Nama Hasto
Wardoyo mulai dikenal di level nasional ketika dirinya melakukan banyak inovasi
dalam memimpin Kabupaten Kulon Progo. Hasto menjadi Bupati Kulon Progo
dengan perolehan angka 46,29% suara,
mengalahkan 2 kandidat lain yang memperebutkan 53,71% suara. Ia dilantik
menjadi Bupati Kulon Progo pada 24 Agustus 2013.
Pada
periode pertama menjabat sebagai Bupati Kulonprogo (2012-2017), ia coba
mengangkat perekonomian kabupaten yang terletak di barat Yogyakarta ini lewat
program “Bela dan Beli Kulon Progo.”
"Jadi
kalau mau membela Kulon Progo mestinya bisa membeli produk-produk dari
Kulonprogo," kata Hasto saat tampil di Liputan6.com
pada Oktober 2017.
Hasto
Wardoyo dikrnal karena berbagai inovasinya. Dalam bidang perekonomian, ia
meluncurkan program yang melindungi perekonomian local, yakni, "Bela &
Beli Kulonprogo".
Ini
dimulai dengan mengeluarkan peraturan yang mewajibkan pelajar dan PNS
mengenakan seragam motif khas Kulon Progo gebleg renteng, pada hari tertentu. Jumlah
pelajar 80.000 dan 8.000 PNS dianggap bisa mendongkrak industri pengrajin batik
untuk berkembang, dari 2 menjadi sekitar 50 an.
Ia
juga mendorong perusahaan air minum lokal, 'Airku'.
Tak hanya itu, ia mewajibkan setiap PNS membeli beras produksi petani
Kulonprogo, 10 kilogram per bulan. Beras Raskin yang dikelola Bulogpun dari
petani Kulon progro. Ini dianggap mampu menurunkan tingkat kemiskinan
Kulonprogo dari 22,54% pada tahun 2013 menjadi 16,74% di tahun 2014.
Tetapi
tentu saja, kebijakan yang menyenderkan pada perekonomian solidaritas PNS dan
pelajar tidaklah berkelanjutan. Perekonomian harus berjalan dalam pasar yang
ada, bukan dalam pasar terisolasi.
Ia
lalu mendorong agar gerai 'mini market' pun diarahkan pada pengusaha, produksi
dan merek lokal. Tak kurang, beberapa organisasi perempuan juga mendapat
dukungan alat alat produksi hasil pertanian seperti mesin pembuatan coklat.
Berbagai
terobosan melalui gerakan program ini menyebabkan Kabupaten Kulonprogo masih
bisa tetap menerima pendapatan darah yang memadai, meskipun menerapkan
pembatasan iklan rokok yang diatur dalam Perda Nomor 5 tahun 2014 tentang “Kawasan
Tanpa Rokok.”
Satu
hal yang menarik, semasa menjadi bupati Kuloprogo, Pak Hasto, panggilan akrabnya,
selalu berkenan membuka pintu dialog dan membagi pengetahuan. Tak heran, nomor
kontaknya ada di banyak HP aktivis gerakan ekonomi dan perempuan. Ketika
ia tidak bisa menghadiri suatu acara, ia akan mewakilkannya kepada tim
seniornya di Pemda. Ini membuat kelompok perempuan di bidang ekonomi sangat
terbantu. Kerjasama pun terjalin baik dengan baik.
Karena
pelbagai prestasi, inovasi, dan ketulusan pengabdiannya itulah, Pak Hasto kemudian
terpilih lagi sebagai bupati Kulon Progo untuk periode 2017-2022.
Ya Bupati, ya dokter kandungan
Sebelum
terjun ke dunia politik, Hasto adalah seorang dokter spesialis kebidanan dan
kandungan. Dia sempat menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada. Setelah
menjabat sebagai Bupati Kulon Progo, dirinya tidak lantas meninggalkan
profesinya sebagai dokter. Hasto menjalankan tugas sebagai bupati pada pagi
hingga sore hari, lalu malam harinya berpraktik sebagai dokter.
"Profesi
saya dokter kebidanan dan kandungan, dan saya konsultan di bidang infertilas
dan bayi tabung. Jadi, jabatannya saya bupati, tetapi sebetulnya profesi saya
dokter," kata pria kelahiran 30 Juli 1964 ini.
Bukan
tanpa sebab dia tetap aktif praktik sebagai dokter di tengah kesibukannya
sebagai bupati. Hasto memaparkan menjadi dokter kebidanan dan kandungan itu
perlu keterampilan. Mulai dari melakukan operasi caesar, kista, miom, hingga
tumor. "Jika berhenti praktik, keterampilan tersebut pasti hilang,"
tuturnya.
Selama
menjabat sebagai bupati, Hasto pilih memberikan praktik di luar Kulon Progo.
Dia berpraktik di rumah sakit yang dia dirikan, yakni RS Sadewa Babarsari yang
secara administratif masuk Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
"Saya
tidak enak kalau praktik di Kulon Progo. Kalau di kabupaten sendiri, nanti
dipikir pelayanan gratis hanya untuk dipilih kembali. Kan seperti itu rasanya
tersiksa. Makanya saya tidak praktik di Kulon Progo, tapi di kabupaten lain dan
tetap gratis," tutur bungsu dari 8 bersaudara ini.
Menjadi Kepala BKKBN
Per Senin (1/7), Hasto Wardoyo melepas
jabatannya sebagai kepala daerah karena menerima tawaran dari Presiden Joko
Widodo untuk dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana
Nasional (BKKBN). Padahal, waktu itu Hasto masih menjabat di periode kedua
sebagai Bupati Kulon Progo. Di periode ini, sebetulnya dia masih tiga tahun
lagi untuk mengemban amanah sebagai bupati, atau sampai tahun 2022.
Hasti menyampaikan
pertimbangannya menerima tawaran jabatan kepala BKKBN: “Sekarang ada
keprihatinan tentang masalah kependudukan, dalam arti program keluarga
berencana perlu lebih disukseskan. Secara nasional ada target menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, pilarnya adalah keluarga, di situ ada program
kontrasepsi, pembangunan keluarga sejahtera. Kunci utama mewujudkan derajat
kesehatan, karena saya dokter kebidanan dan kandungan, saya merasa terpanggil
ada target yang belum tercapai, perlu sekali mendapat perhatian bersama. Ada
bonus demografi yang harus dimaksimalkan."
WhatsApp
Ada hal menarik seputar
pengangkatan Hasto sebagai Kepala BKKBN. Petikan Surat Keputusan (SK) Presiden
ihwal pengangkatannya menjadi kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) ternyata dikirim langsung oleh Direktur Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono, lewat
pesan Whatsapp (WA).
Pesan
WA berisi foto petikan SK tersebut diterimanya di Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng, ketika Hasto hendak bertolak ke Kulonprogo setelah menghadiri
Musrenbang. "Baru mau pulang, ada pesan, waktu saya cek ternyata surat
ini," ucapnya.
Hasto
mengaku heran kenapa foto SK tersebut bisa beredar di masyarakat. Menurutnya
yang mengetahui informasi kala itu hanya dia dengan Dirjen P2P selaku pengirim
pesan.
"Saya
malah kaget kenapa isi WA sudah tersebar ke mana-mana. Setahu saya WA ini baru
saya yang mengetahuinya. Istri bahkan belum tahu. Ini secret sekali, tapi
ternyata sudah tersebar ke mana-ke mana," ujar Hasto keheranan.
Memang,
beberapa hari sebelumnya, Hasto santer dikabarkan bakal menjadi kepala BKKBN. Kabar
ini menyeruak setelah muncul foto petikan SK pengangkatan dirinya viral di media
sosial pada Kamis (9/5). Dalam foto tersebut, tampak secarik petikan surat
bertuliskan SK Nomor 33/TPA Tahun 2019 petikan Keputusan Presiden Republik
Indonesia tentang pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Utama di Lingkungan
BKKBN.
Surat
dengan kop berlambang bintang warna coklat yang bawahnya bertuliskan
"Presiden Republik Indonesia" tersebut berisi dua poin. Pertama
mengangkat dr Hasto Wardoyo, Sp OG(K) sebagai kepala BKKBN terhitung sejak
pelantikan. Kepada Hasto diberikan hak keuangan, administrasi, dan fasilitas
lainnya setingkat jabatan struktural eselon I a. Kedua, keputusan presiden ini
berlaku pada tanggal ditetapkan. Di bagian pojok kiri bawah surat, tersemat tanda
tangan Deputi Bidang Administrasi Sekretaris Kabinet Farid Utomo yang telah
distempel Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Terdapat pula kolom tertanda
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang ditetapkan di Jakarta pada 30
April 2019.
Pekerjaan
Rumah BKKBN
Indonesia telah meratifikasi International Conference on Population and Development (ICPD). Untuk itu, Indonesia tunduk pada kesepakatan konvensi dunia yang ditandatangani 179 negara yang mengadopsi program kesehatan dan hak reproduksi sebagai bagian dari pembangunan global.
Indonesia telah meratifikasi International Conference on Population and Development (ICPD). Untuk itu, Indonesia tunduk pada kesepakatan konvensi dunia yang ditandatangani 179 negara yang mengadopsi program kesehatan dan hak reproduksi sebagai bagian dari pembangunan global.
Saat
ini, prioritas Indonesia adalah mengelola jumlah dan dinamika penduduk
Indonesia. Juga, Indonesia harus menurunkan angka kematian ibu dan anak,
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi,
meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko HIV/AIDS dan dalam hubungannya
dengan kesehatan reproduksi, menghapus kekerasan seksual dan implikasinya pada
kesehatan reproduksi, menghapuskan perkawinan anak, dan juga menghapuskan sunat
perempuan. Semuanya bertautan dengan aspek kesetaraan perempuan dan laki
laki.
Pekerjaan-pekerjaan
di atas merupakan pekerjaan besar dan penuh tantangan karena BKKBN, di bawah
kepemimpinan Pak Hasto, akan bekerja dalam konteks sosial budaya masyarakat
yang kompleks, yang sebagiannya mengembalikan persepsi dan pandangan agama yang
konservatif.
Misalnya untuk masalah demografi. Penduduk Indonesia pada 2019
diproyeksikan sebesar 266,89 juta, dengan 134 juta penduduk laki laki dan
132,89 juta penduduk perempuan.
Dinamika
dan tipologi demografi Indonesia bukan hanya sekedar isu jumlah penduduk.
Kebijakan nasional perlu memanfaatkan dan menyiasati tipologi demografinya.
Populasi usia muda (10-14 tahun) dan tingkat fertitilitasnya merupakan hal yang
kritis.
Pertumbuhan
penduduk usia di atas 60 tahun juga meningkat. Jumlahnya akan mencapai 41 juta
pada tahun 2030. Angka ini dua kali dari angka pada 2015. Pertumbuhannya akan
lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Prosentase tertinggi
penduduk usia lanjut pada tahun 2030 akan ada di Jawa.
Menurut
Hasto, perlu kajian dan tanggap kebijakan serta program yang relevan dan
memadai pada isu lansia ini.
Kebutuhan pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi yang sesuai,
disamping layanan kegiatan ekonomi dan sosial politik juga penting.
Setelah
bonus demografi tercapai, kata hasto, kita nanti akan memiliki jendela peluang (window of opportunity), yaitu kondisi
ketika angka ketergantungan berada pada tingkat terendah, yaitu rasio
ketergantungan 44 per 100 pekerja, yang diperkirakan akan terjadi selama 10
tahun dari 2020 sampai dengan tahun 2030.
Penurunan
rasio ini disebabkan oleh menurunnya jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga di
Indonesia. Hal ini membuat beban yang ditanggung penduduk usia produktif makin
sedikit.
“Sebuah
kondisi struktur umur penduduk yang nyaman dan ideal untuk melaksanakan
pembangunan, untuk investasi peningkatan kualitas anak dan persiapan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup lanjut usia di masa depan,”
katanya optimis.
Sebagian
besar PR telah disebutkan oleh pak Jokowi dalam Visi Indonesia untuk aspek kedua,
yang berbunyi :
"Kita
akan menggeser yaitu pada pembangunan sumber daya manusia. Kita akan memberikan
prioritas pembangunan kita pada pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan
SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Titik dimulainya pembangunan SDM adalah
dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita,
kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia
Indonesia yang unggul ke depan. Itu yang harus dijaga betul. Jangan sampai ada
stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ!"
PR
memang berat, kata Hasto. “Ini artinya, PR itu bukan hanya menjadi PR BKKBN.
Ini juga PR kementrian terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan Kementrian
Negara Pemberdayaan Perempuan, juga Kementrian Pendidikan Nasional, juga
lembaga quasi pemerintah seperti Komnas Perempuan. Dan, jangan lupa, ini adalah
PR darurat Jokowi - Ma'ruf dan PR Visi Indonesia yang akan ditanggung-gugat,”
tegas pakar bayi tabung ini.
“Saya
sebut darurat, karena ini PR lama. Angka Kematian Ibu melahirkan, misalnya,
meningkat dan ini bukan hal biasa. Selain ini bagian dari hak asas perempuan,
kinerja yang tidak hasilkan progres ini mencoreng muka negara dan bangsa, bahwa
nyawa perempuan tidak menjadi pertimbangan.Lihat pula isu perkawinan anak, HIV/AIDS,
dan kekerasan seksual. Ini PR yang selalu menjadi momok peri kehidupan. Ini
menjadi tugas berat yang juga harus dipikul oleh BKKBN yang 'hanya'
memiliki Rp 1.5 triliun untuk mengelola operasional dan program di sektor
kependudukan dan
keluarga berencana Indonesia,” pungkas Hasto.(*) [Sabrur
Rohim, SAg, MSI, pimred Cahaya Keluarga & PKB Girisubo]
0 Comments