Pertemuan Paguyuban Koordinator PKB, Pak Andi Membawa "Oleh-oleh" dari Sumedang

Oleh: Ahmad Harwanto, SSos & Ervina Budiati, SAP (PKB dan pramusaji Kap Saptosari)


WONOSARI
| Rabu (8/02), pukul 09.00- selesai telah dilaksanakan pertemuan rutin koordinator PKB yang diikuti oleh koordinator PKB se-Kab Gunungkidul, bertempat di Coglok Cafe, Siyono, Playen, Gunungkidul. 

Turut hadir pula dalam acara tsb Achmad Affandi, SH, MM, selaku Analis Kebijakan Ahli Muda Kelompok Substansi Keluarga Berencana Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, mewakili Kepala Dinas yang berhalangan hadir.

Acara dibuka dengan membaca doa bersama kemudian dilanjutkan dengan sambutan Patwara Wibawa, SE, MAP, koordinator PKB Kapanewon Saptosari selaku tuan rumah pertemuan rutin paguyuban koordinator. Pak Bowo, begitu sapaan akrabnya, memberikan sambutan selamat datang di Coglok Cafe dan berterima kasih telah bersedia hadir dalam acara hari ini. 

"Acara hari ini sangat spesial dikarenakan nantinya akan diberikan oleh-oleh dari Pak Achmad Affandi selepas acara studi tiru yang dilaksanakan di Sumedang beberapa waktu yang lalu sekaitan dengan upaya percepatan pengentasan stunting, juga akan dilakukan beberapa pembahasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2023 ini. Saya berharap pertemuan kali ini membawa manfaat bagi kita semua dalam mensukseskan program Bangga Kencana di Gunungkidul," tegas Pak Bowo. 

Acara inti diawali dengan sambutan Achmad Affandi yang, pertama-tama, mengaturkan pamit Kepala Dinas yang tidak bisa mengikuti kegiatan ini dikarenakan sedang ada acara yang tidak bisa ditinggalkan. Kemudian dilanjutkan dengan cerita “oleh-oleh” dari Sumedang yang sarat dengan info soal pengentasan stunting di sana. Bahwasannya, lanjut Andi, setelah Rakornas yang membahas pengentasan stunting, Presiden Joko Widodo selaku presiden Indonesia menyampaikan bahwa, "... jika mau menuntaskan angka stunting maka belajarlah di Sumedang." 

Maka kemudian tidak membutuhkan waktu lama Bupati Gunungkidul mengirimkan tim untuk melakukan studi tiru ke Sumedang termasuk Pak Andi, sapaan akrabnya. 

Menurut Andi, upaya pengentasan stunting di Sumedang adalah dengan menggunakan satu pintu data, yaitu data dari Puskesmas. Dengan data tersebut kemudian dimaksimalkan untuk diintervensi dan dikembangkan menjadi suatu aplikasi satu pintu input dan pengelolaan data baik menyangkut monitoring atau evaluasinya. 

Sementara itu, menurut Andi, di Gunungkidul masih menggunakan data dari berbagai pintu seperti data dari PK21, data dari EPPBGM dari Kemendes, dan data dari Dinas Kesehatan. 

Dalam kasus Sumedang, dengan data satu pintu tersebut data stunting dapat ditetapkan hanya 1 angka saja dan diintervensi dengan maksimal siapa saja yang menjadi sasaran stunting kemudian didampingi hingga keluarga sasaran tersebut lulus dari predikat stunting.

Kemudian, Andi menyampaikan bahwa kegiatan di tahun 2023 ini kegiatan BOKB akan dimulai di bulan Februari. Adapun beberapa kegiatan yang akan dilakukan diantaranya adalah :

1. Pelayanan KB

Pelayanan KB ini sama dengan pelayanan yang sudah sebelumya kita laksanakan, pelayanan KB ini meliputi KB MKJP yaitu KB impant, IUD, MOW dan juga MOP yang dilaksanakan di PMB maupun faskes yang bekerjasama dengan DPMKP2KB.

2. Biaya Untuk Kampung Keluarga Berkualitas

Biaya untuk Kampung Keluarga Berkualitas adalah untuk pertemuan Pokja Kampung Keluarga Berkualitas dan untuk biaya pertemuan 4 poktan yang ada di Kampung Keluarga Berkualitas seperti BKB, BKR, BKL dan UPPKA yang ada  di 38 Kampung KB se Gunungkidul. Namun jika ada Kampung KB yang sudah dibentuk dan sudah di-SK-kan oleh Lurah, maka biaya tersebut diserahkan kepada balai KB Kapanewon masing-masing untuk mengelola dan membagi pertemuan tersebut untuk Kampung KB yan baru.

3. Biaya Pengentasan Stunting

Biaya pengentasan stunting ini difokuskan untuk operasional TPK (Tim Pendamping Keluarga) dalam mendampingi keluarga sasaran. Adapun keluarga sasaran TPK adalah calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca salin, baduta dan juga balita. Kelima sasaran tersebut harus didampingi oleh TPK sebanyak 33 kali dalam satu bulan, hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana pendampingan TPK dilakukan hanya 15 kali pendampingan dalam 1 bulan. Perihal ini dikarenakan pemerintah ingin menekan angka stunting lebih cepat. 

4. Biaya Operasional Kantor KB

Biaya operasional kantor adalah biaya bulanan seperti listrik, ATK, dan biaya fotocopy dalam jangka waktu satu bulan.

Acara diakhiri dengan diskusi dan pembacaan voting terkait dengan pengadaan seragam IPeKB dan rencana studi tiru IPeKB Kabupaten Gunungkidul. 

Alhamdulillah, acara berjalan dengan lancar. Setelah ditutup, para peserta rapat beramah tamah sambil menikmati hidangan makan siang.(*)





















0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine