Dusun Nanas, Tileng, Girisubo,
adalah kampung di pesisir pantai selatan Gunungkidul. Girisubo sendiri adalah
kecamatan paling ujung, karena secara geografis letaknya berbatasan dengan
wilayah Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jateng. Jadi dengan kata lain, daerah
ini merupakan kawasan terbatas.
Kondisi program KB dan kesehatan
reproduksi di kampung Nanas juga relatif di papan tengah ke bawah. Angka
kesertaan MKJP-nya rendah, dan pernikahan dini di kampung ini selalu di
rangking atas, bukan saja dalam skala desa, tetapi bahkan di lingkup kecamatan.
Oleh karena itulah, maka kemudian OPD KB Gunungkidul, yakni DP3AKBPMD (Dina
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, KB, dan Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa) menetapkan Nanas sebagai rintisan Kampung KB di Kecamatan Girisubo,
Gunungkidul, tepatnya pada Selasa (27/09/2016) silam. Ia menjadi kampung kedua setelah Kampung KB Wonolagi, Ngleri, Playen, Gunungkidul. Pencanangan Kampung KB Nanas bersamaan dengan momentum evaluasai program TNI Manunggal KB-Kesehatan (TMKK) tahun 2016 oleh Korem 072 Pamungkas DI Yogyakarta.
Setelah ditetapkan sebagai Kampung KB, Nanas pun segera berbenah. Kelompok-kelompok kegiatan segera aktif setelah sekian lama sebelumnya relatif stagnan. Warga sering berkumpul untuk mendapatkan penyuluhan dan saling bertukar pikiran. Semua-mua ikut berpartisipasi, dari remaja, dewasa, hingga lansia. Kegiatan ekonomi produktif digalakkan. Kader-kader KB dan Yandu sering mengikuti penyuluhan dan pelatihan, untuk selanjutnya menjadi pelopor dalam gerakan memajukan kampung mereka tercinta, khususnya dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi. Jajaran PKB Kecamatan Girisubo juga aktif memantau program Kampung KB Nanas. Mereka: Hudoyo, SSos, Prasetyohadi, SPd, dan Sabrur Rohim, SAg, MSI, selalu memberikan bimbingan serta arahan.
Dan akhirnya, setelah berjalan kurang lebih sekian bulan, BKKBN DIY mengabarkan bahwa tim bidang KBKR akan datang ke Nanas untuk memonitor progres Kampung KB Nanas. Tim datang pada hari Rabu (26/7) silam, dipimpin Kabid KBKR BKKBN DIY, Rohdiana Sumariati, SSos, MSc,diikuti oleh FX Danarto SY, SIP, MA (Kasubbid Jalwilsus),Yusuf Prasetyo SPSi, MSc (Kasubbid Kespro), dr Aris Nugraha (Kasubbid Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah dan Swasta), Yuliana Ratih, Amd, Keb (Staf Subbid Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus/Jalwilsus), dan Purwanto Sudaryono (Staf Jalwilsus).
Hadir pula dalam acara ini
jajaran Muspika Girisubo, Kepala UPT Puskesmas Girisubo, Kepala KUA Girisubo,
OPD dan dinas terkait, kepala desa se-Girisubo, kader KB dan Yandu se-Girisubo,
kader poktan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Dalam sambutannya, Camat
Girisubo, Sukamta, SIP, mengucapkan selamat datang kepada tim KBKR BKKBN DIY.
Dalam pandangan Camat, sejauh ini Nanas sudah cukup maksimal dalam memajukan
program KB dan kespro setelah ditetapkan sebagai Kampung KB September silam.
“Para stakeholder di dusun, desa, dan kecamatan juga sudah bekerja keras dalam
memberi bimbingan dan arahan. Kita yakin, Nanas akan semakin maju ke depannya,
sehingga bisa menginspirasi dusun-dusun lain di Tileng khususnya, dan Girisubo
pada umumnya, untuk terus meningkatkan kualitasnya,” tegas Camat.
Kabid KBKR Rohdiana Sumariati,
SSos, MSc, dalam sambutannya mengatakan bahwa kunjungannya kali ini adalah
untuk memonitaoring sejauh mana kemajuan yang sudah dicapai Nanas setelah
menjadi “Kampung KB”. “Intinya, kita ingin ‘ngaruhke’ bagaimana perkembangan
kampung KB Nanas sejauh ini. Dan, saya bersyukur, ternyata pencapaiannya luar
biasa, sudah jauh berbeda dengan kondisi sebelum September 2016 silam. Ini jika
saya merujuk ke laporan tertulis yang disampaikan oleh ketua Kampung KB kepada
saya,” ujar Rohdiana.
Memang benar yang disampaikan
Rohdiana. Apa yang dicapai Nanas menunjukkan bahwa ada perubahan kondisi KB dan
kespro antara sebelum dan sesudah menjadi Kampung KB. Ini menilik dari laporan
yang dibacakan ketua Kampung KB, Woro Sastini, SIP dalam acara tersebut.
Misalnya saja dalam hal KB atau kesertaan dalam pemakaian alkon, sebelum
Oktober 2016 tercatat implan 16 orang, suntik 28 orang, pil 5 orang, kondom 3
orang, dan IUD 1 orang. Setelah diprogram “Kampung KB”, peserta implan 10
orang, suntik 19 orang, pil 4 orang, kondom 5 orang, IUD 4 orang. Yang menarik
adalah terkait dengan kondisi kespro. Sebelum Oktober 2016 tercatat, bahwa
antara 2013 sd Oktober 2016, pernikahan usia 14-16 tahun 6 kasus, pernikahan
17-18 tahun 10 kasus, pernikahan 19-20 tahun 9 kasus, pernikahan 21-25 tahun 7
kasus. Setelah dibentuk menjadi Kampung KB, kasus pernikahan 16-20 tahun sampai
Juli 2017 ini angkanya 0. “Ini semua berkat kerjasama semua pihak untuk memberi
kesadaran kepada warga Nanas tentang pentingnya PUP atau pendewasaan usia
perkawinan,” ujar Woro.
Dr Aris Nugraha, Kasubbid Bina Kesertaan
KB Jalur Pemerintah dan Swasta, dalam sambutannya menyoroti angka kesertaan KB
pria yang masih sedikit, itu pun hanya di kontrasepsi kondom. Aris menyarankan
agar warga diberi wawasan untuk meningkatkan kesertaan KB Pria, dan secara
khusus bisa diarahkan ke MOP bagi yang memang tidak ingin anak lagi. Dalam paparannya,
Aris menepis anggapan-anggapan yang salah dan menyesatkan seputar MKJP,
khususnya impan dan IUD. “Ada desa-desus bahwa implan atau IUS bisa pindah ke
bagian tubuh lain. Itu semua tidak benar. Kader KB harus menepis kabar seperti
itu, karena tidak mungkin terjadi seperti itu,” kata Aris.
FX Danarto SY, SIP, MA, Kasubbid Jalwilsus, dalam sambutannya menyatakan bahwa penetapan Nanas sebagai Kampung KB tidak saja faktor kondisi KB dan Kespro-nya yang relatif rendah, tetapi syarat utama menjadi Kampung KB memang lokasi geografisnya yang “galcitas”, yakni tertinggal, terpencil, dan berada di perbatasan. Disampaikan oleh Danarto juga, bahwa pada saatnya nanti setelah kampung-kampung lain di seluruh DIY ditetapkan serentak sebagai Kampung KB, akan ada intervensi lebih lanjut dari BKKBN DIY dengan melibatkan OPD-OPD terkait.
Sementara itu, Yusuf Prasetyo
SPSi, MSc, Kasubbid Kespro, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya tes IVA
dan pupsmear bagi kaum perempuan, khususnya yang memakai IUD. Yusuf juga menyoroti
kesertaan KB MKJP yang rendah di Nanas. Dalam waktu dekat, ujar Yusuf, mungkin
intervensi khusus dengan mengadakan baksos pemasangan IUD dan implan di Nanas
ini, meskipun pesertanya tentu bukan saja dari Nanas, tetapi bisa dari seluruh
Tileng, bahkan seluruh Girisubo.
Kepala
KUA Girisubo, Marsono, SAg, MSI, dalam sambutannya menyatakan siap mendukung
program KB, khususnya dalam hal pendewasaan usia perkawinan dan pencegahan
perceraian. “Saya jamin, jika dari pihak dusun sampai desa tegas, kami juga
akan tegas untuk mentertibkan aturan tentang batasan usia nikah,” kata Marsono.
Dalam forum tanya jawab, banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta pertemuan, dan dijawab secara meyakinkan oleh narasumber, baik Camat maupun tim KBKR Provinsi. Dukuh Nanas, Jamal, secara khusus memohon perhatian pemerintah tentang kondisi dusunnya yang relatif kurang. Satu hal saja, misalnya, Nanas adalah satu-satunya pedukuhan yang tidak memiliki balai pertemuan.
Terakhir, Kepala Desa Tileng, Drs Supriyadi, dalam sambutan pelepasannya berharap bahwa tim BKKBN DIY jangan bosan untuk terus memantau perkembangan Nanas khususnya dan Tileng umumnya dalam memajukan program KB dan KR. “Kami tunggu kunjungan selanjutnya dari bidang KBKR BKKBN,” kata Supriyadi.(*)
Terakhir, Kepala Desa Tileng, Drs Supriyadi, dalam sambutan pelepasannya berharap bahwa tim BKKBN DIY jangan bosan untuk terus memantau perkembangan Nanas khususnya dan Tileng umumnya dalam memajukan program KB dan KR. “Kami tunggu kunjungan selanjutnya dari bidang KBKR BKKBN,” kata Supriyadi.(*)
Narasi: Sabrur Rohim (redaktur, kontributor Girisubo)
Foto: Beti Ruhani (PIKR "Police" Girisubo)
0 Comments