Sebagaimana
diketahui bersama, program Kampung KB sejatinya adalah “program kroyokan”, di
mana semustinya semua lini dan sektor terkait bisa terlibat dalam hal pembinaan
kegiatan di Kampung KB. Karena, sebenarnya, Kampung KB tidaklah identik dengan
kegiatan seputar pengendalian penduduk, PUP, Tribina, UPPKS, PIKR, dan
semacamnya saja, akan tetapi lebih jauh lagi menyasar semua bidang yang arahnya
untuk mewujudkan kesejahteraan secara lahir dan batin kehidupan masyarakat di
Kampung KB.
Oleh
karena itu, untuk meningkatkan SDM warga Kampung KB Nanas, Tileng,
Girisubo, yang mayoritasnya adalah petani, dalam acara Forum Musyawarah Kampung KB dihadirkan narasumber yang secara khusus menyampaikan materi tentang bagaimana berinovasi dalam pengelolaan lahan pertanian dan pemeliharaan binatang ternak. “Harapannya,” kata Hudoyo, SSos, koordinator PKB Girisubo, “setelah kegiatan ini para petani di wilayah Kampung KB bisa menerapkan ilmu-ilmu alternatif dalam bidang pengelolaan lahan pertanian, sehingga hasil panennya meningkat, dan itu akan berimbas pada kesejahteraan mereka.”
Girisubo, yang mayoritasnya adalah petani, dalam acara Forum Musyawarah Kampung KB dihadirkan narasumber yang secara khusus menyampaikan materi tentang bagaimana berinovasi dalam pengelolaan lahan pertanian dan pemeliharaan binatang ternak. “Harapannya,” kata Hudoyo, SSos, koordinator PKB Girisubo, “setelah kegiatan ini para petani di wilayah Kampung KB bisa menerapkan ilmu-ilmu alternatif dalam bidang pengelolaan lahan pertanian, sehingga hasil panennya meningkat, dan itu akan berimbas pada kesejahteraan mereka.”
Acara
ini dilaksanakan di rumah Dukuh Nanas, Jamal, dan dimulai pukul 08.30 WIB pada
Jumat (20/9), serta dihadiri oleh 25 orang peserta yang nota bene merupakan
pengurus Pokjak Kampung KB sendiri serta masyarakat luas. Pembicaranya adalah
Zaenal Abidin, sarjana UGM yang sekaligus praktisi pertanian, dan secara
kebetulan tinggal di Desa Tileng sendiri. Deny, begitu nama panggilannya,
sekian lama ini telah menekuni kegiatan pertanian alternatif, yang melalui
metode trial and error akhirnya telah
banyak menemukan aneka inovasi di dalam hal pengelolaan lahan (pertanian)
maupun rekayasa pakan hewan (peternakan).
Poin
penting yang ditekankan Deny bahwa semua berpulang kepada kita (petani)
sendiri, tidak usah menyalahkan musim, menyalahkan tanah atau hama dan
sebagainya. Kita harus beralih dari cara-cara konvensional yang justru malah
membuat kita rugi. Hal-hal kecil seperti jarak antar tanaman, cara
perawatannya, meski tampak sepele, namun jika kita atur dengan baik teknisnya
justru akan berdampak luar biasa bagi hasil panen.
Ada
pendekatan yang keliru, kata Deny, dalam kegiatan pertanian kita selama ini.
Yakni, kita cenderung jika musim rendeng
(penghujan) lebih banyak menanam padi ketimbang kacang. Padahal, menanam padi
hasil panennya tidak sebanding dengan pengeluaran untuk pupuk dan perawatannya.
“Sebaiknya, saat rendeng, kita menanam padi secukupnya saja. Banyakilah menanam
kacang, lalu kita rawat dengan baik, kita beri pupuk, insya Allah, sebagaimana
pengalaman saya, hasil panen dan keuntungannya luar biasa, bisa 2 kali lipat
lebih ketimbang yang dihasilkan petani lain yang menempuh cara konvensional,”
ungkap Deny.
Ketika
sudah menjelang panen, Deny memberi tips bagaimana mengusir hama tanaman, dalam
hal ini tikus dan landak, khususnya jika tanaman kita adalah kacang. Caranya,
kata Deny, adalah dengan disebari kapur barus, sebanyak 0,5 kg per 1000m lahan.
Pengalaman Deny selama ini, lahan yang tidak disebari kapur barus akan
kehilangan separuh hasil panen akibat serangan hama (tikus dan landak),
sedangkan yang ditebari kapur barus aman dari serangan tikus dan landak
sehingga hasilnya memuaskan. Deny telah mencoba pelbagai penangkal hama tikus
dan landak selama bertahun-tahun, tetapi yang tepat dan efektif hanya kapur
barus. “Harganya murah, kapur barus per kilo hanya 80 ribuan, bisa beli di
supermarket atau pasar tradisional,” terang Deny.
Berkaitan
dengan teknik bertanam jagung, hal yang disoroti oleh Deny adalah kebiasaan
petani yang di awal-awal pertumbuhan biji jagung langsung ditabur urea. “Yang
betul adalah, 15 hari pertama ditaburi ponska sebagai penguat tanaman sehingga
tanamannya sehat. Selanjutnya 15 hari berikutnya urea, 15 hari berikutnya urea
lagi, dan 15 hari terakhir juga urea. insya
Allah, berdasar pengalaman saya selama ini, hasilnya luar biasa,” papar
Deny.
Soal
cara menanam padi, Deny menyarankan untuk diperhatikan masalah jarak antar
tanaman, sebaran, serta besaran (jumlah) pohon dalam satu lubang tanam.
“Jaraknya yang longgar, jangan terlalu dekat. Sebarannya jangan asal, tetapi
sebaiknya secara rapih (Jawa: di-larik),
kemudian per lubang tanam sebaiknya antara satu sampai maksimal 4 pohon. Lebih
sedikit lebih baik. Dengan ketiga cara ini insya
Allah pohon padinya akan gemuk, berbuah banyak, sehingga hasil panennya
juga akan banyak dan melimpah. Satu lobang yang berisi banyak pohon, menjadikan
pohon padinya kurus, dan andikan hijau dan gemuk pun, buahnya tidak banyak,
sehingga panennya juga tidak maksimal,” ujar Deny.
Selanjutnya
tentang cara menanam ketela, Deny menganjurkan bahwa ketika hujan hanya 3 hari
jangan berani-berani menanam ketela. Tetapi jika hujan setidak-tidaknya tujuh hari
(seminggu), boleh menanam ketela. Kenapa demikian? Karena pohon ketela butuh
waktu setidak-tidaknya seminggu untuk menumbuhkan akar secara baik. Jika hujan
hanya di kisaran tiga hari, maka itu tidak cukup untuk menumbuhkan akar dengan
baik.
Selama
masa perawatan tanaman, tentu kita juga tidak bisa menghindarkan tanaman kita
dari hama seperti uret, mentul, wereng, walang, dll. Untuk mengatasinya, sejauh
pengalaman Deny selama ini, hanya ada dua obat yang cocok, yakni Trichoderma dan Metarizium, yang aturan pakainya bisa dilihat di kemasan produk.
Dua obat tanaman ini memang tidak cukup tersedia di kawasan Gunungkidul, akan
tetapi kita bisa memesannya di pasar online. Selama ini, ujar Deny, yang
memproduk dan mengembangkan obat ini adalah daerah Batu, Malang, dan Bogor, Jawa
Barat.
Materi
terakhir, Deny secara khusus memberitahu inovasi tentang cara membuat pakan
ternak di musim kemarau. Sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan musim. Kita
bisa tetap memberi makan ternak meski di musim kemarau, dengan bahan daun-daun
kering, daun apa saja, bahkan meski daun yang mendemi sekalipun. Caranya, kata
Deny, kumpulkan semua daun-daun kering, dipotong kecil-kecil,
untuk setiap 10 kg daun-daun kering dicampuri obat Tetes Tebu setengah gelas, dan air 2 liter (disiramkan), dimasukkan
ke tas kresek lalu disimpen selama 2 minggu, kemudian diberikan ke ternak kita,
makan hasilnya sudah sangat luar biasa; ternak-ternak kita kenyang dan sehat
meski di musim kemarau.(*) [Sabrur
Rohim, SAg, MSI, PKB Girisubo & Pimred Cahaya
Keluarga]
0 Comments