Dari Semanu untuk Indonesia Emas: Merajut Harapan Lewat GENTING, GATI, dan Edukasi Ketahanan Pangan

Oleh: Asar Janjang Lestari, SPsi, MAP (Koordinator PKB Kapanewon Semanu)


SEMANU
| Matahari pagi Rabu itu menyinari halaman aula pertemuan Kapanewon Semanu dengan hangat yang khas. Suasana tampak semarak. Aula pertemuan dan halaman yang biasanya lengang kini dipenuhi ratusan tamu dari berbagai lapisan: dari para pemangku kepentingan tingkat provinsi, kabupaten, kapanewon, hingga para tokoh masyarakat dan kader IMP (institusi masyarakat perdesaan), kader posyandu, kader PKK di tingkat kalurahan. Beberapa tokoh penting yang tampak hadir adalah Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, SE, MM, Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN DIY yang diwakili oleh Sekretaris BKKBN DIY Rohdhiana Sumariati, SSos, MSc, serta Kepala DPMKPPKB Gunungkidul Drs Sujarwo, MSi. Mereka berkumpul dalam semangat yang sama—merayakan keluarga sebagai fondasi bangsa dan meneguhkan komitmen bersama untuk mencegah stunting demi masa depan Indonesia yang lebih sehat dan cemerlang, lebih khusus lagi menyambut Indonesia Emas 2045. 

Rabu (23/7) pagi itu, Kapanewon Semanu menjadi saksi sejarah peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 di tingkat kapanewon. "Peringatan Harganas ini sendiri dibakukan oleh Pemerintah melalui Keputusan Presiden RI no 39/2014, dan ini sebagai wujud kepedulian pemerintah akan pentingnya instutusi keluarga. Peringatan Harganas ini adalah sebagai cara untuk mengenang momen bersejarah tsb juga untuk memperkuat peran keluarga dalam membangun bangsa," demikian kata Panewu Anom Semanu sekaligus Ketua TPPS Kapanewon Semanu, Heri Wibowo, SIP, MM, dalam sambutannya di hadapan para hadirin.

Di lokasi ini, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Kapanewon Semanu meluncurkan tiga inisiatif monumental sekaligus bertepatan dengan Harganas kali ini: GENTING (Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting), GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), dan Program Edukasi Ketahanan Pangan untuk Percepatan Penurunan Stunting. Ketiganya dirancang bukan hanya untuk menjawab masalah yang mendesak, seperti stunting dan ketimpangan pengasuhan anak di dalam keluarga, tetapi juga untuk menata ulang kesadaran kolektif bahwa perubahan besar apa pun dimulai dari keluarga. Wabup Gunungkidul sendiri, Joko Parwoto, dalam kesempatan tsb didapuk sebagai penabuh gong sebagai tanda launching ketiga program tsb.

Menurut koordinator PKB Semanu, Asar Janjang Lestari, SPsi, MAP, tema Harganas tahun ini, “Dari Keluarga untuk Indonesia Maju”, seyogianya bukan sekadar ungkapan klise yang selalu menyeruak di tiap seremoni peringatan di banyak lokasi, melainkan menjadi seruan nyata.  Setidaknya dalam hal ini Semanu coba menyampaikan seruan dengan menyelenggarakan peringatan di tingkat kapanewon, sekaligus juga bergerak secara nyata dengan mencanangkan GENTING, GATI, dan 
Program Edukasi Ketahanan Pangan untuk Percepatan Penurunan Stunting, sebagai respons terhadap tantangan pembangunan sumber daya manusia yang semakin kompleks.


GENTING: Kolaborasi Orangtua Asuh untuk Gizi dan Harapan Baru

Jika setiap anak adalah benih masa depan, maka gizi adalah tanah subur tempat harapan tumbuh, dan tanggungjawab untuk menyiapkan masa terbaik untuk anak-anak kita itu terbebankan kepada segenap pihak secara kolektif. Itulah yang menjadi semangat dasar program GENTING (Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting) yang diluncurkan secara resmi di Semanu kali ini. Semanu menjadi kapanewon ke-10 di Gunungkidul yang mencanangkan GENTING ini sebagai dukungan dan implementasi dari salah satu Quick Wins Kemendukbangga/BKKBN ini. GENTING ini bukan sekadar program bantuan sosial, melainkan gerakan kolektif berbasis kolaborasi multipihak di tingkat lokal—antara masyarakat, LSM, dunia usaha (korporasi), institusi pemerintah, serta instansi swasta (non-formal) terkait—untuk mengambil peran aktif dalam mengintervensi dan mendampingi keluarga-keluarga berisiko stunting atau yang lazim disebut KRS.

Menurut Heri Wibowo, di Kapanewon Semanu sendiri, berdasarkan data dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), sebenarnya jumlah total KRS-nya sangat banyak, karena Semanu sendiri merupakan satu di antara sejumlah kapanewon dengan jumlah penduduk yang banyak. Akan tetapi, mengingat situasi dan kondisi (besaran donasi yang terkumpul dari para orangtua asuh), GENTING kali ini disasarkan kepada 155 keluarga risiko stunting (KRS). Jumlah 155 rumah tangga ini merupakan hasil dari seleksi atau screening yang ketat sehingga mereka layak mendapatkan bantuan. Dari 155 KRS tsb cakupannya terutama adaah ibu hamil atau baduta (bayi di bawah dua tahun) yang memiliki faktor risiko tinggi terhadap stunting, seperti kemiskinan, kurangnya asupan gizi, hingga keterbatasan sanitasi.


Dalam upaya menekan angka KRS tersebut, GENTING Kapanewon Semanu hadir untuk 
menyentuh langsung ke akar persoalan. Sejumlah institusi dan individu dari berbagai sektor menyatakan komitmennya sebagai orangtua asuh dalam program GENTING ini Mereka tak hanya memberikan bantuan materiil, tetapi juga edukasi dan dukungan psikososial.

Beberapa pihak yang menyatakan komitmennya menjadi orangtua asuh antara lain adalah:

1. PT Widodo Makmur Unggas Semanu

2. PT Malindo Semanu

3. PT Charoen Phokpan Indonesia Semanu

4. RS Pelita Husada Semanu

5. Kepala Dinas Kesehatan (yang sekaligus tokoh masyarakat di Kapanewon Semanu)

6. Panewu Semanu

7. PMB Sri Mulyani Ngeposari

8. Panewu Anom Semanu

9. PMB Kontras Dwi Astuti Semanu

10. Klinik As Salam Semanu

11. PMB Mutia Rahmawati Semanu

12. DPD IPeKB (Ikatan Penyuluh KB) DIY

13. DPC IPeKB Gunungkidul

14. Koordinator PKB Semanu

15. PKB dan THL BPKB Semanu

16. Ny Hidayatun


Bentuk intervensi yang diberikan sangat konkret, antara lain:

1. Paket 2 butir telur per hari selama 3 bulan bagi ibu hamil dan baduta dari KRS.
2. Stimulus gizi berkala dalam bentuk paket telur tambahan.
3. Rehabilitasi sarana sanitasi, seperti jamban sehat.
4. Edukasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) kepada keluarga sasaran.

"Program ini dirancang sebagai gerakan yang berkelanjutan, bukan sekadar aksi musiman. Oleh karena itu, pasca-launching, diharapkan akan terus muncul orangtua asuh baru yang tergugah dan tergerak untuk bergabung," kata Heri Wibowo.


GATI: Menjawab Krisis Peran Ayah dalam Pengasuhan

Dalam diskursus pembangunan keluarga, nama ibu sering dielu-elukan. Namun diam-diam, ayah sering menjadi tokoh yang hilang. Tak hadir secara fisik, emosional, bahkan spiritual. Fenomena ini dikenal sebagai fatherlessness, yang data UNICEF (2021) menyebutkan menimpa sekitar 20,9% anak-anak Indonesia.

Menjawab tantangan tersebut, Semanu berinisiatif meluncurkan GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia). Program ini tidak hanya simbolis, tapi disiapkan secara matang sebagai sebuah infrastruktur sosial baru yang mendorong peran ayah lebih aktif dalam pengasuhan anak.

Oleh karena itu, GATI di Semanu ditandai dengan dua langkah besar:

1. Pencanangan Konsorsium Komunitas Ayah “Rumah Besar Semanu”, yang diketuai oleh Joko Suryanto, SPd, MPd, yang kesehariannya sebagai Korwil Bidik Kapanewon Semanu. Komunitas ini menjadi ruang berkumpul, berbagi pengalaman, dan saling mendukung antarsesama ayah.

2. Pembukaan Kelas Perdana Sekolah Ayah “Jalu Mituhu” di Kampung KB Kalurahan Pacarejo, Kapanewon. Sekolah ini, yang dipimpin oleh Sumaryadi, saat ini memiliki 26 siswa perdana yang merupakan ayah dan calon ayah dari berbagai latar belakang.

Yang membanggakan, ujar Panewu Semanu, Emmanuel Krisno Juwoto, SSos, dalam sambutannya, bahwa Kapanewon menjadi pelopor GATI pertama di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan untuk konsorsium komunitas ayah serta sekolah ayah, yang ada di Kapanewon Semanu adalah yang pertama dan satu-satunya di Gunungkidul. Capaian ini dinilai sebagai buah keseriusan semua elemen: dari BPKB Kapanewon, TPPS, hingga mitra strategis seperti tokoh masyarakat dan dunia pendidikan. "Saya berharap GATI semanu ini menjadi embrio bagi pengembangan program GATI di wilayah-wilayah lain di Gunungkidul, bahkan di DIY," ujar Panewu Semanu berbangga.


Ketahanan Pangan untuk Cegah Stunting

Namun, tak ada keluarga kuat tanpa pangan yang cukup. Itulah prinsip dasar yang melatarbelakangi peluncuran Program Edukasi Ketahanan Pangan untuk Percepatan Penurunan Stunting di Semanu. Program ini dimulai secara simbolik dengan penanaman sayuran di media tanam sederhana, pemeliharaan ikan lele dalam galon bekas, di lingkungan kantor Kapanewon Semanu oleh segenap pegawai lintas dinas dan instansi.


Dengan peluncuran edukasi Ketahanan Pangan ini, apa yang terlihat sederhana—menanam kangkung, bayam, tomat, atau cabai—sesungguhnya adalah gerakan besar. Pesan dari edukasi ini jelas:  bahwa setiap rumah bisa menjadi sumber gizi, terutama bagi keluarga risiko stunting (KRS). Tidak perlu hektaran lahan untuk berkebun. Pekarangan selebar dua meter pun bisa menjadi lumbung pangan keluarga.

Program ini diharapkan menjadi sumber inspirasi keluarga-keluarga KRS agar tidak bergantung pada bantuan terus-menerus, tetapi mampu memproduksi gizi keluarga sendiri secara mandiri dan berkelanjutan.


Dari Semanu untuk Indonesia

Apa yang terjadi di Semanu membawa pesan penting, bahwa keluarga bisa menjadi tulang punggung pembangunan bangsa. Bahwa masalah besar seperti stunting, ketimpangan pengasuhan, dan ketahanan 
pangan bisa dijawab dengan pendekatan yang membumi dan menyentuh langsung ke lapangan.

Dengan program GENTING, anak-anak dari keluarga rentan kini mendapat nutrisi dan perhatian lebih. Dengan GATI, ayah-ayah yang dulu merasa asing dalam pengasuhan kini menemukan jalan kembali ke pelukan keluarganya. Dan dengan gerakan ketahanan pangan, keluarga-keluarga belajar mandiri dan berdaya dengan berkebun secara sederhana namun berdampak.


Pesan Bung Karno


Dalam sambutan yang dibacakan oleh Wabup Joko Parwoto, SE, MM, Bupati Gunungkidul menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang dilaksanakan oleh Kapanewon Semanu. Bupati menyebutnya sebagai suatu momentum yang sangat penting, karena bersamaan dengan peringatan Harganas ke-32, juga diluncurkan 3 program sekaligus: GENTING, GATI, dan edukasi Program Ketahanan Pangan untuk Pencegahan Stunting. "Ini mencerminkan suatu kegiatan yang menyeluruh, melibatkan semua anggota keluarga, dan menekankan pentingnya peran ayah ibu dan lingkungan sekitar dalam memastikan tumbuh kembang anak-anak kita dengan baik," ujar Bupati.

Bupati menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada segenap pihak yang telah berkontribusi terhadap kegiatan ini, khususnya para orangtua asuh, karena hal tsb menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh kepada masa depan anak-anak kita di Gunungkidul. Bupati berharap bahwa gerakan ini tidak sebatas di forum pencanangan ini, tetapi kemudian semakin menyebar dan mengakar di masyarakat. 

Bupati menyitir kata-kata Bung Karno, bahwa, "... jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu-membahu mewujudkannya." Maka dengan tekad dan kolaborasi yang kuat dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah, saya yakin kita mampu menghadapi berbagai tantangan pembangunan termasuk dalam upaya penurunan angka stunting serta memperkuat ketahanan keluarga. 


Quick Wins Kemendukbangga

Dalam sambutannya, Kaper Kemendukbangga/BKKBN DIY yang diwakili oleh Sekban Rohdiana Sumariati, SSos, MSc, menyampaikan bahwa dengan nomenklaturnya yang baru, Kemendukbangga/BKKBN kini konsern pada bidang kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga. 

Disampaikan oleh Bu Rodhi, sapaan akrabnya, bahwa untuk saat ini Kemendukbangga/BKKBN memiliki 5 program unggulan (Quick Wins), yakni Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak), GENTING (Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting), GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), Sidaya (Lansia Berdaya), serta SuperApps. 

Khusus terkait dengan GENTING, Rohdhiana menyatakan bahwa ini program gotong-royong yang melibatkan multi pihak, baik unsur pemerintah, swasta, person, kelembagaan, perusahaan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Setelah launching ini, ujar Rohdhiana, harapannya makin banyak masyarakat yang ikut bergabung sebagai orangtua asuh. 

Rohdhiana percaya bahwa antusiasme masyarakat Gunungkidul, baik unsur pemerintah ataupun swasta, juga komunitas, sangat luar biasa dalam upaya percepatan penurunan stunting. Ini terbukti melalui hasil survei pada tahun 2024, bahwa angka stunting di Gunungkidul turun sekitar 2% ketimbang setahun sebelumnya, meski angka 19,7% tentu masih relatif tinggi dibanding kabupaten/kota lain di DIY. Capaian ini tentu tak lepas dari upaya dan kerjasama yang luar biasa dari berbagai pihak di Gunungkidul dalam upaya percepatan penurunan stunting selama. 

Dengan adanya pencanangan Edukasi Program Ketahanan pangan ini, lanjut Rohdhi, tentu semakin merefleksikan kerjasama lintas sektor untuk penanganan stunting ini. "Dengan semakin banyaknya sektor yang terlibat, semoga ke depan angka stunting di Gunungkidul semakin turun lagi," pungkas Rohdhiana.
 

Apresiasi dan Capaian

Acara puncak juga menjadi ajang penghargaan dan apresiasi. Beberapa tokoh dan lembaga diberi pengakuan atas kinerja luar biasa mereka dalam program pembangunan keluarga dan percepatan penurunan stunting, di antaranya:

1. Tim Pendamping Keluarga (TPK) terbaik, yang dalam satu tahun berhasil mendampingi lebih dari 30 KRS dengan pendekatan partisipatif.

2. Purna PPKBD dengan masa tugas terlama, simbol dedikasi puluhan tahun dalam mendampingi keluarga-keluarga kalurahan dalam mensukseskan program Bangga Kencana.

3. Nominator Rumah DataKu berbasis digital terbaik, yang menjadi pusat informasi berbasis masyarakat.


Langkah Panjang Menuju Indonesia Emas 2045

Peringatan Harganas ke-32 di Semanu tahun ini mungkin hanya berlangsung satu hari. Tetapi dampaknya diharapkan berlangsung jauh lebih lama. Program-program yang diluncurkan hari ini kiranya tak hanya menjawab isu stunting dan pengasuhan saat ini, tetapi juga meletakkan dasar yang kokoh menuju Indonesia Emas 2045 yang sudah lama kita canangkan dan gaungkan sekian lama ini.

Ketika pemerintah pusat berbicara soal bonus demografi, produktivitas generasi muda, dan daya saing global, Kapanewon Semanu kali ini menjawabnya dengan tindakan lokal: memperkuat keluarga, menghadirkan kembali peran ayah, dan memastikan anak-anak cukup gizi, dengan telur, tanaman sayur, hingga kelas pengasuhan. Semanu sedang menulis bab baru dalam buku besar pembangunan manusia Indonesia. Semoga menginspirasi.(*)
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine