Kontributor: Nur Istiqomah, SIKom (PKB Kap Purwosari)
PURWOSARI | Senin (27/02), bertempat di balai penyuluhan KB Kapanewon Purwosari diselengarakan acara minilokakarya, dengan peserta pamong kalurahan, dinas instansi terkait yang ada diwilayah Purwosari, dan tim TPPKS Kapanewon Purwosari. Acara dimulai dari jam 09.00 sampai dengan pukul 12.30 WIB dan berjalan dengan lancar.
Acara diiawali dengan doa pembuka dilanjutkan menyanyikan lagu Indoneia Raya dan Mars KB.
Acara selanjutnya ucapan selamat datang dan penyampaian sekilas data stunting yang ada di Purwosari oleh Koordinator Penyuluh Keluarga Berencana, Bambang Wardoyo, SSos, dengan tujuan agar semua peserta memahami kondisi data stunting di Purwosari.
Selanjutnya pengarahan
dari Panewu Purwosari yang diwakili oleh Panewu Anom, Sungkem, SST, MM dan sebagai ketua TIM TPPKS di Kapanewon Purwosari. Di dalam arahannya beliau menegaskan perlunya
peningkatan kerja sama dengan sektor terkait agar angka risiko stunting dan
stunting ada penurunan dan yang paling penting jangan sampai muncul kasus baru
diwilayah ini. Upaya percepatan angka
stunting perlu digalakkan dengan meningkatkan promosi dan
edukasi kepada sasaran dan memaksimalkan pendampingan oleh TPPKS, kader, tokoh masyarakat dan
tokoh agama, demikian Panewu Anom.
Acara dilanjutkan oleh Pendamping TPPKS Tingkat Kabupaten Gunungkidul, Erlando Henriques, ST. Dalam materi tersebut beliau menyampaikan Purwosari adalah Kapanewon yang paling rendah prevalensi stunting berdasarkan data EPPGBM sampai desember 2022.
Menurut Pak Edo, sapaan akrabnya, kategori prevalensi
stunting menurut WHO dikategorikan dalam
5 [lima] kriteria: Sangat rendah: < 2.5%, Rendah: 2.5- <10%,
Sedang: 10 - <20%, Tinggi: 20 - <30%, Sangat tinggi: > 30%. Angka
di tingkat Kabupaten dalam kisaran 15.42 %
dan Purwosari sebesar 4.86% masuk
dalam kategori rendah. Kata Edo, hal ini tentu merupakan suatu hasil kerja keras dan
kerja nyata semua pihak yang berkontribusi dan bersinergi dari lintas terkait dalam penanganan stunting.
Selanjutnya menurut Edo permasalahan sumber air minum dari air hujan masuk dalam
kategori tidak sehat dan banyak dipertanyakan, sehingga perlu dipahamkan kondisi di sarana penampungan atau PAH (penampungan air hujan) mulai dari genting talang yang kemungkinan banyak debu,
kotoran binatang dan lain lain, begitu juga di baknya kemungkinan endapan
lumpur yang jarang dikuras inilah yang
berimbas pada kwalitas air hujan sebagai sumber air bersih dalam rumh
tangga.
Acara selanjunya adalah diskusi
yang dipandu oleh ketua Tim TPPS Kapanewon Purwosari. Dalam kesempatan pertama ada dari Polsek Purwosari yang menginformasikan bahwa polsek Purwosari sudah menyampaikan bantun
permakanan berupa bubur kacang ijo dan telur yang dibagikan langsung pada sasaran atau balita stunting
melalaui Bhabinkamtibmas di wilayah
masing masing.
Paparan kedua dari kepala KUA Purwosari, Sakijan, SAg, yang menyampaikan peningkatan kerjasama dengan seluruh penyuluh agama untuk mengarahkan
dan membimbing pengunduhn Elsimil pada catin yang kebetulan belum mengunduh Elsimil karena posisi catin bekerja di luar wilayah, sebelum bimbingan calan pengantin diwajibkan
untuk menunjukkan sertifikat Elsimil, sebagai bukti catin sudah mengetahui
edukasi yang ada di aplikasi Elsimil tersebut dan meminimalisasi angka stunting
yang sudah siap nikah dan siap hamil dari pasangan baru.
Sesi berikunya disampaikan dari
perwakilan dari UPT Puskesmas Purwosari yang diwakili oleh bidan Koordinator Mamik Riyanti, AMd Keb, yang menjelaskan salah satu bentuk intervensi stunting dari
Puskesmas Purwosari dalam bentuk
makanan mentah dan beliau berharap kader
melakukan pendampingan dan memastikan bahan makanan tersebut benar diperuntukkan
juga dikosumsi oleh balita yang stunting. Selain itu, Mamik menyaramkam bahwa dalam
suatu periode tertentu dilakukan cek ulang sehingga akan tampak hasil dari
intervensi tersebut sebagai evaluasi pada kegiatan yang akan datang.
Selanjutnya paparan dari Kepala BPP (Balai Penyuluhan Pertanian), Budi Sihono, SP, yang menyatakan bahwa seluruh PPL atau penyuluh
pertanian lapangan dalam pembinaan pada
kelompok KWT (kelompok wanita tani) memberikan contoh ihwal pemanfatan lahan pertanian dan
pekarangan untuk tanaman sayur, buah dan ternak sebagai upaya mencukupi gizi
keluarga sehingga kualitas konsumsi makanan keluarga meningkat dan terhindar
dari stunting.
Diskusi terakir ditutup oeh perwalikan pamong kalurahan, di mana dalam hal ini yang ditunjuk kamituwa dari Kalurahan Giripurwo, Warjito, SAg. Warjito menuturkan bahwa semua kalurahan sudah memberikan pendampingan pada sasaran stunting dan sudah sesuai anggaran yang ada dikalurahan masing masing.
Acara diakhiri dengan pembacaan kesimpulan ditutup dengan doa bersama.(*)
0 Comments