Syawalan dan Halal Bihalal 4 Kalurahan di Playen, Kader Tampilkan Fragmen dan Lagu Tentang Pencegahan Stunting

Oleh: Slamet Al Azman (PKB Kap Playen)





PLAYEN | Pada hari Selasa, 4 Mei 2023, kader IMP dari 4 kalurahan, yaitu Bleberan, Getas, Dengok, dan Banyusoco mengikuti pertemuan IMP dan halal bihalal bertempat di obwis Lembah Desa Pulutan, Wonosari, Gunungkidul. Peserta yang hadir sekitar 40 orang kader IMP, terdiri atas PPKBD, sub PPKBD, dan Tim Pendamping Keluarga. Hadir juga pada pertemuan tersebut penyuluh KB Kapanewon Playen, pramusaji Balai Penyuluhan KB Playen, serta Kamituwa Bleberan dan staf Kamituwa Getas.

Acara dimulai tepat pukul 10.00 WIB, diawali dengan doa pembuka dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Mars Keluarga Berencana. Acara ketiga adalah ikrar halal bihalal dan tanggapan atas ikrar. 

Ikrar halal bihalal dari kader IMP 4 Kalurahan diwakili oleh Suparyanti, PPKBD Getas. Kemudian tanggapan ikrar disampaikan oleh Slamet mewakili Balai Penyuluhan KB Playen, dan Nur Arifin mewakili Pemerintah Kalurahan.

Acara selanjutnya adalah penyampaian materi dari penyuluh KB Kapanewon Playen yang disampaikan oleh Slamet. Slamet mengawali dengan menyampaikan apresiasi kepada PPKBD 4 kalurahan yang memiliki inisiatif untuk melakukan kegiatan bersama sekaligus memanfaatkan momentum bulan Syawal untuk melakukan halal bihalal. 

Selanjutnya Slamet mengajak kepada para kader untuk memanfaatkan momentum bulan Syawal yang artinya peningkatan, guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaaan, yaitu dengan meningkatkan amal ibadah dan amal saleh, terutama kepedulian kita kepada sesama. “Dalam hal kepedulian kepada sesama di dalam masyarakat, maka ibu-ibu kader adalah yang nomer satu, yang paling peduli kepada masyarakat. Memiliki semangat berjuang untuk memajukan masyarakat. Dalam mendukung kegiatan pemerintah dan kegiatan sosial ibu-ibu kader ada di barisan yang paling depan," kata Slamet.

Maka, tegas Slamet, kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan tersebut agar dapat ditingkatkan. Kepedulian kepada warga masyarakat, baik balita, remaja lansia. melalui posyandu dan kegiatan lainnya terus dilanjutkan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah dalam rangka mewujudkan generasi yang berkualitas. Hal ini juga sesuai dengan ajaran agama, yaitu untuk saling menyayangi. Dalam ajaran agama Islam diajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama manusia. Juga selaras dengan semangat yang dimiliki oleh ibu-ibu kader, yaitu semangat 3 M, mumpuni, mrantasi, migunani.

Dalam paparan berikutnya, Slamet menyampaikan bahwa beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada pertengahan bulan Ramadhan, Panewu Playen Bapak Agus Sumaryono, SIP dalam kesempatan Apel pagi di Kapanewon menyampaikan pesan agar kita melakukan edukasi kepada masyarakat. Dua hal yang disampaikan, yaitu:

1. Terjadinya beberapa kali musibah kebakaran di wilayah Playen, maka agar masyarakat lebih berhati-hati. Mengecek dan mematikan kompor ketika akan meninggalkan rumah, juga hati-hati ketika membakar sampah atau dedaunan kering, apalagi ke depan adalah musim kemarau.

2. Dalam rangka upaya penurunan stunting maka perlu dukungan semua pihak, semua pihak harus bergerak untuk mencegah dan mengatasi stunting. Beberapa hal yang menjadi keprihatinan kita antara lain masih adanya masyarakat yang mengajukan dispensasi menikah belum cukup umur dan dispensasi ijab mendadak. Kedua hal ini akan berpengaruh terhadap munculnya stunting. Oleh karena itu masyarakat perlu diedukasi agar menghindari pernikahan dini dan ijab mendadak tersebut. 

Dari pesan Panewu tersebut, Slamet menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan penurunan stunting, ada istilah konvergensi yang artinya penyampaian intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terintegrasi, dan bersama-sama untuk mencegah stunting kepada sasaran prioritas. 

Peran selaku kader IMP dalam penurunan angka stunting, terutama adalah untuk mencegah stunting. Mencegah selalu lebih baik dari mengobati. Oleh karena itu intervensi yang sudah dan sedang dilakukan adalah upaya-upaya pencegahan, seperti pendampingan kepada remaja/calon pengantin, ibu hamil, ibu pascasalin dan baduta/balita.

Pendampingan kepada calon pengantin agar yang bersangkutan mengetahui faktor risiko stunting. Caranya dengan periksa kesehatan 3 bulan sebelum menikah. Hasil pemeriksaan dimasukkan dalam aplikasi Elsimil, sehingga Elsimil yang akan menilai, apakah ideal apakah tidak. Kalau belum ideal, maka perlu intervensi dan pendampingan dari TPK. Kalau sudah ideal tetap perlu dilakukan KIE dalam rangka mempersiapkan kehamilan yang sehat. 

Maka, kata Slamet, apa yang disampaikan dari Panewu Playen sangat penting untuk diperhatikan. Pernikahan dini harus dicegah. Sesuai Undang-undang usia menikah minimal 19 tahun untuk laki-laki dan perempuan, dan akan lebih baik apabila menikah pada usia ideal, yaitu 21 untuk perempuan dan 25 untuk laki-laki. Bapak Penghulu pun ketika akan menikahkan, maka ketika usia calon pengantin perempuan kurang dari 21 tahun harus ada ijin dari orangtua. 

Juga terkait pengajuan dispensasi ijab mendadak, yaitu ketika proses pendaftaran sampai dengan hari pernikahan kurang dari 10 hari. Ini juga harus dihindari karena tidak mengoptimalkan pemanfaatan Elsimil. Idealnya ketika akan menikah, maka melakukan pendaftaran tiga bulan sebelumnya. Manfaatnya, catin bisa melakukan periksa kesehatan, dan apabila hasilnya ada yang belum ideal, waktu 3 bulan cukup untuk melakukan koreksi agar menjadi lebih baik. 

Maka Slamet menegaskan bahwa Elsimil itu tidak untuk mempersulit proses pernikahan. Untuk melakukan periksa kesehatan memang tidak gratis, namun biayanya relatif terjangkau, apalagi dibandingkan biaya persiapan resepsi. Dan yang akan merasakan manfaat dari penggunaan aplikasi Elsimil adalah calon pengantin yang bersangkutan. Elsimil juga tidak untuk menakut-nakuti. Ketika dari hasil pemeriksanaan kesehatan diketahui kondisi kesehatannya kurang ideal untuk hamil, maka tidak perlu takut, tetapi harus berupaya untuk mengatasinya.

Di bagian akhir, Slamet kembali mengingatkan bahwa ke depan untuk pendampingan kepada sasaran lain, yaitu ibu hamil, pasca salin, dan baduta, pelaporannya juga dilakukan melalui aplikasi Elsimil. Ibu hamil didampingi agar kehamilannya sehat, sampai dengan persalinan. Ibu pascasalin didampingi dan dianjurkan untuk memakai KBPP agar terhindar dari 4 T. Pendampingan kepada baduta/balita, agar anak mendapat pengasuhan terbaik, dimulai dari IMD, ASI ekslusif, imunisasi, gizi, dan pemantauan tumbuh kembangnya.

Acara berikutnya adalah spontanitas, yaitu kader IMP dari Kalurahan Getas, Dengok, dan Bleberan diberikan kesempatan untuk maju menampilkan kreasinya. Kader IMP Getas menampilkan fragmen tentang peran TPK di masyarakat ketika menemui ibu hamil 4 T dan pernikahan dini. Sementara kader IMP dari Dengok dan Bleberan menampilkan gubahan lagu yang berisi tentang pencegahan stunting.

Setelah acara ditutup dilanjutkan dengan makan bersama. Menu disajikan dalam tambir, satu tambir untuk 5 orang. Tersedia 9 tambir yang di atasnya terdapat nasi, lauk berupa tahu, tempe, dan oseng, serta gudangan, perpaduan sayuran bayam, kacang panjang, wortel, kecambah, jipang. Tidak lupa krupuk, mentimun, dan sambelnya. Kalau diidentikkan dengan isi piringku, maka ini namanya isi tambirku.(*)

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine