GENTING Tahap II di Karangmojo: Menghidupkan Semangat Gotong Royong, Fokus Intervensi Spesifik

Oleh: Ir Sulistyana (Koord. PKB Karangmojo)

KARANGMOJO | Pagi itu, udara Karangmojo terasa segar dengan sinar matahari yang baru menembus lembut di antara pepohonan pinggir jalan raya Karangmojo-Semin. Senin, 27/10, menjadi hari yang berbeda di RM Bebek Goreng Pak Koes, Gedangrejo, Karangmojo. Sejak pukul delapan pagi, halaman parkir yang biasanya ramai oleh pengunjung kuliner atau wisatawan luar daerah, kini dipenuhi barisan kendaraan dinas dan mobil pribadi. Para tamu datang silih berganti dengan wajah penuh semangat. Spanduk besar bertuliskan “Launching GENTING (Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting) Tahap II Kapanewon Karangmojo” terpasang mencolok di dinding aula pertemuan utama, dengan tagline: "Anak Sehat, Generasi Kuat, Cegah Stunting Mulai Sekarang".

Di dalam ruangan, suasana tampak meriah namun tetap tertata. Para undangan duduk rapi sesuai barisan kursi yang sudah disiapkan. Di barisan depan tampak para pejabat kabupaten dan kapanewon, tokoh masyarakat, perwakilan rumah sakit, serta sejumlah keluarga penerima manfaat dari berbagai kalurahan. Mereka datang membawa satu tujuan yang sama: melanjutkan langkah nyata dalam menekan angka stunting di Gunungkidul. Mereka misalnya adalah: Kepala DPMKPPKB (Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Kalurahan, Pengendalian Penduduk dan KB) Gunungkidul, Kepala Bappeda Gunungkidul, Kepala Dinkes Gunungkidul, Kepala DPU dan Kawasan Pemukiman Gunungkidul, utusan khusus Purwanto, ST (anggota DPRD DIY), perwakilan Titiek Soeharto (anggota DPR RI), Sugeng Nurmantyo (DPRD Gunungkidul), Panewu Karangmojo dan Forkompinkap Karangmojo, Kepala KUA Karangmojo, Kepala UPT Puskesmas 1 dan 2 Karangmojo, Korwil Bidik Karangmojo, TP PKK Karangmojo, Direktur RSI Karangmojo, Direktur RS Panti Rahayu Karangmojo, lurah se-Karangmojo, kepala sekolah se-Karangmojo, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader PPKBD se-Karangmojo, koordinator penyuluh KB se-Gunungkidul, serta sejumlah perwakilan keluarga risiko stunting (KRS) penerima manfaat se-Kapanewon Karangmojo.


Latar Belakang: Melanjutkan Kepedulian yang Tak Berhenti di Tahap Pertama

Program GENTING Tahap II ini lahir dari semangat keberlanjutan. Setelah sukses dengan pelaksanaan tahap pertama yang berorientasi pada intervensi sensitif — berupa bantuan sepasang ayam siap bertelur dan lantainisasi bagi rumah yang belum layak huni — kini fokusnya bergeser pada intervensi spesifik, yaitu bantuan gizi berupa susu dan telur bagi keluarga dengan balita usia 0–5 tahun.

Masih banyak keluarga risiko stunting (KRS) di Kapanewon Karangmojo yang belum berubah secara signifikan kondisi berisikonya meski sudah memperoleh intervensi pada tahap sebelumnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar KRS berada di kelompok ekonomi bawah, dengan kondisi gizi anak yang masih perlu mendapat perhatian lebih. Oleh karena itu, GENTING Tahap II hadir bukan hanya untuk memberi bantuan materi, tetapi juga sebagai bentuk gerakan moral: menghidupkan kembali nilai kepedulian dan gotong royong dalam masyarakat.

Sebelum pemberian bantuan dilakukan, para balita terlebih dahulu mengikuti pemeriksaan medis yang dilaksanakan oleh tim dari RSI Karangmojo dan RS Panti Rahayu, Kelor. Tim dokter dan perawat memeriksa tinggi badan, berat badan, dan status gizi balita, kemudian mencocokkannya dengan data e-PPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat). Hasil pemeriksaan ini nantinya menjadi dasar dalam menentukan jenis dan jumlah intervensi yang sesuai.


Awal Acara: Serius tapi Hangat

Tepat pukul 08.30 WIB, acara dimulai. Ruangan yang penuh sesak dengan tamu undangan itu berubah hening ketika pembawa acara mempersilakan hadirin berdiri. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza dan Mars KB dikumandangkan dengan penuh semangat. Suara lantang peserta berpadu menjadi simbol kesungguhan untuk ikut membangun bangsa dari keluarga.

Panewu Karangmojo, Emmanuel Krisno Juwoto, SSos, menjadi orang pertama yang memberikan sambutan. Dalam tutur katanya yang tenang namun berwibawa, ia menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Ia juga menyampaikan rasa bangga bahwa Karangmojo menjadi wilayah pertama di Gunungkidul yang melaksanakan GENTING Tahap II.

“Program ini bukan sekadar acara seremonial,” ujar Krisno Juwoto. “GENTING adalah bukti bahwa kepedulian masih hidup di tengah-tengah kita. Kita ingin memastikan bahwa tidak ada lagi anak-anak yang tumbuh tanpa gizi cukup hanya karena keterbatasan ekonomi. Ini perjuangan kita bersama.”

Sambutannya disambut tepuk tangan panjang. Aura kebersamaan terpancar jelas di wajah para hadirin.


Pesan dari Pemerintah Kabupaten: Gerakan yang Harus Berlanjut

Sesi berikutnya adalah sambutan dari Kepala DPMKPPKB Gunungkidul, Drs Sujarwo, MSi, yang sekaligus membacakan pesan dari Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, SE. Dalam pesannya, Bupati menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan ini, terutama para donatur yang dengan tulus menjadi “orangtua asuh” bagi keluarga risiko stunting. Bupati bangga bahwa program ini tidak hanya bersifat sesaat, tetapi berkelanjutan di masyarakat. Gerakan ini menandakan bahwa masyarakat ingin menjadi bagian dari solusi.


“GENTING adalah wujud nyata gotong royong. Inilah nilai luhur bangsa yang diwariskan oleh Bung Karno — semangat persatuan dan saling membantu di antara sesama anak bangsa. Gotong-royong menjadi kekuatan sosial yang mampu mempercepat perubahan, memperluas jangkauan bantuan, serta mencipakan rasa memiliki di tengah masyarakat,” begitu kutipan dari sambutan Bupati yang dibacakan oleh Sujarwo.

Sujarwo kemudian menambahkan secara pribadi bahwa keberlanjutan GENTING menjadi tanda bahwa semangat sosial masyarakat Karangmojo tidak pernah padam. “Kita berharap program ini tidak berhenti di sini. Setelah tahap kedua, semoga ada tahap ketiga, keempat, dan seterusnya. Karena selama masih ada keluarga yang membutuhkan, kepedulian tidak boleh berhenti.”

Kalimat itu menjadi salah satu momen paling berkesan di ruangan. Para peserta mengangguk-angguk, seolah mengamini setiap kata.


Menjabarkan Tujuan dan Data: Paparan Panewu Anom

Selanjutnya, giliran Panewu Anom Karangmojo, Handoyo, SIP, SPd, MM, yang memberikan pemaparan lebih rinci mengenai maksud dan tujuan kegiatan. Dengan gaya komunikatif dan ringan, ia menjelaskan bahwa GENTING Tahap II lahir dari kebutuhan lapangan: bahwa keluarga risiko stunting masih memerlukan bantuan yang bersifat spesifik, demi menurunkan secara signifikan angka risiko stunting.

Handoyo juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi, mulai dari instansi pemerintah, lembaga, dunia usaha, hingga individu yang menjadi donatur. “Kita ingin menumbuhkan semangat kepedulian lintas sektor — antara pemerintah dan masyarakat. Karena mencegah stunting bukan hanya urusan tenaga kesehatan, tetapi tanggung jawab bersama.”

Ia lalu memaparkan data konkret: sebanyak 105 keluarga risiko stunting menjadi sasaran program kali ini. Rinciannya: Kalurahan Ngipak (7), Karangmojo (11), Gedangrejo (10), Ngawis (10), Jatiayu (15), Bejiharjo (35), Bendungan (6), Wiladeg (4), dan Kelor (7). Jumlah donatur yang terlibat mencapai 31 orangtua asuh, dengan total donasi baik berupa uang maupun logistik senilai Rp21.740.000,-.

“Angka ini bukan hanya nominal. Ini adalah wujud kasih dan solidaritas yang tak ternilai,” ujarnya disambut tepuk tangan hangat.


Momen Pemeriksaan Kesehatan: Menyentuh dan Bermakna

Sesi berikutnya adalah pemeriksaan kesehatan bagi para balita dari keluarga penerima manfaat. Sebanyak 39 anak diundang secara simbolis untuk diperiksa oleh tim medis dari RSI Karangmojo dan RS Panti Rahayu. Di area sebelah barat ruang pertemuan, suasana berubah menjadi lebih hidup. Para ibu terlihat menggendong anak-anaknya dengan wajah cemas sekaligus harap. Kader-kader PPKBD juga mendampingi dengan penuh ketulusan dan kesabaran.

Seorang balita tampak menatap dokter dengan mata bulat penuh rasa ingin tahu ketika stetoskop menyentuh dadanya. Sementara di sudut lain, seorang perawat dengan sabar menenangkan anak yang menangis pelan saat ditimbang.

Kegiatan pemeriksaan ini bukan sekadar formalitas. Data yang dihasilkan menjadi dasar penting dalam menentukan jenis intervensi yang sesuai — berapa banyak susu, telur, atau vitamin yang perlu diberikan untuk menunjang gizi anak-anak tersebut. Proses itu menjadi cerminan kepedulian yang nyata, bukan hanya simbolik.


Pemberian Bantuan Simbolik

Puncak acara tiba ketika satu per satu donatur dipersilakan maju ke depan untuk menyerahkan bantuan secara simbolik kepada 39 perwakilan keluarga risiko stunting. Deretan paket berisi susu kotak, telur segar, dan amplop bantuan tampak tersusun rapi di atas meja panjang, lalu dipindahkan secara estafet dari sejumlah panitia, kepada donatur, lalu kepada KRS.

Ada kehangatan yang sulit dijelaskan ketika tangan-tangan itu saling bertemu — tangan pemberi dan penerima. Beberapa ibu tampak menunduk haru, sementara donatur tersenyum tulus. Di antara mereka ada pejabat, tokoh masyarakat, hingga pelaku usaha yang turut serta menjadi “orangtua asuh” bagi anak-anak yang tak pernah mereka kenal sebelumnya.

“Semoga anak-anak tumbuh sehat dan kuat, ya,” ucap Pak Jarwo, sapaan akrab Kepala DPMKPPKB Gunungkidul, sambil menepuk lembut bahu seorang ibu muda penerima manfaat. Adegan itu menggambarkan bahwa gotong royong bukan hanya kata, tetapi tindakan nyata yang menyentuh hati.


Makan Siang dan Ramah Tamah: Menyatukan Semua Kalangan

Setelah sesi simbolik selesai, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama. Aroma nasi hangat, sambal, dan lauk khas RM Bebek Goreng Pak Koes memenuhi udara. Di tengah hidangan sederhana itu, para tamu terlihat saling berbincang akrab. Pejabat duduk berbaur dengan kader, tenaga medis, dan masyarakat penerima manfaat.

Inilah esensi GENTING yang sejati — menghapus sekat sosial, mempertemukan hati dalam semangat kemanusiaan. Tidak ada jarak antara pemerintah dan rakyat, antara pejabat dan warga. Semua berkumpul sebagai satu keluarga besar yang memiliki tujuan sama: memastikan generasi mendatang tumbuh sehat dan kuat.


GENTING Sebagai Gerakan Hati

Kegiatan hari itu mungkin telah berakhir sekitar pukul dua belas siang, namun pesan dan maknanya akan terus bergaung. GENTING bukan sekadar program bantuan, melainkan gerakan hati. Sebuah wujud gotong royong yang bertransformasi menjadi energi sosial.

Melalui GENTING Tahap II, Karangmojo tidak hanya menyalurkan bantuan gizi, tetapi juga menyalakan kembali semangat kepedulian lintas sektor — pemerintah, swasta, lembaga pendidikan, tenaga kesehatan, dan masyarakat.

Seperti yang disampaikan Panewu Anom Karangmojo, Handoyo, dalam sambutannya, “Kita tidak bisa berharap generasi emas jika kita menutup mata terhadap anak-anak yang hari ini kekurangan gizi.”

Di tengah tantangan sosial-ekonomi yang kompleks, program semacam ini menjadi oase harapan. Karena di balik setiap gelas susu dan butir telur yang diserahkan, tersimpan cita-cita besar: agar setiap anak di Gunungkidul bisa tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia.

Dan di Karangmojo, semangat itu sudah dimulai kembali dengan GENTING tahap 2. Nah, kapan kapanewonmu menyusul untuk launching tahap 2?(*)



0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine