KETAPEL BASUDEWA, Inovasi Peningkatan Kesehatan Jiwa di Songbanyu, Girisubo

Oleh: Faris Shalih 'Afif (UPT Puskesmas Girisubo)


Saya bernama Faris Shalih ‘Afif, lahir di Wonogiri dan tinggal di Kecamatan Pracimantoro, sebuah Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kapanewon Rongkop , Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hidup dan besar di daerah yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta membuat saya memahami keanekaragaman budaya dan tradisi, sehingga hal tersebut mengasah rasa toleransi saya terhadap segala perbedaan yang ada saat ini.

Saya menempuh pendidikan keperawatan di Akademi Keperawatan Giri Satria Husada, Wonogiri, Jateng. Menjadi seorang perawat berarti siap untuk menolong sesama dan membaktikan dirinya terhadap kemanusiaan. Saya memegang teguh ajaran Jawa yang menjadi landasan filosofi berdirinya Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane (Kesejahteraan dan Ketentraman Manusia Terjadi Karena Kemanusiaanya) yang berarti seorang perawat tidak boleh membeda bedakan ras, suku, agama, jenis kelamin maupun warna kulit untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik di manapun tempatnya.

Saya adalah ASN di Kabupaten Gunungkidul dan ditempatkan di Puskesmas Girisubo, salah satu Puskesmas paling ujung timur di Kabupaten Gunungkidul. Kapanewon Girisubo memiliki daerah yang di dominasi oleh pegunungan dan langsung berbatasan dengan laut, yaitu Samudera Hindia. Mayoritas masyarakat di kapanewon ini adalah petani dan nelayan. Di Kapanewon Girisubo ada satu kalurahan bernama Kalurahan Songbanyu yang terdiri dari 13 Padukuhan. Kalurahan Songbanyu sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Untuk melakukan pelayanan kesehatan ke Kalurahan Songbanyu bagian selatan memerlukan waktu satu jam perjalanan dengan kendaraan melewati medan pegunungan yang terjal dan licin ketika musim penghujan.


Latar Belakang 

Selama saya mengabdi sebagai ASN, permasalahan serius di Kalurahan Songbanyu adalah masih adanya kasus pasung dan minimnya pengetahuan tentang kesehatan jiwa. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan DIY, pada tahun 2019, dengan total penduduk DIY sekitar 3,594 juta, terdapat 12.784 di antaranya  yang merupakan ODGJ. Bantul menjadi daerah dengan jumlah ODGJ terbesar, mencapai 3.327 jiwa, kemudian dilanjutkan Kota Yogyakarta (3.468), Sleman (2.988), Kulonprogo (1.618) dan Gunungkidul (1.483). Para ODGJ tersebut didominasi oleh penduduk yang berada di rataan usia antara 55-64 tahun. Untuk Kabupaten Gunungkidul sendiri, angka kematian dengan kasus gantung diri mencapai 30 kasus pada tahun 2022, sedangkan untuk pasung kabupaten Gunungkidul mencapai angka 7 kasus, sementara di Kapanewon Girisubo angka kunjungan pasien berobat rutin orang dengan gangguan jiwa dengan diagnosis skizofrenia meningkat dari tahun 2019 sampai 2022 , menurut data UPT Puskesmas Girisubo, dari tahun 2019 ada 169 orang, tahun 2020 ada 178 orang,  2021 ada 190 orang, dan tahun 2022 mencapai 232 orang.

Untuk Kalurahan Songbanyu, pada tahun 2019 terdapat 1 kasus pasung. Ini terjadi akibat masih adanya stigma negatif di masyarakat tentang ODGJ, tingkat pengetahuan keluarga untuk merawat ODGJ rendah juga kepatuhan minum obat penderita gangguan jiwa di kalurahan ini sangat rendah. Hal ini dibuktikan hanya 1 orang pasien (20%) yang teratur datang mengambil obat jiwa dari 5 pasien total. Sedangkan untuk angka depresi kalurahan ini masih tinggi. Menurut skrining Self Reporting Quetionnaire 29 (SRQ29) tanggal 25 September 2020, pada 70 responden kader kesehatan dan lintas sektoral di Kalurahan Songbanyu, prosentase depresi mencapai 65%. Berarti hanya ada 35% (24 orang) yang tidak mengalami gangguan depresi.


Inovasi Sebagai Solusi

Inovasi yang saya dedikasikan terhadap daerah tempatnya mengabdi, bekerja dan berkarya bagi mayarakat adalah: “Kalurahan Terpadu Pelaksanaan Bebas Pasung, Depressi dan Penyakit Jiwa (Katapel Basudewa)”. Inovasi yang dilakukan adalah mencakup aspek usaha kesehatan masyarakat yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan metode Chronic Care Mode yaitu sebuah metode pendekatan yang komprehensif untuk merawat sakit kronis yang mendukung peningkatan hasil fungsional dan klinis. Indikator keberhasilan inovasi ini ada 3 aspek:

1. Tidak ada kasus pasung di Kalurahan Songbanyu
2. Menurunnya angka depresi di Kalurahan Songbanyu
3. Meningkatnya kepatuhan minum obat jiwa bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kalurahan Songbanyu

Inovasi Katapel Basudewa adalah sebuah inovasi adaptif dan unik yang berlandaskan dua pilar transformasi kesehatan yaitu: Transformasi Layanan Primer dan Transformasi Teknologi Kesehatan. Inovasi ini mampu meningkatkan layanan kesehatan dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan jiwa Puskesmas Girisubo. Inovator melakukan beberapa langkah untuk mencapai tiga indikator keberhasilan inovasi tersebut.

Tahap pertama, advokasi dukungan kebijakan dan sumberdaya inovasi melibatkan lintas sektor (linsek) yaitu Kapanewon Girisubo, Kapolsek, Danramil, Kalurahan, Padukuhan, Kader serta lintas profesi (dokter, bidan, ahli kesehatan masyarakat, dan apoteker). Hal ini dilakukan melalui penyamaan persepsi dan membangun tim dengan rapat koordinasi dan pemanfaatan media sosial. Hasilnya, muncul kesadaran untuk menaikan derajat kesehatan jiwa kalurahan Songbanyu ditandai adanya penandatanganan deklarasi kesehatan jiwa di Kalurahan Songbanyu.

Tahap kedua, inovator melakukan penyuluhan terhadap masyarakat, kader kesehatan, perangkat kalurahan dan lintas sektoral untuk membebaskan kasus pasung yang ada di Kalurahan Songbanyu. Selain melakukan penyuluhan, inovator melakukan pendekatan terhadap Caregiver (pendamping) pasien pasca pasung untuk melakukan pemantauan kesehatan baik mental maupun fisik untuk mengetahui keadaan pasien pasca pasung. Hasilnya, pasien pasung yang pada 19 September 2020 di bebaskan, sudah bisa mandiri mengambil obat jiwa ke Puskesmas, kembali berinteraksi dengan masyarakat dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga tidak ada lagi kasus pasung di Kalurahan Songbanyu.

Tahap ketiga, melakukan skrining depresi menggunakan SRQ 29 kepada masyarakat Kalurahan Songbanyu sebanyak 70 responden kader kesehatan dan lintas sektoral untuk mengetahui tingkat depresi. Selain melakukan skrining manual, inovator juga memasang Barcode yang berisi SRQ 29 format Google Form di kantor Kalurahan Songbanyu, Balai Padukuhan (13 Titik), dan sekolahan di daerah Kalurahan Songbanyu. Google Form tersebut sudah terhubung dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, sehingga dapat dilakukan pemetaan tingkat depressi di Kalurahan Songbanyu. Untuk penurunan tingkat depresi, inovator menggunakan metode Game Ice Breaking yang dikombinasi dengan musik. Hasilnya, dengan dilakukan Game Ice Breaking sebanyak 2 kali, tingkat depresi responden yang sebelumnya 65% turun menjadi 10%. Pemetaan tingkat depresi di Kalurahan Songbanyu bisa dilakukan dan Puskesmas Girisubo bisa melakukan tindak lanjut bagi masyarakat yang memiliki tingkat depresi yang tinggi.

Tahap keempat, inovator melakukan penyuluhan terhadap pendamping pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) tentang kepatuhan minum obat jiwa bagi pasien. Hasilnya, angka kunjungan pengambilan obat jiwa di Puskesmas Girisubo meningkat dari 20% (1 orang) menjadi 100% (5 orang) selama 2 tahun.

Dampak Inovasi Katapel Basudewa

1. Terbentuknya penandatanganan Deklarasi Kesehatan Jiwa di Kalurahan Songbanyu. (5 September 2020)

Warga Kalurahan Songbanyu Kapanewon Girisubo mampu menghilangkan semua stigma tentang ODGJ yang akan memperburuk keadaan penderita baik dari segi mental maupun fisik.

2. Tidak ada kasus pasung di Kalurahan Songbanyu

Sesuai amanat Undang undang kesehatan No 18 tahun 2014 yang menyatakan tidak boleh adanya pasung, maka pemasungan yang dilakukan di Kalurahan Songbanyu pada tahun 2019 menjadi kasus terakhir di Kalurahan Songbanyu. (19 September 2020)

3. Pemetaan Tingkat Depresi di Kalurahan Songbanyu bisa diakses di Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.

Pemetaan angka depresi yang dilakukan bisa memudahkan Puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap masyarakat Kalurahan Songbanyu yang memiliki tingkat depresi tinggi. (25 September 2020)

4. Angka pengambilan obat rutin jiwa meningkat

Setelah dilakukan inovasi, angka kunjungan pasien pengambilan obat jiwa di puskesmas girisubo meningkat selama 2 tahun, tahun 2020 (178 orang), 2021 (190 orang), dan tahun 2022 mencapai 232 orang. (Laporan Bulanan Puskesmas Girisubo 2021, dan 2022)

Inovasi Katapel Basudewa adalah inovasi yang adatif dan unik yang sudah di gunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul dan diaplikasikan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Gunungkidul. Inovator juga mengembangkan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat Bagi ODGJ menggunakan media pengolahan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sehingga pasien ODGJ mampu menaikan derajat hidupnya dengan Rehabilitasi tersebut.

Inovasi ini memiliki memiliki hambatan yang besar, karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan jiwa serta tingginya Stigma negatif bagi ODGJ. Dengan pendekatan yang komprehensip antara inovator dengan Lintas Sektoral, maka inovator berhasil untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat di Kalurahan Songbanyu Kapanewon Girisubo Kabupaten Gunungkidul.

Daftar Pustaka

1. Albanna, Morteza Syariati. 2019. Mitos Pulung Gantung Marak Bunuh Diri di Gunungkidul. Jakarta : Tagar.ID

2. Indonesia. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Lembaran Negara RI Tahun 2014. Jakarta.

3. Laporan Bulanan Puskesmas Girisubo 2021

4. Laporan Bulanan Puskesmas Girisubo 2022

5. Munthe, Celestinus Eigya. 2021. Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Jakarta. Kementerian Kesehatan.

6. Pujianta. 2015. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup ODGJ Melalui Rehabilitasi Masyarakat di Padukuhan Petir Kecamatan Rongkop. Gunungkidul. (*)
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine