserta, dengan ketentuan antara lain: balita tersebut
anak pertama atau ke dua, saat melahirkan anak pertama usia ibu di atas 21
tahun, ibu menjadi peserta KB, dan imunisasi anak tidak pernah terlambat.
Sementara Bidan Heni Kustarini menyampaikan bahwa untuk memberikan pelayanan
kesehatan di masyarakat, Puskesmas memiliki program posyandu, baik posyandu
balita maupun posyandu lansia. Posyandu balita memberikan pelayanan bagi
balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur. Posyandu lansia diperuntukkan
bagi penduduk lansia, yaitu usia 50 tahun ke atas. Disamping posyandu, saat ini
juga ada program lain yaitu posbindu, pos pembinaan terpadu. Sasaran posbindu
adalah penduduk yang belum tersasar oleh program posyandu balita dan posyandu
lansia, yaitu usia 15 sampai 59 tahun. Posbindu ini juga penting karena untuk
mendeteksi penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi, diabetes, dan
stress. Namun saat ini belum semua dusun terdapat posbindu. Untuk Desa Bleberan
baru ada satu, yaitu di dusun Menggoran I.
Permasalahan
tentang anak dan keluarga juga disinggung dalam sesi sambutan dari Pemerintah
Desa Bleberan yang disampaikan oleh Kasi Pelayanan sebelum paparan materi
rakor. Dalam sambutannya Nur Arifin antara lain berpesan kepada para orangtua
untuk mengawasi putra-putrinya, terutama yang masih berusia remaja agar tidak
terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat. Nur Arifin juga mengajak kepada
para kader untuk mendukung program pemerintah dalam pencegahan stunting.
Diharapkan para kader untuk memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan anak
balita agar dapat terpenuhi kebutuhan gizinya. Tidak lupa Kasi Pelayanan juga
menyampaikan informasi bahwa dalam upaya mewujudkan keluarga yang sehat jasmani
dan rohani, Pengurus IMP Desa Bleberan telah memprogramkan kegiatan senam sehat
yang dilaksanakan setiap hari Ahad pagi, bertempat di halaman balai desa.
Kegiatan ini sudah berjalan sekitar sebulan, dan diharapkan para kader untuk
dapat mengikutinya.
Sesi
terakhir diisi oleh Pengurus Forum IMP tingkat desa Bleberan. Surati selaku
sekretaris IMP memberikan informasi bahwa Forum IMP merencanakan untum
mengadakan perlombaan bagi para kader dalam rangka memperingati Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2019. Kegiatan tersebut rencananya
akan diadakan bersama Rakor Kader Desa bulan depan, yaitu tanggal 23 Agustus
2019. Surati juga menyampaikan informasi yang diperoleh dari mengikuti
kegiatan-kegiatan, baik yang diadakan oleh puskemas maupun kegiatan di tingkat
kecamatan. Sebagai penutup bendahara IMP, Winarti, menyampaikan informasi
tentang kondisi keuangan kader IMP Desa Bleberan.(*) [Slamet, PKB Bleberan,
Kontributor Kecamatan Playen]
0 Comments