Penguatan Satyagatra; Meneguhkan Pelayanan kepada Masyarakat Menuju BKKBN yang Bersih dan Melayani

Oleh: Sabrur Rohim, SAg, MSI (PKB Kap Nglipar)


YOGYAKARTA | Hotel Edotel Semaki, Yogyakarta, tampak lebih hidup dari biasanya pada Senin pagi (8/12). Sejak pukul delapan, satu per satu koordinator penyuluh KB dari berbagai kapanewon dan kemantren di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta mulai memenuhi ruang pertemuan di lantai 2. Ada raut antusias, ada pula ekspresi penasaran; tetapi semua sepakat bahwa hari ini tidak hanya sekadar forum pelatihan, tetapi sebuah momentum penting bagi penguatan kualitas layanan keluarga yang diemban BKKBN.

Kegiatan bertajuk “Penguatan Satyagatra” ini diselenggarakan oleh Perwakilan BKKBN DIY melalui Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK). Hadir langsung Kepala Perwakilan BKKBN DIY M Iqbal Apriyansyah, SH, MPH, Koordinator Bidang KSPK Dr Mustikaningtyas, para Kepala OPD KB dari lima kabupaten/kota, dan para koordinator penyuluh KB dari 78 kapanewon/kemantren se-DIY. Ruangan penuh—menandakan besarnya perhatian terhadap layanan Satyagatra sebagai pusat konseling keluarga yang kini mulai mengambil peran lebih sentral dalam penguatan ketahanan keluarga di lini lapangan.


Satyagatra: Layanan Konseling Keluarga yang Masih Perlu Dikenal Publik

Satyagatra—yang di banyak tempat masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat—merupakan pusat layanan keluarga sejahtera yang terintegrasi langsung dengan Balai Penyuluhan KB (BPKB) di tingkat kapanewon/kemantren. Di sinilah penyuluh KB memberikan layanan KIE, penyuluhan, konseling, bimbingan, hingga rujukan bagi warga yang membutuhkan pendampingan terkait ketahanan keluarga, baik menyangkut balita, remaja, pasangan usia subur, hingga keluarga lansia, lalu juga soal ekonomi produktif, bahkan juga menyangkut kebutuhan akan data kependudukan dan KB.

Namun Mustikaningtyas—akrab disapa Ika—menyampaikan dengan tegas bahwa meskipun konsep dan fungsinya sudah jelas, Satyagatra belum sepenuhnya dikenal masyarakat luas. Banyak keluarga yang sebenarnya memiliki masalah atau kebutuhan konseling, namun tidak mengetahui bahwa solusi tersebut tersedia dekat dengan tempat tinggal mereka. “Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama, untuk intensif lagi mensosialisasikan Satyagatra kepada masyarakat,” ujar Ika dalam sambutan pembukaan.

Sebagai garda terdepan pelaksanaan program, para penyuluh KB dituntut tidak hanya memahami substansi program, tetapi juga memiliki kompetensi konseling yang memadai agar mampu memfasilitasi berbagai kebutuhan klien dengan tepat dan profesional. “Karena itu hari ini menjadi sangat penting, sebagai upaya penguatan kapasitas, kompetensi, baik melalui materi yang disampaikan narsum ataupun sharing praktik Satyagatra antar wilayah,” tambahnya.


Dua Materi Inti: Membaca Praktik Baik dari Kenari dan Ngetren

Dalam kegiatan ini, ujar Ika, dua model pusat layanan keluarga menjadi materi utama, yaitu Puspagatra Kenari milik Perwakilan BKKBN DIY dan Puspagatra Ngetren milik Kota Yogyakarta. Keduanya telah berkembang menjadi rujukan pelayanan dengan program yang lebih terstruktur, pendekatan profesional, serta jejaring yang kuat.

Ika menjelaskan bahwa kedua model tersebut akan menjadi inspirasi praktis bagi PKB untuk memperkaya metode pelayanan di lapangan. Melalui contoh praktik baik, para penyuluh diharapkan mampu meniru, mengadaptasi, atau mengembangkan inisiatif sesuai karakteristik wilayah masing-masing tentang pengelolaan layanan Satyagatra.


Bidang KSPK dan Beban Program yang Kian Kompleks

Dalam sambutannya, Ika juga menegaskan bahwa tanggung jawab bidang KSPK tidak hanya terbatas pada Quick Wins yang menjadi fokus Kemendukbangga/BKKBN sepanjang 2025. Bidang ini juga memikul amanah terhadap berbagai program prioritas nasional (Pro-PN), mulai dari edukasi remaja dan orangtua yang memiliki remaja, pendampingan keluarga balita melalui BKB, pemberdayaan keluarga remaja melalui BKR, hingga peningkatan kualitas hidup keluarga lansia melalui BKL.


“Semua ini bergerak, semua ini membutuhkan penanganan, dan ujung tombaknya adalah para penyuluh KB,” kata Ika. Ia mengakui bahwa beberapa program seperti Sidaya, GENTING, dan Tamasya telah melampaui target, namun masih ada indikator-indikator lain yang belum tercapai dan memerlukan perhatian lebih serius di sisa tahun anggaran.

Pernyataan ini menggarisbawahi betapa strategisnya posisi PKB dalam memastikan seluruh agenda pembangunan keluarga berjalan sesuai arah kebijakan Kementerian Kemendukbangga/BKKBN. Ika berharap para penyuluh KB bisa memaksimalkan upaya dalam pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat, serta jangan lupa dilaporkan, agar target akhir tahun bisa tercapai maksimal.


Iqbal: Tahun Transisi yang Menentukan

Ketika giliran Kepala Perwakilan BKKBN DIY M Iqbal Apriyansyah menyampaikan sambutan, suasana ruangan menjadi lebih fokus. Iqbal menyebut bahwa tahun 2025 merupakan tahun transisi kelembagaan, ketika BKKBN bertransformasi dari badan menjadi kementerian. Masa transisi itu telah dilalui, namun meninggalkan pekerjaan rumah besar: memastikan program tetap berjalan tanpa mengurangi kualitas layanan.

Iqbal menyatakan bahwa program Quick Wins tidak berhenti di 2025. Tahun depan, seluruh Quick Wins akan berlanjut sebagai “program prioritas”, dengan fondasi pada apa yang sudah dibangun di tahun ini. Oleh karena itu, penyuluh KB harus sudah mulai merumuskan strategi dan inovasi untuk menghadapi 2026. “Ini tidak bisa ditunda. Kita harus bersiap sejak sekarang,” ujarnya.

Selain itu, Iqbal juga menyinggung capaian membanggakan tahun 2025, yakni keberhasilan meraih predikat Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (ZI-WBK). Namun capaian tersebut bukan garis akhir. “Tahun depan, kita harus naik kelas. Target kita adalah meraih predikat ZI-WBBM—Wilayah Birokrasi Bersih Melayani,” terang Iqbal. Untuk itu, kualitas pelayanan harus terus ditingkatkan, termasuk melalui penguatan layanan Satyagatra.


Satyagatra sebagai Pilar Pelayanan dan Bukti Komitmen Lembaga

Dalam penjelasannya, Iqbal menyebut Satyagatra sebagai salah satu unsur yang akan diusulkan sebagai bagian dari upaya meraih predikat ZI-WBBM tahun 2026. “Satyagatra adalah wadah setara Poktan, tetapi dengan fungsi yang lebih luas—dari penyuluhan, konseling, bimbingan, pendampingan, pelayanan hingga rujukan,” jelasnya. Skala pelayanan yang lebih komprehensif ini menjadi bukti bahwa BKKBN memiliki komitmen kuat dalam menjaga kualitas layanan publik.

Karena itu, kompetensi SDM penyuluh KB menjadi faktor krusial. Para PKB bukan hanya pelaksana program, tetapi juga wajah institusi di mata masyarakat. Jika penyuluh memiliki kemampuan konseling yang baik, memahami pendekatan psikologis keluarga, dan mampu merespons masalah dengan empati serta profesionalisme, maka kepercayaan publik terhadap layanan BKKBN akan meningkat.

“Kegiatan hari ini adalah investasi. Bukan hanya untuk meningkatkan kompetensi, tetapi juga untuk membangun mutu layanan yang konsisten, dengan akses tambahan informasi & pengetahuan, serta tukar pengalaman praktik baik antar kapanewon/pesantren,” kata Iqbal.


GENTING dan Komitmen Lintas Stakeholder

Dalam sambutan yang sama, Iqbal memberikan perhatian khusus pada GENTING (Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting), salah satu Quick Wins yang cukup menonjol sepanjang 2025. Ia menyampaikan bahwa Menteri Kemendukbangga, Dr Wihaji, selalu menanyakan perkembangan GENTING dalam setiap kesempatan.

Iqbal menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah menjadi orangtua asuh dan mendukung pelaksanaan program ini. Menurutnya, GENTING akan tetap dilanjutkan pada 2026 dengan lokus dan sasaran baru, meskipun sifatnya tetap sukarela. “Kita ingin agar komitmen yang sudah dibangun sepanjang 2025 tidak berhenti hanya sebagai program tahunan, tetapi bisa berkelanjutan,” jelasnya.

Di sisi lain, kegiatan hari ini juga diharapkan dapat menjadi ruang berbagi pengalaman antar-kapanewon dan kemantren. Banyak praktik baik telah muncul dari berbagai wilayah, dan relasi horizontal antar penyuluh perlu diperkuat sebagai bagian dari kolaborasi berkelanjutan. “Sharing pengalaman ini sangat penting. Kita ingin setiap wilayah tumbuh bersama,” tutur Iqbal.

Gerakan Ayah: Dari Sekolah Bersama Ayah hingga Gerakan Ayah Mengambil Raport


Salah satu poin reflektif yang menarik dalam sambutan Iqbal adalah penekanan pentingnya peran ayah dalam pengasuhan. Sejalan dengan kebijakan Kemendukbangga, Iqbal menjelaskan bahwa setelah sebelumnya diluncurkan program “Sekolah Bersama Ayah” di hari pertama masuk sekolah, akan muncul kebijakan baru berupa Gerakan Ayah Mengambil Raport.

Kebijakan ini bukan sekadar simbol, tetapi mengandung pesan mendalam mengenai keterlibatan ayah dalam perjalanan tumbuh kembang anak. Menurut Iqbal, momen ketika ayah datang ke sekolah untuk menerima raport adalah pengalaman emosional yang akan diingat anak sepanjang hidupnya. “Ini tentang menghadirkan kenangan terbaik bagi anak-anak tentang ayah mereka,” jelasnya.

Kebijakan tersebut sekaligus memperkuat program GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia) yang selama ini menjadi fokus BKKBN dalam agenda pembangunan keluarga. Dengan meningkatnya keterlibatan ayah, diharapkan berbagai persoalan keluarga seperti rendahnya kualitas komunikasi, konflik rumah tangga, hingga masalah remaja dapat diminimalkan.


Satyagatra dan Masa Depan Layanan Keluarga di DIY

Dalam konteks pembangunan keluarga, penguatan Satyagatra adalah langkah penting untuk memastikan bahwa setiap keluarga memiliki akses pada layanan pendampingan yang profesional. Konseling keluarga bukan hanya intervensi ketika terjadi masalah, tetapi juga bagian dari upaya preventif untuk menjaga keharmonisan dan ketahanan keluarga.


Dengan semakin kompleksnya dinamika sosial masyarakat—mulai dari tantangan digitalisasi, tekanan ekonomi, perubahan struktur keluarga, hingga persoalan kesehatan mental—maka keberadaan Satyagatra semakin relevan. Penyuluh KB tidak hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga mitra dialog dan fasilitator solusi bagi keluarga.

Kegiatan yang berlangsung di Hotel Edotel ini mempertegas bahwa BKKBN DIY menyadari urgensi tersebut dan memilih untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai strategi utama.


Meneguhkan Komitmen, Memperkuat Layanan


Selepas sambutan dari Kaper BKKBN DIY, sesi berlanjut dengan paparan materi oleh dua narsum dari dua Puspaga Kenari (BKKBN DIY) dan Puspagatra Ngetren (Kota Yogyakarta). Dalam durasi sekitar 2 JPL, dua narasumber memaparkan dan berbagi tentang pengelolaan Puspaga masing-masing. Dari Kenari, Dr Mustikanigtyas, Psikolog, selain memaparkan kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana sepanjang tahun 2025, baik terkait tantangan, peluang, kendala, dsb, juga menyarankan berbagai tips dan trik bagaimana mensosialisasikan Satyagatra supaya lebih dikenal masyarakat. Ika juga menyelipkan paparan data-data capain program yang menjadi amanah bagi bidang KSPK, baik Quick Wina, Pro-PN, maupun kedeputian.

Dari Puspaga Ngetren, Tri Novita Hardalena, SPsi, Psikolog, memaparkan praktik baik dalam melayani konsultasi, bimbingan, pendampingan, serta rujukan bagi masyarakat (keluarga) yang datang ke Puspaga, dengan aneka rupa permasalahan mereka yang kompleks. Selain memaparkan profil dan gambaran pengelolaan Puspaga Ngetren, Novita juga melontarkan beberapa kasus krusial yang masuk di lembaganya, serta meminta tanggapan dari para peserta. Terjadilah diskusi hangat dan saling sharing di antara banyak koordinator PKB mereaksi kasus-kasus yang disodorkan Novitas, sehingga suasana betul hangat, namun menyiratkan hal-hal yang serius dan intensif.

Demikianlah, forum Penguatan Satyagatra bukan sekadar sesi materi atau pertemuan rutin akhir tahun. Ia menjadi simbol komitmen bersama—antara BKKBN DIY, OPD KB kabupaten/kota, dan para penyuluh KB—untuk menghadirkan layanan keluarga yang lebih responsif, profesional, dan dapat diandalkan oleh masyarakat.

Kegiatan ini juga menjadi ruang refleksi bahwa kualitas program tidak dapat dilepaskan dari kualitas manusia yang menjalankannya. Penyuluh KB adalah ujung tombak, jembatan antara kebijakan dan kebutuhan masyarakat. Dengan kompetensi yang terus diperkuat, diharapkan Satyagatra di seluruh kapanewon dan kemantren dapat menjadi pusat pelayanan keluarga yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga.

Tahun 2026 menanti dengan tantangan baru: transformasi program, target kinerja, serta upaya meraih predikat ZI-WBBM. Namun sebagaimana disampaikan oleh Iqbal, fondasi untuk melangkah sudah ada—tinggal bagaimana seluruh elemen bergerak bersama.

Dan pagi itu, di ruang pertemuan Edotel, komitmen itu terasa nyata: tekad untuk menjadikan Satyagatra sebagai wajah pelayanan keluarga yang semakin kuat, semakin dekat, dan semakin berdampak bagi masyarakat Yogyakarta.(*)

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine