Kampung KB Sebagai Pionir Implementasi Program DASHAT untuk Percepatan Penurunan Stunting

Oleh: Drs Edy Pranoto (penyuluh KB Kapanewon Playen)

PEMBANGUNAN pada dasarnya ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup manusia baik secara fisik, mental, spiritual, sosial guna kemudahan dalam kehidupan. Manusia menjadi obyek sekaligus subyek utama dalam pelaku pembangunan. Manusia memiliki keterbatasan secara fisik, namun oleh yang Maha Kuasa manusia dibekali akal fikiran yang dapat dikembangkan nyaris tak terbatas. Melalui kemampuan akal pikiran itulah manusia mampu menguasai dunia.

Pembangunan manusia sebagai sentral sumber daya harus dimulai sejak dini dan berimbang antara aspek jasmani, rohani serta sosial. Pembangunan manusia sejak dini melalui pengasuhan, pertama kali dilakukan oleh keluarga sebagai wadah sosial terdekat, dan terawal. Hanya dalam keluarga yang memiliki suasana harmonis, damai, serta orang tua yang siap menjadi ayah ibu-lah sangat berpeluang melahirkan anak-anak yang berkualitas.”Peran orang tua, baik ayah maupun ibu diharapkan secara bersamaan memilki kesiapan dan keikutsertaan dalam pengasuhan anak. Dimulai sejak masa janin dalam kandungan, masa bayi, kanak-kanak, masa sekolah bahkan usia remaja hingga dewasa. Kesadaran , pengetahuan dan ketrampilan pengasuhan yang memadai dari orang tua merupakan bekal berharga agar dapat memperlakukan anak secara baik, benar dan menyenangkan. Karena cara orang tua memperlakukan anak akan mempengarui kepribadian, kejiwaan, kebahagiaan dan kesuksesan anak di masa yang akan datang”. [1] 

Dalam buku, Pengasuhan Anak Umur 0-6 Tahun Bagi Orang Tua Yang Bekerja, ditulis bahwa “Keluarga memegang peran penting dalam mencetak generasi dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas dicerminkan dari kualitas perkembangan fisik, kualitas perkembangan kognitif dan kualitas perilaku”. [2] 

Dalam upaya mewujudkan anak berkualitas, tentunya tak lepas dari peran pengasuhan orang tua dan kecukupan asupan nutrisi di 1000 HPK. Masalah nutrisi (gizi), di 1000 HPK manusia menjadi prioritas pemerintah didalam upaya peningkatan kualitas generasi bangsa yang tertuang dalam RPJMN 2019-2024. 

 Prioritas ini didasarkan pada pentingnya untuk memfokuskan pemberian gizi pada periode 1000 HPK yang kelak akan menentukan masa depan bangsa. Buruknya status gizi di masa anak bawah dua tahun akan berdampak negatif dalam jangka pendek dan jangka panjang . Dampak negatif dalam jangka pendek bagi anak yang mengalami stunting (gagal pertumbuhan) akan terjadi gangguan perkembangan kecerdasan otak, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh, serta anak berpenampilan pendek.

Sedangkan di masa jangka panjang dampak negatif anak yang mengalami stunting adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan lebih berisiko untuk terserang penyakit tidak menular seperti: diabetes, obesitas , penyakit jantung ,darah tinggi, mengindap kolesterol jahat, stroke, dan disabilitas pada usia tua .

Secara garis besar, gerakan pencegahan dan penanggulangan stunting dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya tergolong lingkup upaya kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, pemantauan pertumbuhan anak balita di posyandu, dan suplemen tablet jangka pendek yang hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.

1000 HPK
Sedang intervensi gizi sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan yang tidak terbatas pada lingkup kesehatan. Sasarannya adalah semua anak/orang dalam periode kehidupan yang tidak terbatas untuk 1000 HPK saja. 

Namun demikian apabila upaya intervensi gizi sensitif tersebut diintegrasikan dengan obtimal dampaknya terhadap kemungkinan anak terhindar dari resiko stunting akan lebih besar. Contoh intervensi sensitif tersebut adalah program keluarga berencana (KB), sanitasi yang sehat, pendidikan dan KIE pengasuhan anak, kesetaraan gender, berbagai penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi pangan.

Pentingnya pengasuhan dan kecukupan nutrisi di masa 1000 hari pertama kehidupan bagi anak antara lain:
1. Mengoptimalkan perkembangan otak anak yang dipenuhi  jaringan dendrit sebagai “bahan bakar” di kehidupan masa mendatang.
2. Pertumbuhan jiwa dan raga secara obtimal, pembentukan sistem kekebalan tubuh yang kuat.
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi untuk ibu dan anak selama periode 1000 HPK membantu memastikan bahwa anak mendapatkan awal kehidupan yang terbaik.
4. Menurunkan risiko terjangkit penyakit kronis degenerative dimasa mendatang , seperti penyakit diabetes, penyakit jantung, obesitas, kolesterol tinggi, mengindap darah tinggi.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomer 72 Tahun 2021, BKKBN diberikan amanat untuk mengawal upaya pencegahan stunting di lini lapangan dibawah komando Wakil Presiden Republik Indonesia. Banyak yang telah dan sedang dilakukan oleh BKKBN serta jajarannya untuk pencegahan stunting ,baik melalui pendekatan hulu sampai hilir, msalnya melakukan pendampingan bagi calon manten baru agar siap melahirkan anak-anak yang sehat, melalui aplikasi elsimil serta pendampingan bagi ibu hamil, menyusui, pasca melahirkan dan ibu punya anak dibawah dua tahun melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK).

DASHAT
Selain pendampingan oleh TPK, BKKBN juga telah meluncurkan program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT). DASHAT merupakan program yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada sasaran pencegahan stunting dari keluarga yang kurang mampu, melalui peningkatan kecukupan nutrisi yang bersumber dari penyediaan dan pemberdayaan pangan lokal.

Konsep pemberdayaan pangan lokal bagi keluarga mengandung pengertian sbb:

• Pemberdayaan: upaya membangun daya, dengan mendorong, membangkitkan kesadaran, potensi serta berupaya untuk mengembangkan kekuatan yang ada.
• Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai potensi dan kearifan lokal geografis kewilayahannya. Sumber makanan lokal di setiap daerah berbeda-beda. Jenis makanan lokal bisa bersumber dari umbi-umbian, pala kesimpar, pala gemandul, pala kependem, dll.
• Keluarga: unit terkecil dalam masyarakat yang dibentuk melalui perkawinan yang sah yang beranggotakan ayah,ibu,anak , atau ayah dan ibu, atau ayah dan anak atau ibu dan anak.

Sasaran pemberian makanan dari dapur sehat atasi stunting meliputi: calon pasangan usia subur/ calon manten, anak remaja, Ibu hamil,Ibu menyusui,Ibu punya anak balita serta bayi atau anak usia diatas enam bulan sampai 23 bulan.

Tujuan antara dari program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) bagi sasaran stunting adalah:
1. Tercukupi kebutuhan nutrisi yang bersumber dari makanan local.
2. Terpenuhi kebutuhan nutrisi yang bersumber dari makanan lokal yang bergizi.
3. Tersedianya berbagai jenis makanan lokal yang terjangkau harganya.
4. Tersedianya makanan lokal yang sesuai dengan selera ibu hamil, ibu menyusui , balita, serta remaja.

Adapun tujuan akhir dari program Dashat yaitu untuk mencukupi kebutuhan gizi/ nutrisi bagi sasaran yang beresiko stunting sehingga anak yang dimiliki akan terhindar dari kondisi pertumbuhan dan perkembangan stunting.

Manfaat program Dashat antara lain:
1. Tersedia sumber makanan yang segar,sehat, dan bergizi untuk kecukupan nutrisi bagi sasaran stunting.
2. Kemampuan penyiapan pangan lokal oleh keluarga melalui tata cara masak yang benar.
3. Mengurangi terjadinya resiko kehilangan gizi pada sumber-sumber makanan lokal.
4. Menciptakan peluang kerja dan usaha baru bagi keluarga .
5. Meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pengusahaan ekonomi keluarga.

Komponen yang terlibat dalam program Dashat meliputi :
• Steakholder baik formal dan informal di kampung KB
• Masyarakat dan keluarga keluarga di kampung KB
• Pengusaha-pengusaha setempat
• PKK Pokja III khususnya, kelompok UPPKS, kader KB, Kader Posyandu

Ada tiga model penampilan program Dashat :
• Pertama model sosial: pemberdayaan masyarakat dengan makanan padat gizi kecukupan nutrisi untuk sasaran keluarga risiko stunting diberikan secara gratis.
• Kedua model kombinasi: pemberdayaan masyarakat dengan makanan padat gizi kecukupan nutrisi untuk sasaran keluarga resiko stunting dan masyarakat umum dengan metode penjualan terkombinasi dengan subsidi.
• Ketiga model komersial: pemberdayaan masyarakat dgn makanan padat gizi kecukupan nutrisi untuk sasaran masyarakat umum dengan penguatan KIE nutrisi sehat dengan metode penjualan.

Kelebihan program Dashat apabila berhasil teraplikasi di masing-masing keluarga dimasyarakat yaitu:

1. Tersedianya makanan lokal bersumber dari unsur hewani dan nabati yang berfareasi serta tercukupi kebutuhan nutrisi bagi sasaran stunting.
2. Tersedia makanan lokal yang lebih sehat , mudah didapat, mudah disajikan, memenuhi selera serta terjangkau harganya.
3. Meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan keluarga didalam pemanfatan konsumsi makanan pangan lokal.
4. Membuka peluang usaha baru bagi keluarga untuk menyediakan makanan yang sehat, bergizi, bernutrisi , berselera.

Banyak cara untuk mempromosikan program Dashat ini, salah satunya melalui perlombaan penyajian menu makanan sasaran pencegahan stunting di peringatan Hari Kartini tahun 2022, yang digelar pada tanggal 12 Mei 2022 yang diprakarsai oleh PKK Kabupaten Gunungkidul bekerjasama dengan Dinsos PPPA Kabupaten Gunungkidul, DPMKPPKBDKabupaten Gunungkidul. Kegiatan menampilkan 38 peserta dari utusan seluruh Kampung Keluarga Berencana yang ada di Kabupaten Gunungkidul.

Melalui kegiatan lomba Dashat bermunculan berbagai produk makanan olahan lokal bernutrisi tinggi bagi sasaran stunting, yang bersumber dari bahan biji-bijian, dedaunan, umbi-umbian, serta bahan pangan sumber hewani setempat. Konsistensi promosi Dashat diharapkan akan mampu membangkitkan keberdayaan keluarga dibidang pangan sehingga akan menjadi upaya ampuh guna menaggulangi dan mencegah lahirnya anak stunting.[]

[1] Menjadi Orang Tua Hebat dalam Mengasuh Anak (U6-10 Th), BKKBN, 2017, Jakarta: hal 17.
[2] Buku Pengasuhan Anak Umur 0 - 6 Tahun Bagi Orang Tua Yang Bekerja, BKKBN, 2017,h. 19.

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine