Gubernur DIY: "Kuatkan Peran dan Fungsi Keluarga untuk Bentuk Karakter Remaja!"

      Selasa (31/10) berlangsung "Seminar Hasil Kajian Kependudukan tentang Remaja dan Lanjut Usia di Daerah Istimewa Yogyakarta", di Westlake Resort Yogyakarta, Jl Ringroad Barat, Bedog, Trihanggo, Sleman. Acara ini digelar oleh Pemda DIY dan pesertanya adalah PKB/PLKB dari seluruh kecamatan di wilayah DIY, 5 kabupaten/kota.

      Acara dibuka oleh Kepala Perwakilan BKKBN DIY, yang dalam hal ini diwakili Kabid Dalduk, Dra Joehananti Kriswardhani. Dalam sambutannya, Kaper BKKBN menegaskan bahwa berdasarkan kajian kependudukan yang baru-baru ini dirilis, pertumbuhan remaja di DIYsebanyak 3,24 persen dengan jml remaja sudah 24 persen dari total penduduk. Sementara itu, jumlah lansia adalah lebih dari 14 persen dan akan naik 2 kali lipat di tahun terhitung sejak 2010 sd 2025. Kondis ini, menurut Kaper BKKBN,  perlu diantisipasi dengan mencermati keperluan mereka (para remaja dan lansia).

      Sementara itu, Direktur Analisis Kependudukan UAD, Drs H Fasrizal, MPA, dalam sambutannya mengatakan, "Masalah kependudukan itu kompleks, tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas dan persebarannya. Dengan LPP Indonesia 1,49 persen, maka pada tahun 2045 diperkirakan sudah mencapai 450 juta jiwa. Di sisi lain populasi lansia sudah berubah ke arah struktur lansia dengan jumlah 28,8 juta di tahun 2020 jiwa (11,11persen), di DIY ada 13 persen. Kondisi ini membawa ikutan banyak masalah baik kesehatan, pelayanannya, dan kebutuhan lain. Ini perlu kebijakan tertentu dari Pemda. Penduduk remaja juga besar dengan banyaknya pengaruh  luar yang bebas membawa dampak buruk tidak hanya masalah moral tetapi juga perilaku buruk lain. Di sini perlunya peran keluarga yang mampu mendidik remaja agar menjadi tangguh melalui 8 fungsi keluarga, sehingga akan membawa ketahanan keluarga."


      Gubernur DIY juga memberikan sambutan, yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Sosbud dan Kemasyarakatan, Drs Bayu Haryono, MSi. Gubernur menyatakan bahwa remaja dipengaruhi globalisasi melalui sosmed. Remaja tidak lepas dari pengaruh globalisasi yang berdampak positif maupun negatif. "Saatnya bagi kita untuk kembali menguatkan peran dan fungsi keluarga dalam upaya membentuk karakter remaja, selain juga peran lembaga sekolah dan masyarakat sendiri. Sedangkan kondisi lansia di DIY yang makin meningkat tajam jumlahnya, perlu kiranya ada peningkatan kebijakan yang semakin pro pada lansia sehingga akan terjamin kehidupan lansia yang semakin berkualitas," ujar Gubernur.

      Berlanjut ke seminar, dalam paparan Dody Hartanto,SPd, MPd dari UAD Yogyakarta, dijelaskan bahwa globalisasi tidak serta-merta membuat keluarga menjadi lebih maju, namun bisa sebaliknya akan memberikan kerumitan dan permasalahan sendiri yang perlu penanganan ekstra. Globalisasi, menurut Dody, mempengarui kualitas keluarga melalui aspek kemandirian, religiusitas, dan integritas.

      Sementara itu, Dr Umi Listyaningsih, SSi, MSi, dari Koalisi Kependudukan untuk Pembangunan DIY memaparkan tentang "Dampak Perubahan Struktur Penduduk Terhadap Kebijakan Perlindungan Sosial Lanjut Usia", menyatakan bahwa pertumbuhan lansia dalam beberapa waktu terakhir ini amat pesat, diperkirakan akan mencapai 2,1  milyar ditahun 2050 di seluruh dunia. Di Diy angkanya sudah 12,48 persen atau 459.200. Hal ini dampak dari kebijakan kesehatan yaitu meningkatkan angka harapan hidup melalui upaya penyembuhan pada penyakit yg mematikan.

      Namun demikian, lanjut Umi, perlu dipikirkan adanya anggaran pensiun untuk kesejahteraan lansia, mengingat kebutuhan lansia yang masih banyak dan tidak semua lansia berdaya di masa tua. Ada lima strategi nasional untuk menuju lansia mandiri, sehat dan bermartabat, yaitu: 1. Pembangunan masyarakat dan SDM kelanjutusiaan; 2. Penguatan institusi pelaksana; 3. Perlindungan sosial, jaminan pendapatan, dan kapasitas individu; 4. Peningkatan kualitas kesehatan, dan 5. Perlindungan, pemenuhan dan penghormatan terhadap hak lanjut usia.(*) [edy pranoto, playen]

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine