25 Pesan PENTING (Pencegahan Stunting)

Oleh: Slamet, SST (PKB Playen, Gunungkidul)

SAAT ini kita sedang gencar melaksanakan program pencegahan stunting. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan, mulai dari sosialisasi yang kemudian diikuti intervensi, baik intervensi spesifik maupun intervensi sensitif. Kita tidak boleh merasa bosan dan jemu untuk membahas tentang stunting, apalagi bisa dibilang program ini baru dimulai dan akan terus berjalan. Target dari Pemerintah, pada tahun 2024 prevalensi angka stunting tingkat nasional menurun menjadi 14 persen. Maka saat ini istilah yang digunakan adalah percepatan penurunan angka stunting. Ketika nanti di tahun 2014 angka stunting turun menjadi 14 persen, bukan berarti program tersebut akan berhenti di situ, namun tetap jalan terus Bahkan ketika angka stunting sudah nol persen pun, yang namanya pencegahan tetap harus dilakukan. Stunting sebagai suatu permasalahan harus selalu dicegah dan diatasi.

Program pencegahan stunting yang digalakkan pemerintah saat ini merupakan program pada saat yang tepat. Program ini sebagai upaya mewujudkan generasi emas karena kita memiliki cita-cita besar menjadi negara yang maju, berkepribadian dan mandiri pada tahun 2045, tepat 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk mewujudkkan generasi emas tersebut harus kita persiapkan dari sekarang, salah satunya dengan mencegah stunting tersebut. Anak-anak yang saat ini sedang lahir, atau berusia bawah dua tahun, atau yang lahir dua-tiga tahun yang akan datang, di tahun 2045 akan menjadi remaja usia 20-25 tahun. Usia 20-25 merupakan masa akhir dari remaja dimana selanjutnya seseorang akan memasuki dunia kerja dan atau memasuki kehidupan berkeluarga. Maka yang akan berhasil pada keduanya adalah yang memiliki kualitas, baik secara fisik maupun tingkat kecerdasan. Kualitas fisik dan kecerdasan seseorang sangat ditentukan pada 100 hari pertama kehidupan (sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun). Maka ketika saat ini anak-anak kita terbebas dari stunting, generasi berkualitas di tahun 2045 akan terwujud dan demikian pula sebaliknya.

Kegiatan pencegahan stunting sudah dimulai pada awal tahun 2020. Dua tahun pertama difokuskan untuk melakukan sosialisasi tentang stunting melalui kegiatan penyuluhan atau KIE, meskipun saat itu kegiatannya sangat terbatas karena masih dalam situasi pandemi covid-19. Memasuki tahun ke-3, tahun 2022, kegiatannya dilanjutkan dalam bentuk intervensi. Salah satunya adalah yang difasilitasi oleh BKKBN berupa pembentukan Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk melakukan pendampingan langsung kepada kelompok sasaran. Intervensi/pendampingan yang dilakukan oleh TPK, antara lain: melakukan penyuluhan/KIE, memfasilitasi pelayanan rujukan dan memfasilitasi pemberian bantuan sosial, serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga berisiko.

Pada awal sosialisasi tentang stunting, yang menjadi sasaran prioritas dalam pencegahan stunting adalah masa 1000 hari pertama kehidupan, yaitu masa sejak dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun. Sehingga yang menjadi sasaran utama tersebut adalah ibu hamil, ibu pascasalin, ibu menyusui, dan anak baduta. Seiring berjalannya waktu, kemudian sasaran utama tersebut ditambahkan yaitu remaja, terutama calon pengantin. Sasaran pencegahan stunting pada remaja justru dinilai akan lebih efektif, karena pendekatannya adalah pendekatan dari hulu sebagai upaya mencegah stunting. Remaja, calon pengantin adalah calon Pasangan Usia Subur yang di kemudian hari akan melahirkan anak, sehingga perlu dibekali pemahaman tentang stunting dan cara mencegahnya.

Di depan telah disampaikan bahwa salah satu kegiatan dalam intervensi adalah penyuluhan/KIE. Penyuluhan atau KIE tentang stunting tidak hanya disampaikan di awal, tetapi harus selalu diberikan kepada warga masyarakat, terutama kepada kelompok yang menjadi sasaran prioritas. Apalagi kelompok sasaran ini beberapa merupakan sasaran baru yang sebelumnya tidak memahami tentang stunting. Pemahaman ini penting agar mereka mengetahui apa yang mesti dilakukan untuk mencegah dan mengatasi stunting.

Dalam pelaksanaan intervensi pencegahan stunting di masyarakat, melibatkan berbagai pihak, baik dari jajaran Kementrian Kesehatan, BKKBN, Kementrian Desa, TNI/Polri, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kalurahan. Sebagai pelaksana di lini lapangan adalah anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK), Kader Pembangunan Masyarakat (KPM), kader KB/IMP, kader yandu, PKK dan didukung oleh tokoh masyarakat lainnya. Oleh karena itu untuk membekali kader dalam melakukan penyuluhan, kami menyusun sebuah rumusan tentang cara mencegah dan mengatasi stunting. Rumusan tersebut adalah “25 Pesan Penting (Pencegahan Stunting)”, yang meliputi:

A. Lima pesan pertama adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan remaja, terutama calon pengantin sebagai persiapan kehidupan berkeluarga, yaitu sebagai berikut:


1. Hindari 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak)

Remaja merencanakan kehidupan berkeluarga dengan menghindari 4 T dalam kehamilan dan kelahiran anak. Kehamilan dan persalinan 4 T akan beresiko bagi ibu dan bayinya. Usia ideal menikah adalah 21 bagi perempuan dan 25 bagi laki-laki.

2. Hindari Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Kekurangan energi kronis yaitu kekurangan gizi berkepanjangan pada calon pengantin perempuan. KEK ditandai dengan ukuran LILA kurang dari 23,5 cm.

Ukuran LILA menunjukkan adanya cadangan lemak yang berfungsi sebagai cadangan enerdi dalam tubuh. Di masa kehamilan cadangan ini sangat dibutuhkan, sehingga apabila kurang akan memicu resiko komplikasi kehamilan, termasuk beresiko melahirkan bayi stunting.

3. Hindari terlalu kurus dan terlalu gemuk

Gemuk dan kurusnya seseorang dilihat dari hasil pengukuran IMT yang dihitung dengan rumus:

IMT = .

IMT yang ideal adalah 18,5 - 25. Kurang dari 18,5 berarti kurus atau terlalu kurus. Lebih dari 25 berarti gemuk atau terlalu gemuk.

Perempuan yang terlalu kurus beresiko tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi bagi janin yang dikandung. Kalau terlalu gemuk beresiko memiliki komplikasi saat hamil.

4. Hindari Anemia

Anemia adalah kadar protein dalam sel darah merah (hemoglobin) bernilai kurang dari 12 mg/dl.

Catin anemia mengalami mudah lelah, letih, lesu, lemah, lunglai. Resiko apabila ibu hamil mengalami anemia, antara lain: pertumbuhan janin terhambat, bayi lahir premature, resiko pendarahan saat melahirkan, bayi berat lahir rendah, bayi mengalami kelainan bawaan.

5. Hindari Rokok

Rokok dapat meningkatkan resiko stunting, dilihat dari 3 hal. Dalam hal kesehatan, asap rokok dapat mengganggu proses penyerapan gizi, ibu hamil yang terpapar asap rokok beresiko melahirkan prematur dan BBLR. Kedua, merokok berpengaruh pada kondisi keuangan dimana uang untuk membeli rokok seharusnya bisa dibelanjakan untuk memenuhi makanan bergizi. Ketiga, merokok akan berpengaruh terhadap kualitas sperma.

Untuk mempermudah mengingat 5 point tersebut, dibuat singkatan yaitu 5 HEKTAR (5 Hindari: Empat T, KEK, Terlalu Gemuk/Kurus, Anemia, dan Rokok)

B. Tujuh pesan berikutnya adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada masa kehamilan, yaitu sebagai berikut:

6. Bahagia dengan dan selama kehamilan

Ibu hamil harus merasa bahagia dengan kehamilannya dan bahagia selama masa kehamilannya. Ibu hamil harus bisa mengelola emosi, mempertahankan suasana hati yang positif agar tidak cemas atau takut. Sehingga ibu hamil perlu melakukan kebiasaan yang menyenangkan, misalnya membaca buku, jalan santai.

7. Gizi seimbang

Kebutuhan gizi ibu hamil harus tercukupi, yaitu dengan gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral, zat besi, asam folat. Juga terpenuhi kebutuhan air bersih.

8. Periksa kehamilan

Ibu hamil periksa kehamilan di fasilitas kesehatan secara rutin untuk mendeteksi tumbuh kembang janin. Selama kehamilan minimal 6 kali, yaitu pada tribulan pertama 2 kali, tribulan ke dua 2 kali, dan tribulan ke tiga 3 kali.

9. Tablet tambah darah

Ibu hamil minum tablet penambah darah sebanyak 90 butir selama kehamilan untuk mencegah anemia.

10. Stimulasi janin

Stimulasi perkembangan janin dapat dilakukan dengan mengelus perut sambil mengajak berkomunikasi, memperdengarkan ayat suci, musik religi atau musik klasik.

11. Suami siaga

Suami siap antar jaga. Peran suami siaga yang dapat dilakukaan pada saat isteri hamil, antara lain: memberikan perhatian dan dukungan (mendengarkan keluhan isteri), ikut memperhatikan perkembangan janin (mendampingi ketika periksa), membantu pekerjaan rumah. Dukungan suami kepada isteri yang sedang hamil pada hakikatnya adalah bentuk pengasuhan kepada anak yang masih di dalam kandungan tersebut.

12. Persalinan di fasilitas Kesehatan yang sesuai

Merencanakan persalinan pada fasilitas kesehatan (bidan, dokter, klinik, rumah sakit). Dengan dibantu oleh tenaga medis maka proses persalinannya akan terpantau.

Untuk mempermudah mengingat 7 point tersebut dibuat singkatannya yaitu BAGI PRESTASI SUPER (bahagia, gizi seimbang, periksa kehamilan, tablet tambah darah, stimulasi janin, suami siaga, dan persalinan di faskes).

C. Tiga belas pesan ke tiga adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan ketika anak lahir sampai usia dua tahun, berlanjut sampai usia lima tahun. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:


13. Inisiasi, Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

IMD, memberikan kesempatan bayi untuk inisiasi (memulai) menyusu sendiri. Caranya bayi yang baru lahir diletakkan di perut ibunya, dibiarkan merayap untuk menemukan puting susu ibunya.

14. Kontrasepsi

Pasca melahirkan, seorang ibu perlu segera memakai kontrasepsi untuk menghindari kehamilan tidak diinginkan (menghindari 4 T). Apabila ingin anak lagi hendaknya memperhatikan jarak ideal hamil/melahirkan. Hal ini menjadikan kesehatan ibu, termasuk kesehatan reproduksinya tetap terjaga sehingga dapat memberikan pengasuhan (asah-asih-asuh) kepada anak secara optimal, termasuk dalam pemberian ASI, gizi, dan kasih sayang.

15. ASI, ASI ekslusif

ASI merupakan nutrisi paling bagus dan ideal bagi bayi karena mengandung banyak komponen yang sesuai dengan kebutuhan bayi sehingga akan mempercepat tumbuh kembang serta meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Dalam 6 bulan pertama diberikan ASI eksklusif, yaitu ASI saja tanpa ditambah yang lain karena ASI telah mencukupi semua kebutuhan nutrisi dan energy bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan ASI dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun dengan ditambah makanan pendamping ASI (MP ASI).

16. Nutrisi/gizi

Untuk mendapatkan ASI yang lebih berkualitas, ibu menyusui harus mendapatkan nutrisi/gizi yang cukup. Ibu menyusui harus mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan ASI bagi bayinya dengan baik, dan juga untuk menjaga kesehatan dirinya. Disamping itu perlu diperhatikan kandungan gizi pada MP ASI yang diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan.

17. Imunisasi

Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun terhadap suatu jenis penyakit. Dengan imunisasi anak akan memiliki kekebalan tubuh sehingga dapat terhindar dari penyakit tertentu. Imusisasi dasar lengkap meliputi BCG, hepatitis B, polio, campak, dan pentavalen. Pemberian imunisasi sesuai jadwal yang diberikan oleh bidan/dokter tempat periksa.

18. Stimulasi tumbuh kembang

Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Kemampuan anak meliputi 7 aspek perkembangan meliputi: gerakan kasar, gerakan halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, menolong diri sendiri, dan tingkah laku sosial. Pemberian stimulasi dapat dilakukan dengan melihat pesan-pesan yang terdapat dalam lembar Kartu Kembang Anak (KKA).

19. Deteksi tumbuh kembang

Deteksi yaitu kegiatan pemeriksaan tumbuh kembang anak, sehingga dapat diketahui apabila terjadi penyimpangan atau keterlambatan dalam pertumbuhan atau perkembangannya. Deteksi tumbuh kembang dapat dilakukan di Posyandu dan BKB. Pertumbuhan terkait dengan fisik anak, misalnya berat dan panjang/tinggi badan, dideteksi dengan penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Sedangkan perkembangan terkait dengan kemampuan, ketrampilan, dan kecerdasan anak (7 aspek perkembangan). Pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan menggunakan Kartu Kembang Anak (KKA) maupun dengan SDIDTK.

20. Intervensi

Intervensi yaitu tindakan yang diberikan kepada anak yang mengalami penyimpangan atau keterlambatan, baik pertumbuhan maupun perkembangannya. Sama halnya stimulasi, intervensi masalah perkembangan bisa dengan melihat pesan-pesan yang terdapat dalam lembar Kartu Kembang Anak (KKA).

21. Sanitasi

Sanitasi: kebersihan diri dan lingkungan. Dapat dilakukan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang mencakup 5 hal, yaitu: cuci tangan pakai sabun, stop BABS, pengelolaan air minum atau ketersediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Dalam hal pengasuhan anak, perlu diperhatikan kebersihan makanan, tempat makan, pakaian, lingkungan rumah, termasuk kebersihan kamar mandi.

22. Edukasi

Pendidikan bagi balita dapat diberikan kepada anak sejak dini. Pendidikan kepada anak balita dapat menggunakan konsep belajar sambil bermain. Dengan memberikan alat permainan edukatif (APE) maka akan merangsang kecerdasan anak. Pendidikan bagi balita dapat diberikan oleh orangtuanya dan atau dengan diikutkan pada lembaga pendidikan nonformal (PAUD, TPA, atau Kelompok Bermain). Melalui pendidikan norformal, anak akan memiliki kesiapan ketika memasuki pendidikan selanjutnya (pendidikan formal).

23. Sosialisasi

Sosialisasi berarti mengenalkan anak pada lingkungan sosial. Paling awal tentunya anak belajar mengenali orangtuanya. Kemudian anak perlu diperkenalkan dengan anggota keluarga yang lain, saudara, dan tetangga sekitarnya. Mulai usia 2 tahun, anak memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi. Kebutuhan bersosialisasi dilakukan misalnya bermain dengan teman sebaya dengan tetap dalam pengawasan orangtua. Dengan bermain bersama, maka paling tidak anak akan belajar mandiri dan berbagi.

24. Afeksi

Dalam pengasuhan kepada anak dengan hendaknya orangtua memberikan dengan penuh kasih sayang. Mendidik dan mengasuh anak harus penuh kesabaran dan menerapkan pola asuh yang sesuai. Tanda kasih sayang orangtua kepada anak dapat ditunjukkan melalui sinergi pengasuhan oleh ayah dan ibu. Orangtua juga harus menjadi teladan bagi anaknya.

25. Rekreasi

Rekreasi bagi balita dapat diartikan dengan mengenalkan anak pada lingkungan alam. Anak diajak anak untuk mengenal lingkungan alam sekitar, misalnya melihat sawah, hutan, tepi sungai, atau melihat hewan. Tujuannya agar anak merasa senang dan mendapatkan pengalaman baru.

Untuk lebih memudahkan dalam mengingat ketiga belas hal tersebut, dibuat singkatan yang diambil dari huruf paling depan, yaitu Ikanisdisesar. Dan karena ketigabelas point tersebut semua menggunakan kata yang berakhiran -si, maka menjadi IKANISDISESAR 13 SISI.

Dinding harus dibelah, agar air menjadi cepat dan deras.
Stunting harus dicegah, agar lahir generasi sehat dan cerdas.

Dinding harus dibelah, agar air menjadi cepat dan deras.
Stunting harus dicegah, agar lahir generasi hebat berkualitas

(***)

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine