Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau disingkat Kemendukbangga merupakan kementerian di lingkungan Pemerintah Indonesia yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kependudukan dan sub urusan pemerintahan pembangunan keluarga. Perubahan nomenklatur ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 180 dan 181 Tahun 2024. Dengan perubahan nomenklatur ini, BKKBN menjadi Kemendukbangga kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Kemendukbangga/BKKBN memiliki 5 program percepatan atau quick wins untuk tahun 2025, pertama Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting); kedua, Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) yaitu dengan penyediaan tempat penitipan anak atau daycare unggulan; ketiga, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). Program keempat, yaitu Aplikasi Super Berbasis Akal Imitasi (AI) yang melayani konsultasi keluarga; sedangkan program kelima adalah SIDAYA atau Lansia Berdaya, yang menyediakan layanan berbasis komunitas untuk para lansia yang tidak mendapatkan perawatan oleh anaknya.
Salah satu program yang diimplementasikan di wilayah Kapanewon Semanu adalah GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia). GATI merupakan salah satu program inisiatif yang diluncurkan oleh Kemendukbangga/BKKBN dalam mendorong penguatan peran para ayah/calon ayah di Indonesia untuk mulai aware terlibat dalam pengasuhan anak/pendampingan remaja yang selama ini peran tersebut sering terabaikan, terkhusus dalam pengasuhan agar tumbuh kembang anak maksimal. Program GATI bertujuan untuk mendorong keterlibatan aktif ayah dan calon ayah dalam pengasuhan anak, pendampingan remaja dan pra remaja untuk menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, sehat, dan seimbang menuju keluarga yang berkualitas. Sasaran program ini adalah para ayah yang memiliki anak usia dini, para ayah yang memiliki remaja usia 10-24 tahun dan belum menikah, dan remaja laki-laki sebagai calon ayah.
Sebagai bentuk implementasi program GATI, Kampung Keluarga Berkualitas Pacarejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul merintis komunitas sekolah ayah. Sekolah ayah dalam hal ini merujuk pada peran ayah dalam mendidik dan mengasuh anak, di mana ayah dianggap sebagai sosok penting dalam perkembangan anak, baik secara emosional maupun intelektual, dan berperan sebagai teladan di rumah. Bentuknya bukan sebagai sebuah lembaga pendidikan formal seperti sekolah, lebih kepada bentuk komunitas yang terdiri dari para ayah yang memiliki kepedulian atas penguatan peran di keluarga.
Sekolah Ayah di Kampung KB Pacarejo terbentuk bermula dari proses sosialisasi program GATI oleh PKB Semanu. Kemudian pada hari Senin, 19/5, dilakukan asesmen komunitas di Kampung KB Pacarejo. Asesmen ini diinisiasi oleh Balai Penyuluhan KB Kapanewon Semanu bersama Pengurus Pokja Kampung KB Pacarejo, dengan pelaksanaan dibersamai para mahasiswa magang program profesi psikolog UGM Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus pokja Kampung KB, dukuh/perangkat kalurahan, bamuskal, dan tokoh Masyarakat di Pacarejo.
Dalam proses asemen terungkap bahwa ketika mendengar kata “peran ayah”, hal yang pertama kali terlintas pada diri peserta adalah: ayah ikut mendidik anak, membantu tugas rumah, ayah dan ibu saling melengkapi, ayah membantu memasak, ayah bisa multiperan termasuk menggendong anak dari kecil. Selain itu terungkap beberapa tantangan yang ditemui dalam dalam mendidik anak antara lain: faktor lingkungan, di mana orangtua tidak bisa spenuhnya mengontrol lingkungan anak; kesulitan pembiasaan rutinitas anak; tantangan menghadapi dinamika pergaulan anak secara bijak; membersamai anak dari pengaruh negatif teknologi (HP, sosmed) di era yang serba digital ssat ini; termasuk tantangan para calon ayah di mana anak jaman sekarang lebih suka main gadget dibandingkan bermain dengan orang tua.
Berbagai tantangan dan kesadaran atas pentingnya peran ayah, menguatkan semangat dan tekad untuk merintis sekolah ayah. Dengan adanya sekolah ayah, harapannya para ayah dan calon ayah bisa belajar dan berproses bersama untuk menguat bekal tentang berbagai tema : belajar cara mengendalikan emosi; cara memberikan kasih sayang yang lebih kepada anak; manajemen penggunaan gadget pada anak supaya tidak berlebihan dan bisa dikontrol; belajar mendidik anak antara moral dengan ilmu bisa seimbang, mengajarkan nilai-nilai budaya, sopan santun kepada orang tua, tata krama kepada anak; belajar manajemen emosi, cinta, dan finansial dalam keluarga; belajar cara membentuk karakter anak agar anak mentalnya kuat, karakternya baik; belajar memahami kriteria anak karena setiap anak berbeda-beda.
Semua peserta terlibat aktif dalam diskusi untuk menyampaikan ide maupun pendapat masing-masing. Antusiasme tinggi dalam menjawab, satu pertanyaan bisa menjaring banyak gagasan. Kesepakatan bulat terbangun dengan pembentukan Komunitas Sekolah Ayah. Komunitas sekolah ayah merupakan forum yang cenderung baru untuk memberikan wadah bagi ayah-ayah maupun calon ayah untuk berbagi pengalaman. Mayoritas peserta yang kemudian menjadi calon siswa telah memahami peran ayah di keluarga dan menunjukkan bahwa peran ayah tidak hanya sebatas mencari nafkah, tetapi juga mengasuh anak, bertanggung jawab terhadap kondisi psikologis istri, serta membantu pekerjaan rumah.
“Komunitas Sekolah Ayah di Kampung KB Pacarejo ini kami beri nama Jalu Mituhu.Jalu berarti laki-laki, mituhu artinya setia. Kami berharap para siswa sekolah ayah mampu menjadi laki-laki berwatak ksatria yang setia dan bertanggung jawab penuh kepada keluarga”, papar Sumaryadi, seorang ayah, yang terpilih sebagai Kepala Sekolah Ayah Jalu Mituhu.
Adapun Asar Janjang Lestari, selaku PKB pembina wilayah, menjelaskan bahwa berdasarkan kesepakatan para siswa, Sekolah Ayah Jalu Mituhu Kampung KB Pacarejo akan dilaksanakan secara hybrid learning, gabungan luring dan daring. Kelas luring akan dibuka sebulan sekali adapun kelas daring dilaksanakan fleksibel sesuai kebutuhan materi yang dipelajari. Materi disusun dengan mengacu pada hasil asesmen yang sudah dilakukan. Harapan ke depan, Sekolah Ayah Jalu Mituhu Kampung KB Pacarejo mampu menjadi salah satu komunitas yang memberi warna positif bagi terwujudnya ayah teladan Indonesia. Dari Kampung KB Pacarejo untuk Indonesia.(*)
Semua peserta terlibat aktif dalam diskusi untuk menyampaikan ide maupun pendapat masing-masing. Antusiasme tinggi dalam menjawab, satu pertanyaan bisa menjaring banyak gagasan. Kesepakatan bulat terbangun dengan pembentukan Komunitas Sekolah Ayah. Komunitas sekolah ayah merupakan forum yang cenderung baru untuk memberikan wadah bagi ayah-ayah maupun calon ayah untuk berbagi pengalaman. Mayoritas peserta yang kemudian menjadi calon siswa telah memahami peran ayah di keluarga dan menunjukkan bahwa peran ayah tidak hanya sebatas mencari nafkah, tetapi juga mengasuh anak, bertanggung jawab terhadap kondisi psikologis istri, serta membantu pekerjaan rumah.
“Komunitas Sekolah Ayah di Kampung KB Pacarejo ini kami beri nama Jalu Mituhu.Jalu berarti laki-laki, mituhu artinya setia. Kami berharap para siswa sekolah ayah mampu menjadi laki-laki berwatak ksatria yang setia dan bertanggung jawab penuh kepada keluarga”, papar Sumaryadi, seorang ayah, yang terpilih sebagai Kepala Sekolah Ayah Jalu Mituhu.
Adapun Asar Janjang Lestari, selaku PKB pembina wilayah, menjelaskan bahwa berdasarkan kesepakatan para siswa, Sekolah Ayah Jalu Mituhu Kampung KB Pacarejo akan dilaksanakan secara hybrid learning, gabungan luring dan daring. Kelas luring akan dibuka sebulan sekali adapun kelas daring dilaksanakan fleksibel sesuai kebutuhan materi yang dipelajari. Materi disusun dengan mengacu pada hasil asesmen yang sudah dilakukan. Harapan ke depan, Sekolah Ayah Jalu Mituhu Kampung KB Pacarejo mampu menjadi salah satu komunitas yang memberi warna positif bagi terwujudnya ayah teladan Indonesia. Dari Kampung KB Pacarejo untuk Indonesia.(*)
0 Comments