Oleh: Dwi Purwantoko HS, AMd (PLKB Kap Paliyan)
PALIYAN | Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah wadah kegiatan kelompok masyarakat yang berfokus pada keluarga yang memiliki anggota lanjut usia (lansia). Tujuan utamanya adalah meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan keluarga maupun lansia itu sendiri. Dengan demikian, diharapkan kualitas hidup lansia meningkat, mereka dapat tetap aktif, produktif, mandiri, serta menjadi sosok yang tangguh di usia senja.
Salah satu langkah untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui fasilitasi dan pelatihan bagi Kader BKL. Dalam konteks ini, Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN DIY menggelar Pendampingan Perawatan Jangka Panjang (PJP). Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari tujuh Kapanewon, yakni Wonosari, Playen, Paliyan, Panggang, Semanu, Nglipar, dan Saptosari, dengan unsur peserta meliputi Penyuluh KB dan Kader BKL. Pelatihan berlangsung selama dua hari, 30–31 Juli 2025, bertempat di Balai Kalurahan Karangasem, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul.
Pagi itu, Rabu pukul 09.00 WIB, suasana Balai Kalurahan Karangasem terasa khidmat. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dilanjutkan Mars Lansia. Para peserta berdiri tegak, melantunkan dengan penuh semangat dan penghormatan.
Sambutan pertama disampaikan oleh Lurah Karangasem, Sigit Purnomo, yang mengucapkan selamat datang kepada tim dari Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN DIY dan seluruh peserta pelatihan. Ia menyampaikan terima kasih karena kegiatan ini dapat menambah wawasan dan keterampilan para kader. “Pendampingan Perawatan Jangka Panjang bagi lansia bukan hal baru di Karangasem. Program ini sudah berjalan setahun terakhir, dibantu oleh tiga caregiver dari Karinakas,” ujarnya.
Berikutnya, Dr Mustikaningtyas, SPsi, MPH, Ketua Tim Kerja KSPK Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN DIY, memberikan sambutan. Ia menjelaskan bahwa dari lima program Quick Wins Kemendukbangga, salah satunya adalah Sidaya (Lansia Berdaya), yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup lansia dengan memastikan mereka tetap aktif, sehat, produktif, dan berpartisipasi dalam kegiatan sesuai minat serta potensi masing-masing. “Di dalam program Sidaya, salah satu poin penting adalah pelatihan dan pendampingan PJP berbasis keluarga. Harapan kami, semua ilmu yang diperoleh di sini dapat langsung diterapkan setelah pertemuan ini selesai,” tegasnya.
Tepat pukul 09.30 WIB, sesi materi dimulai dengan narasumber Afrezah, SKM, MPH. dari Indonesia Ramah Lansia (IRL). Hari pertama membawakan dua materi, yakni “Pengenalan Kondisi pada Lansia” dan “Perawatan Praktis bagi Lansia”. Antusiasme peserta terlihat jelas, sebab pembelajaran tidak hanya berupa paparan, tetapi juga dilengkapi praktik langsung oleh Kader BKL. Penyampaian materi dilakukan secara interaktif, diselingi ice breaking berupa permainan sederhana yang membuat suasana segar. Hari pertama pun ditutup dengan sesi tanya jawab yang memancing diskusi hangat.
Hari kedua menghadirkan pemateri Dr Sri Mulyani, SKep Ners, MNg dari FKKMK UGM. Materi pertama adalah “Pengukuran Kebutuhan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia”, disusul “Penguatan Caregiver Pendampingan Lansia”. Suasana kelas kembali hangat dan penuh canda gurau. Sri Mulyani tidak hanya memberikan teori, tetapi juga mengajarkan teknik komunikasi yang tepat dengan lansia, penanganan P3K seperti tersedak makanan atau luka bakar, hingga pemberian nutrisi yang sesuai.
Peserta juga diajak mempraktikkan cara mengukur kebutuhan perawatan jangka panjang menggunakan indikator ADL (Activities of Daily Living – ketergantungan total, berat, atau ringan) dan IADL (Instrumental Activities of Daily Living – bantuan penuh, bantuan sesekali, atau mandiri). Kader BKL belajar menghitung serta mengklasifikasikan lansia dalam kategori mandiri, ketergantungan ringan, sedang, berat, hingga total.
Sebagaimana hari pertama, sesi pelatihan hari kedua ditutup dengan diskusi dan tanya jawab. Kegiatan ini tidak hanya memberikan keterampilan teknis kepada para kader, tetapi juga memperkuat kesadaran bahwa pendampingan lansia adalah tanggung jawab moral dan sosial. Lansia bukan hanya objek perawatan, melainkan subjek yang berharga, memiliki pengalaman hidup dan kearifan yang dapat terus berkontribusi bagi masyarakat.(*)
0 Comments