Oleh: Dra Lilih Eryani (PKB Kapanewon Semin)
STUNTING pada saat ini menjadi bahasan yang serius di negeri ini. Persoalan stunting bukan hanya persoalan bangsa saat ini saja, tetapi menyangkut masa depan nanti, karena anak-anak inilah yang akan menjadi generasi penerus. Bagaimana kita akan mencapai generasi emas tahun 2045 kalau modalnya anak-anak bangsa mengalami stunting, yang mana mereka mengalami gangguan kognetif dan juga kesehatannya.
Tingginya prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada pertumbuhuan ekonomi suatu negara, karena sumber daya manusia yang stunting memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia normal.
Program intervensi pencegahan stunting bisa dilakukan sejak pra konsepsi sehingga menjadi hal yang sangat penting bagi calon orangtua untuk merencanakan kehamilannya. Jika hal tersebut diabaikan, maka dampaknya akan mempengaruhi kualitas bayi sejak dalam kandungan.
Penyebab dari stunting adalah karena rendahnya asupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK), yaitu masa sejak janin hingga usia dua tahun dan juga karena praktik pengasuhan yang kurang baik pada anak. Stunting tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dicegah dengan di antaranya perencanaan sebuah keluarga.
Menyusui merupakan cara yang baik memberikan nutrisi kepada bayi. WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif satu jam pasca lahir sampai bayi berusia minimal 6 bulan, lalu dilanjutkan dengan pemberian makanan yang bergizi sebagai pendamping ASI (MP ASI) bukan pengganti ASI. Anak yang mendapat ASI eksklusif, berpotensi terbebas dari stunting, selain itu ASI juga membantu mengatasi penyakit yang mengancam nyawa anak hingga 10 kali lipat dibanding anak yang tidak menerima ASI.
Orangtua dalam hal ini ayah dan ibu memiliki peran yang sama besarnya dalam pengasuhan. Selama ini mengasuh anak biasanya hanya menjadi tugas seorang ibu sedangkan ayah tugasnya lebih fokus ke mencari nafkah. Pandangan tersebut membawa dampak kepada keluarga di mana kurangnya peran ayah dalam pengasuhan anak di keluarga. Oleh karenanya, keterlibatan ayah dalam pengasuhan sama baiknya dan sama pentingnya dengan ibu, mengenali dan merespon kebutuhan anak-anaknya.
"Ayah ASI", Apakah Itu?
ASI terlalu penting untuk hanya diurus oleh seorang ibu, tetapi butuh keterlibatan bapak-bapak. Pentingnya peran ayah dalam pemberian ASI tidak dapat diabaikan. Sebagai sosok yang paling dekat dengan seorang ibu, ada banyak hal yang perlu ayah lakukan untuk mendukung ibu selama menyusui. Bentuk dukungan yang diberikan seorang ayah/suami dalam membantu mengurus bayi selama ibu menyusui dan mengatasi berbagai permasalahan selama proses menyusui. Suami yang siap siaga mendukung pemberian ASI eksklusif kepada bayi inilah yang dinamakan Ayah ASI.
Menurut data SDKI 2017, pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6 bulan baru 52%. Mengutip apa yang disampaikan Rahmad Hidayat dalam webinar, "Dukungan Ayah ASI Bantu Sukses Menyusui; Keuntungan Menyusui dilihat dari Segi Kesehatan Maupun Ekonomi", antara lain:
1. Sejumlah 823.000 kematian tahunan anak usia kurang dari 5 tahun bisa dicegah dengan menyusui hingga mendekati target global 50% (Victoria at al, 2016);
2. Bisa menghemat 13.7% alokasi bulanan keuangan keluarga (hasil studi di Indonesia, Alive and Trive, 2019)
Selanjutnya beliau menyampaikan tentang apa saja peran ayah dalam mendukung menyusui, yakni:
1. Dukungan pengetahuan menyusui
Yang belajar menyusui tidak hanya istri. Ayah/suami juga harus belajar tentang informasi menyusui serta menjahui mitos.
