Menjadi Kartini di Era Literasi Digital

Oleh: Asar Janjang Lestari, SPsi, MAP
(PKB Wonosari, Gunungkidul)


“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam. Habis gelap terbitlah terang”. (R.A Kartini)


HABIS
gelap terbitlah terang merupakan judul kumpulan surat-surat RA Kartini yang dibukukan. Raden Ajeng Kartini menjadi salah satu pahlawan negeri ini dengan perjuangannya terkait hak-hak perempuan yang kemudian membuatnya dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita Indonesia. RA Kartini memberi inspirasi bagaimana perempuan bisa bergerak menerobos keterbatasan, hambatan dan tantangan yang ada untuk menjadi lebih maju dan lebih berdaya. Pada masanya dulu, berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh perempuan tidak menyurutkan perjuangan Kartini untuk memajukan dan mencerdaskan bangsanya.

Mencoba menerjemahkan semangat Raden Ajeng Kartini ke dalam kondisi masa kini di era digital, banyak hal yang bisa dilakukan oleh kaum perempuan dalam konteks emansipasi dan optimalisasi potensi diri bagi kemajuan bangsa. Perempuan mampu mengambil peran di berbagai bidang, salah satunya dengan penguatan peran dalam literasi digital, termasuk dengan beradaptasi pada perkembangan teknologi dan inovasi teknologi.

Penguatan peran perempuan dalam literasi digital bisa ditempuhi dengan berbagai langkah. Pada tahap awal perempuan perlu membekali dirinya dengan pengetahuan literasi digital yang memadai. Fakta yang ada sebagai salah satu tantangan terkait pengetahuan literasi digital ini adalah masih adanya kesenjangan dalam akses internet di masyarakat, di mana pengguna internet laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini tentunya menjadi tantangan tang perlu menjadi perhatian untuk ditaklukkan bagi kaum perempuan sendiri, untuk mensejajarkan diri dan kuantitas dan kualitas akses internet dengan kaum laki-laki.

Perempuan juga bisa mengambil peran signifikan dalam literasi digital dengan cara melakukan penguatan kapasitas internal, dengan kesadaran melek teknologi dan kesungguhan untuk memiliki wawasan yang luas terkait teknologi informasi. Pendidikan, pelajaran, pengalaman, pemberdayaan menyangkut literasi digital menjadi hal yang penting untuk diperjuangkan seluas-luasnya bagi kaum perempuan, pada sektor peran domestik dan peran publik yang dilakukan. 

Mengambil inspirasi dari pesan yang ditulis oleh Kartini kepada Nyonya Van Kool pada Agustus tahun 1900: “Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya,” maka peran yang bisa diupayakan oleh kaum perempuan adalah dengan pelajaran dan pendidikan literasi digital bagi kaumnya.

Selain hal tersebut, kaum perempuan penting untuk dapat menguatkan peran memanfaatkan teknologi keseharian secara bijak. Dalam memanfaatkan media sosial, perempuan perlu membuka diri, berproses dan belajar kepada generasi muda (generasi digital native) yang lebih memahami. Ketika bersosial media, perempuan bisa menguatkan peran literasi digital dengan memberdayakan dan mengedukasi diri untuk bijak dalam pengelolaan konten media sosial, baik itu untuk tujuan pribadi, politik, bisnis, maupun sosial. Penting juga untuk mengambil peran pembiasaan diri dan keluarga menjadi netizen yang cerdas terliterasi, tidak mudah mempercayai berita hoaks dan melindungi keluarga dari penyebaran berita hoaks.

Selanjutnya dengan bekal pengetahuan literasi digital yang memadai, kaum perempuan bisa mengoptimalkan peran domestiknya di dalam keluarga untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Setiap keluarga memiliki budaya, aturan dan pola yang unik. Idealnya sebuah keluarga adalah setiap kelompok atau individu yang menyediakan lingkungan yang aman dan percaya yang mendorong pembelajaran dan perkembangan yang sehat serta ketahanan mental yang baik. Namun demikian tidak ada keluarga yang kebal terhadap konflik, tantangan, problem ataupun stres. 

Pada era digital saat ini, tantangan dan problem yang dihadapi dalam pembentukan ketahanan keluarga banyak bersumber dari perkembangan teknologi informasi. Di sinilah perempuan bisa mengoptimalkan perannya. Perempuan dengan literasi digital yang baik adalah pagar bagi ketahanan keluarga yang kuat, dan jendela informasi yang baik pula bagi keluarganya. Kemampuan yang optimal dalam mengakses internet memberi kesempatan luas bagi perempuan untuk memberikan asupan wawasan yang positif dalam keluarganya, termasuk menguatkan pengetahuan kepada keluarga dalam melakukan pola pengasuhan yang positif bagi anak di era digital. 

Literasi digital yang baik memungkinkan bagi perempuan dalam keluarga untuk mendidik anak-anak dan remaja bijak memanfaatkan internet, terjaga dari dampak negatif perkembangan teknologi informasi, termasuk melindungi anak dan remaja dari kemungkinan kecanduan dan penyalahgunaan gadget. Pada perkembangan anak dan remaja di era milenial, aktivitas penggunaan gadget menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Tentunya selain memberi dampak positif, hal ini juga bisa memberi efek buruk bagi perkembangan anak-anak dan remaja. 


Tanpa pendampingan, berbagai masalah psikologis bisa muncul dalam berbagai bentuk akibat perkembangan teknologi informasi yang ada: pengelolaan jadwal belajar dan regulasi aktivitas harian yang terganggu, ketergantungan dan kelekatan pada gadget, gangguan perilaku, kenakalan anak dan remaja akibat pengaruh negatif media, kebosanan, dan masalah lainnya. 

Berbagai dampak negatif di atas bisa dicegah dengan kehadiran perempuan yang memiliki literasi digital yang baik dalam keluarga. Figur perempuan dalam keluarga dapat mengambil peran memberikan informasi yang tepat, memberikan dukungan, pengawasan, dan pendampingan penggunaan media teknologi informasi secara bijak.

Pada peran publik, pemahaman literasi digital yang baik, akan menjadi bekal perempuan mengoptimalkan potensi dirinya di sektor-sektor yang dijalani, baik di bidang politik, pekerjaan, ekonomi digital, maupun bidang kemasyarakatan yang lain. Sebagaimana Raden Ajeng Kartini memperjuangkan emansipasi untuk kesejajaran peran kaum perempuan dengan laki-laki pada masanya, maka di sektor peran publik di masa kini, perempuan bisa mengambil peran serupa. Mengadopsi dan memanfaatkan internet dengan cerdas di lini peran publik yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan meluaskan peran setara dengan kaum pria. Dimulai dari diri sendiri, sejalan dengan program literasi digital nasional saat ini, perempuan bisa meluaskan kebermanfaatannya di semua bidang dan lini pekerjaan dan peran sosial yang ada.

Berbagai peran yang bisa dimainkan oleh perempuan dalam literasi digital ini tentunya akan menguat seiring dengan kesadaran (awarenes) kaum perempuan sendiri sebagai pelaku. Peluang, dukungan, pemberdayaan, dan penggerakan dari semua pihak tentunya dibutuhkan untuk mewujudkan optimalisasi peran perempuan ini. Sharing dan motivasi sesama kaum perempuan tentunya menjadi hal yang penting pula untuk dilakukan. Baik dan buruknya kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh baik buruknya kualitas kaum perempuannya, pun dalam hal ini menyangkut kecerdasan dan wawasan tentang literasi digital. 

Sejalan dengan semangat juang R.A Kartini untuk mencerdaskan dan memajukan bangsanya, semoga kaum perempuan Indonesia di semua lini kehidupan yang diperankan juga memiliki semangat juang yang kuat untuk mencerdaskan kaumnya dalam hal literasi digital hingga tercapai tujuan kemajuan bangsa dan negara. Menyitir dari apa yang diungkapkan oleh RA Kartini dalam karya literasi nya melalui tulisan, ‘tempuh malam hingga petang, tempuh badai hingga reda, tempuh perang hingga menang, tempuh duka hingga suka’.
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine