Sore itu, Jumat (1/8), aula sederhana Sanggar Seni Mekar Laras di Padukuhan Pengkol, Kalurahan Pengkol, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul, tampak berbeda dari biasanya. Jika biasanya ruangan ini hanya dipenuhi suara kendang, saron, dan bonang yang dimainkan anak-anak, kali ini kursi-kursi plastik tertata rapi membentuk lingkaran. Kali ini ada hajatan besar di Mekar Laras. Bukan pentas karawitan atau mengiringi dalang kondang di acara Rasulan, tetapi perhelatan bersejarah: Pertemuan Perdana Pendirian Kelompok Kegiatan PIK-R Mekar Laras.
Latar Belakang Kegelisahan
Pendirian PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) di Pengkol lahir dari kegelisahan bersama. Kalurahan Pengkol, meski jauh dari hiruk pikuk kota, ternyata tak lepas dari berbagai persoalan remaja: kasus pernikahan dini yang masih terjadi, angka putus sekolah yang memprihatinkan, serta fenomena remaja yang kecanduan game hingga melupakan belajar dan pergaulan sehat.
Lebih dari itu, generasi muda Pengkol juga menghadapi tantangan yang lebih besar sebagaimana wilayah lain pada galibnya: ancaman narkoba, seks bebas, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya menyiapkan diri sebelum memasuki gerbang perkawinan. Tanpa pendampingan yang tepat, banyak remaja rentan terjerumus pada pilihan yang bisa merusak masa depannya.
Dari sinilah muncul gagasan untuk mendirikan sebuah wadah remaja yang tidak sekadar menjadi tempat kumpul, tetapi juga pusat informasi, konseling, dan pembinaan. Wadah itu kemudian diwujudkan dalam bentuk PIK-R "Mekar Laras", yang terintegrasi dengan Sanggar Seni Mekar Laras. Konsep integrasi ini menarik: seni karawitan, yang selama ini menjadi ruang ekspresi anak-anak dan remaja Pengkol, kini diberi ruh baru—membawa misi edukasi dan penyadaran tentang kehidupan berkeluarga dan kesehatan remaja.
Pertemuan Perdana yang Bersejarah
Hari Jumat sore dipilih dengan pertimbangan praktis. Anak-anak usia SD hingga SMP yang menjadi anggota karawitan sudah pulang sekolah, sehingga bisa hadir tanpa mengganggu jadwal belajar. Tepat pukul 14.00 WIB, satu per satu hadirin datang. Wajah-wajah muda anggota sanggar tampak sumringah. Sebanyak 25 anak, baik putra maupun putri, duduk dengan rapi, sebagian masih berseragam sekolah.
Turut hadir dalam acara ini para tokoh penting: dua penyuluh KB dari Balai Penyuluhan KB Nglipar, Sabrur Rohim dan Famelya FS; pengurus sanggar seni, Bapak Ngadino dan Mbah Pomo; Dukuh Pengkol, Eko Cahyanto; serta para kader KB Padukuhan. Mereka hadir bukan sekadar tamu undangan, tetapi juga sebagai saksi lahirnya wadah baru bagi remaja Pengkol.
Acara dimulai dengan pembukaan sederhana. Suasana khidmat tercipta, meski ruangan terasa hangat karena jumlah peserta yang cukup banyak. Setelah itu, Bapak Ngadino sebagai pengurus sanggar menyampaikan sambutan. Dalam kata-katanya yang penuh semangat, beliau menekankan bahwa Sanggar Seni Mekar Laras bukan hanya tempat belajar karawitan, melainkan juga ruang pembinaan karakter. Terlebih lagi, dengan sibuk dalam seni, banyak remaja Pengkol yang tidak tertarik dengan game dan medsos yang negatif.
Hari Jumat sore dipilih dengan pertimbangan praktis. Anak-anak usia SD hingga SMP yang menjadi anggota karawitan sudah pulang sekolah, sehingga bisa hadir tanpa mengganggu jadwal belajar. Tepat pukul 14.00 WIB, satu per satu hadirin datang. Wajah-wajah muda anggota sanggar tampak sumringah. Sebanyak 25 anak, baik putra maupun putri, duduk dengan rapi, sebagian masih berseragam sekolah.
Turut hadir dalam acara ini para tokoh penting: dua penyuluh KB dari Balai Penyuluhan KB Nglipar, Sabrur Rohim dan Famelya FS; pengurus sanggar seni, Bapak Ngadino dan Mbah Pomo; Dukuh Pengkol, Eko Cahyanto; serta para kader KB Padukuhan. Mereka hadir bukan sekadar tamu undangan, tetapi juga sebagai saksi lahirnya wadah baru bagi remaja Pengkol.
Acara dimulai dengan pembukaan sederhana. Suasana khidmat tercipta, meski ruangan terasa hangat karena jumlah peserta yang cukup banyak. Setelah itu, Bapak Ngadino sebagai pengurus sanggar menyampaikan sambutan. Dalam kata-katanya yang penuh semangat, beliau menekankan bahwa Sanggar Seni Mekar Laras bukan hanya tempat belajar karawitan, melainkan juga ruang pembinaan karakter. Terlebih lagi, dengan sibuk dalam seni, banyak remaja Pengkol yang tidak tertarik dengan game dan medsos yang negatif.
Dukungan dari Dukuh Pengkol
Sambutan berikutnya datang dari Dukuh Pengkol, Eko Cahyanto. Beliau menyampaikan apresiasi yang mendalam atas inisiatif pendirian PIK-R. Menurutnya, keberadaan wadah ini sangat penting untuk melindungi dan membimbing generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi dan pergaulan bebas.
"Anak-anak kita butuh tempat aman untuk belajar, bermain, dan berkarya. Dengan adanya PIK-R Mekar Laras, saya berharap remaja Pengkol bisa tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berpendidikan, dan siap menghadapi masa depan," ujarnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Harapan Dukuh tidak hanya berhenti pada ucapan. Ia juga menegaskan akan menggalang dukungan dari pemerintah Kalurahan Pengkol untuk keberlangsungan kegiatan ini, baik dalam bentuk fasilitas maupun koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Hal ini menambah semangat seluruh peserta yang hadir, terutama penyuluh KB.
Sambutan berikutnya datang dari Dukuh Pengkol, Eko Cahyanto. Beliau menyampaikan apresiasi yang mendalam atas inisiatif pendirian PIK-R. Menurutnya, keberadaan wadah ini sangat penting untuk melindungi dan membimbing generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi dan pergaulan bebas.
"Anak-anak kita butuh tempat aman untuk belajar, bermain, dan berkarya. Dengan adanya PIK-R Mekar Laras, saya berharap remaja Pengkol bisa tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berpendidikan, dan siap menghadapi masa depan," ujarnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Harapan Dukuh tidak hanya berhenti pada ucapan. Ia juga menegaskan akan menggalang dukungan dari pemerintah Kalurahan Pengkol untuk keberlangsungan kegiatan ini, baik dalam bentuk fasilitas maupun koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Hal ini menambah semangat seluruh peserta yang hadir, terutama penyuluh KB.
Membuka Wawasan Remaja
Sesi inti pertemuan ini adalah penyampaian materi oleh Sabrur Rohim, penyuluh KB dari Balai Penyuluhan KB Nglipar. Dengan gaya komunikatif dan bahasa sederhana yang mudah dipahami, Sabrur memulai dengan memperkenalkan diri dan tim kerja yang ada di Balai Penyuluhan KB Nglipar. Lalu, ia mengajak remaja untuk mengenal lebih dekat apa itu PIK-R.
"PIK-R adalah rumah kedua bagi kalian. Di sini kalian bisa belajar tentang diri sendiri, tentang kesehatan, tentang pergaulan, dan tentang bagaimana menyiapkan masa depan," jelasnya.
Sabrur kemudian mengupas tentang konsep diri remaja, bagaimana pentingnya mengenali potensi, kelemahan, serta membangun kepercayaan diri. Ia juga mengingatkan tentang tiga ancaman utama yang mengintai remaja, khususnya dari aspek kesehatan reproduksi: narkoba, pernikahan dini, dan seks bebas.
"Narkoba itu bukan hanya merusak tubuh, tapi juga menghancurkan masa depan. Pernikahan dini membuat kalian kehilangan kesempatan belajar dan berkembang. Seks bebas membawa risiko kesehatan dan masa depan yang suram. Semua itu harus kita cegah sejak sekarang," tegasnya.
Selain itu, Sabrur menekankan pentingnya sekolah sebagai pintu gerbang menuju masa depan. Ia memberi penekanan bahwa pendidikan kelak akan mengubah kehidupan seseorang. Pesannya jelas: jangan pernah berhenti sekolah, karena ilmu adalah bekal utama, lebih ringkasnya, "gendhong tas dhisik, lagi gendhong bayi".
Tak lupa, Sabrur membahas PKBR (Persiapan Kehidupan Berumah Tangga bagi Remaja). Menurutnya, menikah bukan sekadar soal cinta, tetapi kesiapan lahir batin, mental, spiritual, dan ekonomi. Dengan PKBR, remaja dididik agar kelak memasuki pernikahan dengan kesiapan yang matang.
Sesi inti pertemuan ini adalah penyampaian materi oleh Sabrur Rohim, penyuluh KB dari Balai Penyuluhan KB Nglipar. Dengan gaya komunikatif dan bahasa sederhana yang mudah dipahami, Sabrur memulai dengan memperkenalkan diri dan tim kerja yang ada di Balai Penyuluhan KB Nglipar. Lalu, ia mengajak remaja untuk mengenal lebih dekat apa itu PIK-R.
"PIK-R adalah rumah kedua bagi kalian. Di sini kalian bisa belajar tentang diri sendiri, tentang kesehatan, tentang pergaulan, dan tentang bagaimana menyiapkan masa depan," jelasnya.
Sabrur kemudian mengupas tentang konsep diri remaja, bagaimana pentingnya mengenali potensi, kelemahan, serta membangun kepercayaan diri. Ia juga mengingatkan tentang tiga ancaman utama yang mengintai remaja, khususnya dari aspek kesehatan reproduksi: narkoba, pernikahan dini, dan seks bebas.
"Narkoba itu bukan hanya merusak tubuh, tapi juga menghancurkan masa depan. Pernikahan dini membuat kalian kehilangan kesempatan belajar dan berkembang. Seks bebas membawa risiko kesehatan dan masa depan yang suram. Semua itu harus kita cegah sejak sekarang," tegasnya.
Selain itu, Sabrur menekankan pentingnya sekolah sebagai pintu gerbang menuju masa depan. Ia memberi penekanan bahwa pendidikan kelak akan mengubah kehidupan seseorang. Pesannya jelas: jangan pernah berhenti sekolah, karena ilmu adalah bekal utama, lebih ringkasnya, "gendhong tas dhisik, lagi gendhong bayi".
Tak lupa, Sabrur membahas PKBR (Persiapan Kehidupan Berumah Tangga bagi Remaja). Menurutnya, menikah bukan sekadar soal cinta, tetapi kesiapan lahir batin, mental, spiritual, dan ekonomi. Dengan PKBR, remaja dididik agar kelak memasuki pernikahan dengan kesiapan yang matang.
Integrasi Seni dan Edukasi
Salah satu hal menarik dari PIK-R Mekar Laras adalah integrasinya dengan Sanggar Seni Mekar Laras. Seni karawitan, yang selama ini menjadi kebanggaan Pengkol, kini menjadi media pembelajaran nilai-nilai kehidupan (khususnya terkait tema-tema PKBR).
Setiap kali latihan gamelan, anak-anak tidak hanya diajari teknik menabuh saron atau kenong, tetapi juga diberi ruang diskusi tentang kesehatan reproduksi, bahaya narkoba, atau pentingnya menjaga diri. Dengan begitu, suasana belajar menjadi menyenangkan, karena diselingi aktivitas seni yang mereka cintai.
"Seni itu membentuk kepekaan, kedisiplinan, dan kebersamaan. Kalau ini dipadukan dengan edukasi tentang kehidupan, hasilnya pasti luar biasa," kata Mbah Pomo, sesepuh sanggar yang sudah puluhan tahun mendampingi anak-anak, ketika dimintai tanggapannya seuasi pertemuan.
Kesepakatan dan Pengukuhan
Menjelang akhir acara, digelar musyawarah kecil. Dengan penuh semangat, seluruh peserta menyepakati pendirian PIK-R Mekar Laras yang terintegrasi dengan sanggar seni. Beberapa personil sanggar pun dikukuhkan sebagai pengurus PIK-R. Sebagai ketuanya terpilih Jenia Puspitasari.
Susunan pengurus ini diharapkan menjadi motor penggerak kegiatan. Mereka akan merancang program kerja, mengatur jadwal, serta memastikan bahwa PIK-R berjalan sesuai tujuan. Para kader KB dan penyuluh berjanji akan terus mendampingi, sehingga PIK-R Mekar Laras tidak berhenti pada pertemuan perdana, melainkan tumbuh dan berkembang.
Menjelang akhir acara, digelar musyawarah kecil. Dengan penuh semangat, seluruh peserta menyepakati pendirian PIK-R Mekar Laras yang terintegrasi dengan sanggar seni. Beberapa personil sanggar pun dikukuhkan sebagai pengurus PIK-R. Sebagai ketuanya terpilih Jenia Puspitasari.
Susunan pengurus ini diharapkan menjadi motor penggerak kegiatan. Mereka akan merancang program kerja, mengatur jadwal, serta memastikan bahwa PIK-R berjalan sesuai tujuan. Para kader KB dan penyuluh berjanji akan terus mendampingi, sehingga PIK-R Mekar Laras tidak berhenti pada pertemuan perdana, melainkan tumbuh dan berkembang.
***
Pertemuan perdana itu diakhiri dengan doa bersama. Wajah-wajah muda yang penuh harapan terlihat sumringah. Mereka seolah menemukan rumah baru, tempat di mana mereka bisa belajar, bermain, berkesenian, sekaligus mempersiapkan masa depan.
Ke depan, PIK-R Mekar Laras diharapkan bisa menjadi contoh bagi kalurahan lain di Nglipar, bahwa dengan kreativitas dan komitmen, sebuah komunitas kecil bisa melahirkan inovasi besar: mengintegrasikan seni tradisi dengan edukasi remaja.
Ke depan, PIK-R Mekar Laras diharapkan bisa menjadi contoh bagi kalurahan lain di Nglipar, bahwa dengan kreativitas dan komitmen, sebuah komunitas kecil bisa melahirkan inovasi besar: mengintegrasikan seni tradisi dengan edukasi remaja.
Pendirian PIK-R Mekar Laras kiranya bukan sekadar acara formal, tetapi momentum penting yang menandai keseriusan masyarakat Pengkol dan penyuluh KB dalam menjaga dan membimbing generasi mudanya. Dari sini lahir sebuah pesan kuat: remaja tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri. Mereka perlu wadah, pendampingan, dan arahan. Dan siapa sangka, dari denting gamelan yang sederhana, lahirlah sebuah gerakan besar: gerakan menyelamatkan masa depan generasi muda Pengkol.(*)
0 Comments