2. Dukungan praktis menyusui
Menyusui adalah hal yang melelahkan. Dalam sehari menyusui bisa membakar 300-500 kalori yang sama dengan berenang 30 menit bolak balik, itulah kenapa ibu menyusui cepat lapar. Ayah perlu terlibat dalam beberes rumah, mengurus anak, hingga memijat istri
3. Dukungan Emosional
Pasca melahirkan emosi ibu cenderung naik turun bahkan ada yang sampai bergejala baby bluse, post partum depression. Oleh kareba itu perlu damping isti, bikin senang hatinya, mendengarkan cerita istri, menjaga perasaan istri. Kalau ibunya senang itu akan memicu hormon prolaktin dan oksitosin yang akan mebikin ASI lebih deras keluar.
4. Sikap positif terhadap menyusui
Bapak memperbolehkan menyusui dimana saja, kapan saja karena banyak fasilitas yang memungkinkan untuk itu misalnya penutup dada, ruang laktasi banyak tersedia di ruang publik.
5. Terlibat dalam pengambilan keputusan
Tentang menyusui, alat kontrasepsi dan lainnya bukan saja urusan istri tapi itu adalah keputusan bersama.
Yang terjadi/yang dihasilkan jika ayah mendukung menyusui menurut beberapa hasil penelitian antara lain:
1. Keberhasilan proses inisiasi menyusu dini bisa sampai 81.2%
2. ASI eksklusif meningkat hingga 40%
3. Penggunaan susu formula untuk bayi berkurang hingga 5.6 %
Permasalahan
Mendukung isteri dalam menyusui itu ternyata tidak mudah bagi laki-laki dikarenakan hambatan sosial yang menyebabkan dirinya tidak nyaman ketika harus terlibat dalam pengasuhan dan menyusui. Penyebabnya adalah:
- Ada perbedaan pola asuh antara laki-laki dan perempuan
Laki-laki di Indonesia sebagian besar tidak dipersiapkan menjadi seorang ayah tetapi hanya dipersiapkan menjadi suami yang tugasnya mencari nafkah.
- Ada budaya yang lebih mengistimewakan anak laki-laki sehingga mereka tidak pernah diajari tentang keterlibatan dalam pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci piring dan sebagainya.
- Kebiasaan masyarakat tidak melibatkan laki-laki
Sebagian besar acara pengasuhan, urusan pengentasan stunting didesain untuk ibu-ibu.
- Tidak dipercaya/beda aturan dengan istri
Suami banyak disalahkan ketika bantu-bantu pekerjaan dan tidak sesuai dengan yang diinginkan istri.
Selain permasalahan di atas, Rahmad Hidayat menyampaikan bahwa adanya tantangan petugas kesehatan dalam hal ini dokter/bidan yang bekerjasama dengan perusahaan susu formula (berita kompas) akan menjadikan bias informasi dan hambatan tersendiri terhadap suksesnya pemberian ASI eksklusif.
Kesimpulan
Salah satu cara untuk mencegah stunting adalah dengan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif sampai bayi berusia enam bulan. Anak yang mendapat ASI eksklusif, berpotensi terbebas dari stunting karena di dalam ASI ada kandungan nutrisi yang luar biasa bagus dan lengkap untuk bayi.
Seringkali untuk mengatasi masalah stunting hanya fokus pada ibu atau istri. Padahal, ayah sangat berperan dalam bidang kesehatan keluarga, termasuk stunting. Ayah atau suami dalam keluarga tentu harus bisa menjaga istri dan pasangan dengan mengingatkannya, memutuskan kehamilan istri yang berikutnya. Artinya, kesehatan ibu dan anak sangat berkorelasi dengan peran ayah. Sebab, ayah memiliki pengaruh dalam keputusan keluarga.
Oleh karena itu, melalui Ayah ASI inilah para suami diharapkan bisa membantu, mendukung, dan mewujudkan terlaksananya pemberian ASI eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting pada anak mereka. Sekarang bagaimana caranya agar Ayah ASI yang merupakan upaya yang sangat bagus dalam upaya suksesnya pemberian ASI eksklusif ini bisa terlaksana dengan baik tentu saja perlu peran serta berbagai pihak.[]
0 Comments