Peringatan HLUN 2023, Hasto Wardoyo: "Lansia Harus Bermartabat dan Produktif...!"

Kontributor: Drs Edy Pranoto (PKB Playen)


YOGYAKARTA | Bertempat di ruang Kasultanan Ballroom, Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Minggu (28/5), pukul 09.00 WIB, DR (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG(K), membuka acara peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ke-27. Menurut Hasto, pada tahun 2035 Indonesia bakal mengalami puncak peningkatan penduduk usia lanjut yang di DIY sendiri saat ini sudah mencapai 15,3 %. Sementara di tahun 2024 -2025 komposisi penduduk lebih didominasi penduduk usia produktif yang biasa disebut sebagai bonus demografi di mana setiap 100 orang hanya menanggung 46 orang. Inilah saatnya untuk mewujudkan keluarga keluarga In
donesia yang kaya, makmur, sejahtera.

Disampaikan Hasto bahwa BKKBN bertugas mewujudkan generasi yang berkualitas melalui program pengaturan kelahiran (KB), percepatan penurunan stunting, peningkatan kualitas balita melalui BKB dan kualitas lansia melalui BKL.

"Seiring meningkatnya usia harapan hidup, maka terbuka potensi para lansia diberdayakan sebagai bonus demografi, meningkatnya angka usia harapan  hidup yang mencapai 74 tahun atau di atas rata-rata nasional seperti lansia di DIY, ini sudah seharusnya dioptimalkan," kata Hasto Wardoyo. 

Dalam puncak peringatan HLUN 2023 ke-27 di DI Yogyakarta, Minggu (28/5), Hasto menekankan keluarga maupun generasi muda sangat berperan dalam proses pembentukan lansia yang bermartabat.

Setiap pihak tersebut, lanjutnya, bisa mendorong lansia hidup lebih produktif dan berguna bagi keluarga ataupun masyarakat dengan pemberian kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan keluarga, seperti mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan dan keagamaan, mendapatkan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak lansia.

Adanya dukungan positif dari keluarga, dapat membentuk lansia yang kini jumlahnya semakin banyak di Indonesia menjadi sosok yang tangguh, sehat, dan tetap produktif, atau bahkan bisa diberdayakan sebagai bonus demografi.

"Kita kebanjiran usia tua, kalau yang menopang di usia muda itu stunting, ini akan berat sekali. Oleh karenanya jangan sampai muncul generasi stunting. Generasi harus berkualitas supaya besok bisa mengurus orang tua-orang tua yang sehat,” ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, dalam 10 tahun terakhir persentase lansia meningkat dari 7,57 persen pada 2012 dan menjadi 10,48 persen pada 2022.

Angka tersebut, ujar Hasto, diproyeksikan  mengalami peningkatan hingga mencapai 19,9 persen pada 2045. Menurut jenis kelamin, lansia perempuan ada 51,81 persen dan laki-laki 48,19 persen, dengan penyebaran lebih tinggi di perkotaan daripada perdesaan.

Terkait dengan kesehatan lansia, sebanyak 42,09 persen lansia pernah mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir. 20,71 persen diantaranya terganggu aktivitas sehari-hari atau sakit. 

Selanjutnya, angka kesakitan lansia penyandang disabilitas 34,60 persen atau hampir dua kali lebih besar dibandingkan lansia non-disabilitas yang 18,82 persen.
 
Hasto juga menaruh harapan, melalui acara ini dr Probosuseno dan H Muhamad Jazir sebagai narasumber akan memotivasi para peserta untuk berkontribusi mewujudkan lansia yang tangguh, berdaya, sehat , bermartabat dan bahagia dalam keluarga yang berkualitas.

Peringatan Hari Lanjut Usia Tahun 2023 ini, selain dihadiri oleh Kepala BKKBN RI, juga Staf Ahli Gubernur DIY, Maladi, Pimpinan Forkompinda, Bupati Sleman, Wakil Dekan Fakultas Psikhologi UGM, Plt Direktur Bina Keluarga Rentan Lansia, Kakanwil Kemenag DIY, perwakilan Kadin, perwakilan Koperasi DIY, para kepala dinas/OPD KB dan instansi di lingkugan Pemprov DIY, perwakilan Lazis DIY, koordinator PKB dan ketua BKL se-Provinsi DIY.

Dalam sambutannya selaku penyelenggara, Shodiqin, SH, MM, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, memaparkan peringatan HLUN tahun 2023 ini bertema "Lansia Harus Bahagia”. Disampaikan pula bagaimana sejarah tercetusnya Hari Lanjut Usia. 

Peringataan Hari Lanjut Usia, kata Shodiqin, sebagai bentuk apresiasi semangat memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para leluhur bangsa ini. Di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukan bahwa data lansia sudah mencapai 16,25%, di mana 1 dari 15 lansia mengalami sakit, karenanya perlu mensikapi dengan tindakan nyata terhadap lansia agar lebih sejahtera. 

Di samping membekali 7 dimensi lansia tangguh pada kader dan anggota BKL, menurut Shodiqin juga perlu diberikan materi "Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia" sebagai bentuk rasa dan sikap bakti kepada jasa-jasa para lansia. Para lansia juga perlu diberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan agar berkesempatan menuju lansia aktif, tangguh, mandiri, produktif, mandiri dan bermartabat. 

LazisMu DIY, Jefree Fahana, ST, MKom, dalam sambutan saat penyerahan secara simbolis 100 alat bantu bagi keluarga PJP lansia, bantuan sembako dari rumah zakat, kursi roda, alat bantu jalan, selimut, alat bantu kit dan bad, menyampaikan bahwa semua berkumpul dalam memperingati Hari Lanjut Usia sebagai bukti kongkret bentuk beribadah untuk kesejahteraan lansia, di samping bentuk kepedulian LazizMu terhadap penurunan stunting yang sudah berjalan selama setahun.

Pada kesempatan ini dilakukan pula penandatanganan MoU antara Perwakilan BKKBN DIY dengan LazizMu DIY dalam bidang kesejahteraan lansia di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik Pemprov DIY, Maladi, SH, MM, menyampaikan sambutan Gubernur DIY yang berpesan agar momentum ini dijadikan semangat untuk bangkit membangun masyarakat secara bergotong-royong . Disampaikan bahwa lansia di DIY sudah mencapai 16,25% tertinggi di Indonesia, dengan rasio 26 orang per 100 orang penduduk usia produktif.

Pada kesempatan ini dilakukan pula launching "Duta Lansia Istimewa yang Tangguh, Aktif, Produktif, Berguna dan Berdaya," yang dipandu oleh Drs Haryanto, MSi, dosen Fakultas Psikologi UGM, sebagai duta lansia sejak lima tahun yang lalu.

Dalam kesempatan yag sama, Ustaz H Muhammad Jazir, ASP, memberikan motivasi dan materi menjadi Lansia Aktif dan Mandiri melalui Dimensi Spiritual dan Budaya dengan cara kita memperhatikan lansia melalui:

1. Memberikan fasilitas di tempat-tempat umum (masjid), serta menfasilitasi dalam penyaluran hobi, ibadah keagamaan, dst. Sebagai contoh, pengurus masjid harus memfasilitasi keamanan jamaah lansia dalam masjid.

2. Sejak masih anak anak harus dibangun sikap menabung yang disisihkan untuk orang tua kelak sebagai bentuk hormat pada para orang tua/ lansia.

3. Keluarga besar (gotrah) seharusnya sebagai penanggung-jawab utama pada para lansia, bukan panti, atau negara. Di dalam konsep Islam tidak ada panti jompo, namun sesuai dengan konsep Jawa, "aja ngisen-isenke waris”, yang bermakna sebagai penghormatan kepada orang tua (kakek nenek, buyut, canggah, utek2, gantung, siwur dst), seharusnya kita menjaga dan merawat mereka dalam keluarga.

Dalam sesi kedua, pembicara berikutnya, DR  dr Probosuseno, SpPD(K) Ger, Finasim, SE, MM, menyampaikan tips perawatan lansia sehat bahagia jangka panjang. Dijelaskan oleh dr Probo, bahwa sakit, miskin, tidak tahu, tergoda, merupakan penghalang untuk meraih kebahagiaan atau kesenangan dan menjadi pribadi yang menyenangkan. Beliau sampaikan bahwa kata sakit bisa didefisiensi oleh pikiran, badan, dan psikologis/mental. Probo menawarkan konsep "RAMAH" sebagai kunci untuk merawat lansia jangka panjang, akronim dari "merawat di rumah". Sedangkan RAWAT, lanjut Probo, adalah kunci untuk mewujudkan lansia berdaya. Itu merupakan kependekan dari R = rasa nyaman, aman; A = asupan makanan gizi seimbang; W = wajib bersih, cocok, obat, kontrol; A = ajak mendekat pada Allah; serta T = tidur atau istirahat yang cukup.

Pada pukul 12.30 acara ditutup dengan penampilan video pendek tentang aplikasi Golantang dan sosialisasi buku pegangan kader.(*)
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine