Bunga, Lebah, dan Madu: Filosofi yang Menghidupkan Military Outbond BKKBN DIY

Oleh: Sabrur Rohim, SAg, MSI (PKB Kap Nglipar)

BANTUL | Pagi masih lembut ketika deretan bus besar mulai memasuki area Jupiter Adventure Zone (JAZ), kompleks pelatihan militer di bawah Skadron Pendidikan 104 Wingdik 100/Terbang, Lanud Adisutjipto. Matahari belum tinggi, tetapi semangat ratusan Aparatur Sipil Negara Perwakilan BKKBN DIY sudah terasa menggelora. Hari itu, Rabu, 10/12, bukan hari biasa. Bukan sekadar kegiatan luar ruangan, bukan pula sekadar pelatihan teknik. Hari itu, lebih dari 300 pegawai BKKBN DIY berkumpul untuk satu tujuan: "menginternalisasi pembangunan karakter melalui Military Outbond", kurang lebih begitu.

Sejak pukul 07.00 WIB, areal bawah JAZ dipenuhi seragam yang sama: celana taktikal krem, kaos lapangan bewarna biru dongker, topi krem, sepatu, dan wajah-wajah antusias. Keseragaman ini bukan sebatas estetika. Ia menjadi simbol kuat bahwa pada hari itu, tidak ada sekat antara penyuluh KB dari kabupaten, staf kantor provinsi, pejabat struktural, maupun pimpinan tertinggi. Semua melebur dalam satu barisan, satu tujuan, satu warna: ASN BKKBN DIY.


Pagi yang Menyatukan

Beberapa menit sebelumnya, bus-bus membawa mereka berangkat dari berbagai titik: Gunungkidul, Sleman, Kulon Progo, Bantul, Kota Yogyakarta, serta Kantor Perwakilan BKKBN DIY. Begitu sampai dan kemudian membaur di kompleks JAZ, pun obrolan kecil mulai muncul, beberapa saling menyapa dengan nama (karena sudah kenal, dan sering bertemu di beberapa kali forum pertemuan tingkat DIY), beberapa lainnya baru pertama kali berjabat tangan. Di sinilah misi kegiatan ini perlahan mulai terlihat: menjembatani jarak antarkabupaten, mempertemukan wajah-wajah yang selama ini hanya bertemu melalui layar rapat daring.

Saat para peserta sudah bersiap dengan kelengkapan pakaiannya, udara pagi yang sejuk seakan menyambut. Para instruktur JAZ, yang terdiri atas para perwira dan prajurit, lengkap dengan atribut militer (TNI AU), sudah bersiap. Satu per satu peserta diarahkan menuju lapangan utama untuk persiapan upacara pembukaan. Waktu masih menunjukkan pukul 07.30 WIB ketika barisan mulai mengisi sisi lapangan, membentuk blok-blok rapi seperti formasi upacara militer.

Tak ada yang bercanda saat itu. Ada satu dua insiden beberapa peserta bercanda, tertawa, tetapi langsung diperingatkan dengan keras oleh instruktur/pelatih yang menginspeksi di banyak titik. Bahkan ada yang disuruh push up 10 kali. Suasana lengang. Bukan karena tegang, melainkan karena suasana disiplin JAZ benar-benar terasa. Tetapi justru aura kedisiplinan inilah yang membuat setiap peserta fokus, siap, dan antusias menghadapi rangkaian kegiatan yang akan berlangsung hingga sore hari.


Upacara Pembukaan: Serah Terima, Kesadaran, dan Filosofi

Upacara pembukaan dimulai dengan sederhana namun khidmat. Semua peserta berdiri tegap. Di hadapan mereka tampak Kepala Perwakilan BKKBN DIY, M Iqbal Apriyansyah, SH, MH, yang hari itu hadir lengkap dengan jajaran struktural, salah satunya adalah Sekban Rohdhiana Sumariati, SSos, MSc. Lalu menggemalah lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara. Bendera pusaka berkibar dengan perkasa menyertai kumandang lagu yang khidmat dan penuh penghayatan.

Momentum upacara pagi itu sangatlah penting: penyerahan simbolis seluruh peserta dari Kepala Perwakilan kepada pihak JAZ, yang diwakili oleh seorang perwira penerbang, Mayor Pnb Wastu, yang juga sekaligus sebagai komandan upacara pagi itu. Bukan penyerahan dalam arti formal belaka, tetapi juga penyerahan tanggung jawab untuk ditempa—secara mental, fisik, dan karakter—dalam satu hari pelatihan yang intens.

Lencana peserta disematkan sebagai tanda dimulainya proses pembelajaran. Seremoni ini kecil namun maknanya besar. Seolah ingin menyampaikan pesan: “Hari ini, kita tinggalkan rutinitas kantor. Kita belajar kembali menjadi pribadi yang tangguh, disiplin, inovatif, siap bekerjasama!

Dalam apel tsb, Kaper BKKBN juga berkesempatan memberikan sambutan. Iqbal mengapresiasi kinerja ASN BKKBN DIY selama setahun terakhir yang menorehkan banyak capaian dan prestasi, dan kegiatan outbond kali ini akan menjadi penanda semangat baru untuk sambut 2026 dengan karya dan prestasi yang lebih baik lagi. Iqbal pada kesempatan tsb mengangkat filosofi yang menjadi benang merah kegiatan hari itu—“Flower, Bee, Honey.”

Flower, kata Iqbal, bahwa BKKBN DIY ini dimaknai sebagai taman bunga: tempat kerja yang sejuk, nyaman, dan memberikan ruang bagi seluruh pegawai untuk tumbuh. Lingkungan kerja yang sehat adalah kebutuhan dasar untuk membuat ASN bekerja maksimal, tanpa tekanan yang tak perlu, tanpa friksi yang merugikan.

Bee, lanjut Iqbal, bahwa ASN BKKBN DIY dianalogikan sebagai lebah: pekerja keras, tekun, dan tidak pernah berhenti membangun jaringan. Lebah selalu bekerja dalam koloni, tidak individualis, dan selalu berorientasi pada manfaat. Seperti lebah, ASN BKKBN harus rajin menghadirkan program, aktif membangun sinergi lintas sektor, serta solid dalam bertugas.

Sedangkan Honey, kata Iqbal, bahwa tujuan akhirnya adalah madu: hasil kerja yang manis, bermanfaat, dan memuaskan. Bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk masyarakat. Bagi BKKBN, ini berarti terwujudnya pelayanan keluarga berencana, percepatan penurunan stunting, dan keluarga Indonesia yang sejahtera.

Pesan yang sederhana namun kuat. Filosofi itu menjadi titik berangkat rangkaian kegiatan hari itu. Semua peserta mendengarkan dengan wajah serius.

Baris Berbaris: Disiplin adalah Pondasi

Materi pertama dimulai tak lama setelah upacara penyerahan usai: latihan baris-berbaris. Beberapa peserta mungkin tak asing, tetapi tak sedikit pula yang kelihatan kaku—maklum, terakhir kali baris-berbaris mungkin saat Pramuka atau orientasi kampus, atau paling jauh pas diklat prajabatan.

Instruktur JAZ memberi komando dengan suara tegas:

“Hormat!”
“Lencang kanan!”
“Jalan di tempat… gerak!”
"Satu! Dua!"

Kerapian barisan hanyalah sisi permukaan. Pesan yang ingin disampaikan jauh lebih dalam: baris-berbaris adalah simbol keteraturan, disiplin, dan keserempakan bergerak. Dalam instansi besar seperti BKKBN DIY, ritme bekerja yang kompak menjadi syarat agar kinerja tidak berjalan sendiri-sendiri. Seperti barisan, program dan kegiatan harus selaras.

Di antara arahan instruktur, terdengar tawa-tawa kecil saat langkah beberapa peserta tidak seirama. Tetapi justru momen itu menghangatkan suasana. Penyuluh dari Gunungkidul dan Sleman saling mengoreksi. Pegawai kantor provinsi ikut meluruskan barisan teman-teman dari Bantul dan Kulon Progo. Sekat-sekat geografis hilang begitu saja dalam momen PBB ini.


Kuliah Bela Negara: Menjadi ASN yang Berkarakter

Sesi berikutnya lebih serius: kuliah tentang bela negara dan wawasan kebangsaan. Di area terbuka yang tidak jauh dari lokasi upacara pembukaan, masih di kompleks JAZ, peserta duduk bersaf rapi. Seorang instruktur dari TNI AU memberikan materi inti tentang kewajiban ASN untuk bela negara, karena warga negara, siapa pun, harus siap menjadi pasukan cadangan jika suatu waktu negara membutuhkan. Dalam materi bela negara juga disampaikan soal potensi ancaman dari tiga blok: Barat/Amerika, Rusia/China, dan Timur Tengah (berbasis religi, terorisme).

Pada materi wawasan kebangsaan, oleh instruktur dipaparkan pemahaman tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika (Empat Pilar Negara) sebagai landasan fundamental, sejarah perjuangan bangsa, sistem ketatanegaraan, serta implementasi nilai-nilai kebangsaan seperti nasionalisme, integritas, bela negara, cinta tanah air, dan kesadaran berbangsa, yang bertujuan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman.


Permainan, Tantangan, dan Kerja Sama

Siang mulai merambat. Setelah istirahat sejenak, makan siang dan salat, yang durasinya ditentukan hanya beberapa menit saja, kegiatan kembali berlanjut dengan serangkaian permainan dan tantangan fisik. Inilah bagian paling menantang sekaligus paling dinanti.

Beberapa permainan dirancang untuk memaksa peserta bekerja sebagai satu kesatuan: memindahkan bola menggunakan tali, menyebut angka secara berurut tetapi pada angka tertentu cukup dengan bertepuk, mengumpulkan bola dengan mata tertutup, hingga lomba-lomba adu strategi.

Di sinilah muncul momen-momen lucu, penuh tawa, tetapi tetap sarat pembelajaran. Ada tim yang terlalu cepat sehingga salah langkah. Ada yang terlalu hati-hati hingga tertinggal. Tetapi akhirnya semua menyadari bahwa kunci keberhasilan bukan siapa yang paling kuat, tetapi siapa yang paling kompak.

Di sesi terakhir, setiap peserta harus ikut permainan uji nyali menjajal wahana flying fox. Tujuan wahana ini jelas, yakni mengasah keberanian, melatih kepercayaan diri, dan membentuk ketegasan dalam mengambil keputusan, sambil memberikan pengalaman seru, melepaskan stres, dan menikmati keindahan alam dari ketinggian, sering digunakan dalam kegiatan outbound untuk transformasi pola pikir dan pengembangan mental


Sore yang Mengikat Kita

Menjelang pukul 16.00 WIB, semua peserta berkumpul kembali di lapangan. Meski  dengan tubuh lelah, seragam kotor (tetapi wajah-wajah penuh kepuasan), mereka berkumpul kembali untuk mengikuti upacara penutupan. Beberapa ada yang sudah mandi, tetapi sebagian besar belum. 

Setelah menyanyikan lagu Bagimu Negeri dan pelepasan lencana peserta, instruktur JAZ yang menjadi komandan upacara memberikan catatan akhir: bahwa kegiatan hari itu bukan sekadar permainan, bukan sekadar latihan fisik, tetapi pelajaran karakter. Bahwa ASN yang kuat bukan diukur dari seberapa hebat ia di kantor, tetapi seberapa ia mampu bekerja dalam tim, jujur, tangguh, menghargai sesama, dan bersedia bersusah payah demi tujuan bersama.

Kepala Perwakilan BKKBN DIY kembali memberikan refleksi singkat. Ia mengingatkan bahwa nilai-nilai yang dipelajari hari itu harus dibawa pulang, diterapkan, dan menjadi budaya kerja. BKKBN DIY ingin membangun organisasi yang solid, harmonis, dan berdampak—dan kegiatan hari itu adalah salah satu langkah penting ke arah sana.


Lebih dari Sekadar Outbond

Jika dilihat sekilas, military outbond mungkin tampak seperti acara tahunan untuk menyegarkan pikiran. Tetapi bagi BKKBN DIY, kegiatan ini jauh lebih besar dari itu. Ia adalah platform untuk memperkuat karakter ASN, sebuah ruang untuk mempertemukan orang-orang yang selama ini bekerja dalam segmentasi masing-masing, dan forum untuk membuka dialog baru tentang budaya kerja.

Dari penyuluh di pelosok kapanewon hingga pejabat struktural di kantor provinsi, semua memiliki cerita dan tantangan masing-masing. Dan di JAZ, cerita-cerita itu akhirnya bertemu.

***

Ketika bus-bus kembali membawa peserta menuju kota dan kabupaten masing-masing, matahari sudah condong ke barat. Tetapi satu hal jelas: hari itu mereka pulang dengan membawa sesuatu yang lebih berharga dari sekadar sertifikat.

Mereka pulang dengan: pemahaman baru tentang disiplin dan integritas, teman-teman baru yang sebelumnya mungkin tidak dikenali/tidak akrab, pengalaman kerja sama yang membangun, serta kesadaran bahwa BKKBN DIY adalah satu rumah besar yang harus dijaga bersama.

Seperti filosofi lebah yang disampaikan pagi tadi, suasana nyaman (flower), semangat kolaboratif ASN (bee), dan hasil kerja yang manis (honey) tidak datang begitu saja. Semua harus diciptakan, dipelihara, dan diperjuangkan.

Dan di antara keringat dan debu lapangan JAZ, perjalanan menuju organisasi ASN (di bawah BKKBN DIY) yang berkarakter itu telah dimulai lagi—dengan langkah-langkah yang lebih kuat, lebih kompak, dan lebih penuh makna.(*)
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine