Puncak
peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI Tahun
2019 diselenggarakan di Taman Budaya Kulon Progo, Pengasih, Kamis (01/08) pagi. Acara dibuka oleh Gubernur DIY
yang diwakilkan oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Ir Arofa Noor Indriani, MSi.
Membacakan sambutan Gubernur DIY, Arofah menyampaikan
bahwa peringatan Harganas 2019 adalah momentum yang penting dan strategis untuk
membuka nurani keluarga dan masyarakat agar lebih memberikan perhatian terhadap
peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga. Baik sebagai ayah, ibu, maupun
sebagai anak dalam suasana komunikasi dan interaksi yang harmonis yang pada
akhirnya akan memberikan ketahanan keluarga yang lebih baik.
Arofah melanjutkan, “Untuk itu perlu diwujudkan budaya
komunikasi yang lebih terbuka antar masing-masing anggota keluarga maupun
dengan masyarakat disekitarnya. Potret keluarga ideal adalah keluarga kecil
yang secara operasional dapat menjalankan delapan fungsi keluarga yaitu; agama,
sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan
pendidikan, ekonomi, serta lingkungan,” ujarnya.
Di sisi lain, program Kependudukan Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) menjadi tanggung jawab kita
semua karenanya kita perlu mengingat kembali bahwa penduduk besar dan
berkualitas memang dapat menjadi modal pembangunan, namun sebaliknya penduduk
besar dan tidak berkualitas akan menjadi beban pembangunan. Keluarga adalah pilar
keluarga bangsa karena suatu bangsa dibentuk oleh keluarga-keluarga. Tanpa
keluarga yang sejahtera kita tidak akan mampu mewujudkan sebuah bangsa yang
sejahtera, tanpa keluarga yang cerdas kita tidak mungkin bisa menjadi bangsa
yang cerdas.
Namun jika pertumbuhan penduduk terus bertambah dengan
laju pertumbuhan yang tinggi sementara pertumbuhan ekonomi tidak tumbuh secara
signifikan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi yang kini sedang
giat-giat kita bangun akan menjadi sia-sia karena tidak diimbangi dengan
pengendalian pertambahan jumlah penduduk.
“Oleh karena itu sebagai bagian dari jajaran pemerintah
yang bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan keluarga berencana dan
pembangunan keluarga, kita harus senantiasa meningkatkan komitmen bersama
dengan berbagai pihak pemangku pihak kepentingan dari masyarakat,” ujar Arofah.
Dalam sambutan Wakil Bupati Kabupaten Kulon Progo, Drs H Sutedjo, menyatakan bahwasanya di Kabupaten Kulon Progo sendiri, upaya
membangkitkan kembali Program KKBPK telah diakukan pemerintah Kabupaten
Kulon Progo sejak tahun 2011 yang lalu. Pada saat itu Bupati dan Wakil Bupati
bertekad untuk menggalangkan kembali program KKBPK di masyarakat agar program
ini kembali diminati serta menjadi kebutuhan keluarga agar terwujud keluarga berkualitas
sebagai media untuk melahirkan generasi milenial yang tanggap dan tangguh. Misalnya, salah satu inovasi yang
pernah ditempuh, dengan memberikan kompensasi berupa seekor kambing bagi
peserta KB MOP (vasektomi).
“Kami sangat berharap, semakin banyak orang peduli dan
aktif berpartisipasi dalam membangun keluarga berkualitas untuk memantapkan
pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga melalui tradisi keluarga berkumpul atau
gerakan kembali ke meja makan, keluarga berinteraksi atau gerakan 1821 yaitu
gerakan mematikan televisi, internet, handphone pada pukul
18.00 sampai pukul 21.00 untuk kemudian bermain dan belajar bersama keluarga,
keluarga berbudaya, keluarga peduli dan keluarga berbagi,” jelasnya.
Kepala BKKBN RI, dr Hasto Wardoyo, SpOG(K) menyampaikan
dalam sambutannya bahwa tugas dari BKKBN adalah program kependudukan
keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Rata-rata wanita usia subur di
Indonesia melahirkan anak sebanyak 6,7 pada zaman dulu, yakni 1970-an, sebelum dicanangkannya program KB. Oleh karena itu generasi dulu di kenal dengan
sebutan generasi baby boomers. “Karena orang tua kita gemar
‘mengebom’ bayi dalam arti memproduksi anak, oleh karena itu disebut
dengan generasi baby boomers. Alhamdulillah, sekarang sudah ada penurunan luar biasa sejak adanya program KB. TFR kita sekarang menjadi 2,4 juta seluruh Indonesia dan
untuk DIY sudah mencapai 2,38 juta,” tambahnya.
Hasto juga menyampaikan bahwa hari ini kita berada pada
generasi Industrial 4.0 yang di mana
banyak orang tua yang belum bisa menjangkau pergaulan anak-anaknya. “Kalau dulu
kita menjadi makhluk individu dan makhluk sosial, sekarang kita juga harus
menjadi mahkluk media sosial. Kita juga tidak bisa pungkiri bahwa mendidik
anak-anak kita sekarang harus sesuai dengan zamannya
karena anak-anak kita tidak lahir di jaman kita, tepat seperti yang dikatakan
oleh Umar bin Abu Thalib,” ujar mantan Bupati Kulon Progo ini.
Akibat perubahan zaman, menurut
Hasto, kita hari-hari ini mengalami kendala yang krusial dalam kehidupan
berkeluarga, seperti: kurangnya waktu berkumpul yang berkualitas di dalam
lingkungan keluarga antara orangtua dan anak; kesenjangan komunikasi antara
orangtua dan anak; serta kurangtanggapnya orangtua dalam menyikapi
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada anak-anak kita. Ini kemudian
berdampak pada munculnya masalah-masalah bukan saja pada level individu, tetapi
juga institusional. Oleh karena itu, ujar Hasto, peringatan Harganas ini
kiranya bisa menjadi momentum dan pemacu
bagi keluarga-keluarga Indonesia untuk terus-menerus berupaya meningkatkan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga agar dapat menwujudkan generasi bangsa
yang berkualitas.(*) [Sabrur Rohim, PKB
Girisubo, pimred Cahaya Keluarga]
0 Comments