DALAM BANGET!...! Pertemuan UPPKA Kenanga, Kampung KB Klampok, PPL Giripurwo Sampaikan Makna Filosofis "Pacul"

Oleh: Nur Istiqomah, SIKom (PKB Purwosari)

PURWOSARI
- Rabu (23/3) di Balai Padukuhan Klampok diadakan pembinaan Kelompok UPPPKA Kenanga yang sekaligus juga sebagai kelompok KWT di Kampung KB Klampok dengan tema, "Menyambung Bonsai Kamboja dengan Beraneka Warna Bunga". Materi pelatihan tersebut disampaikan oleh PPL pembina wilayah Giripurwo dari Balai penyuluh Pertanian Kapanewon Purwosari,  Asmudi, SP. 

Salah satu usaha peningkatan pendapatan keluarga akseptor (UPPKA) dan kelompok wanita tani (KWT) dalam kegiatannya adalah dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit di sekitar rumah. Lahan di sekitar rumah bisa dimanfaatkan dengan menanam bunga yang bernilai jual atau bernilai ekonomi dan tidak perlu banyak modal, contohnya adalah bonsai bungai kamboja. Jika ditekuni dengan baik dan telaten, kata Asmudi, bisa menghasilkan pundi pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, khususnya keluarga yang mempunyai balita agar terhindar dari gizi buruk dan stunting.

Praktik secara langsung pertama-tama dengan menyiapkan peralatan berupa pisau, tali plastik okulasi atau plastik trasnparan dan tali rafia. Berikutnya memilih tanaman bonsai yang telah disiapkan dalam pot, dengan memilih batang bonsai yang sudah beumur antara satu tahun sampai dua tahun dan sudah keluar bonggol pada bagian bawah batang, dan kelihantan sehat dan kokoh. Lalu batang kita potong secara horizontal dan dibuat irisan seperti huruf V bagian yang akan disambung dengan entres lain warna bunga yang berbeda dengan dipotong secara horizontal berbentuk huruf V. Sehingga jika direkatkan pada batang bawah mengikuti alur huruf V akan menempel secara rapat dan tidak berongga. 

Selanjutnya, ikat dengan tali rafia atau plastik dengan hati hati dan kuat dan ditutup dengan plastik okulasi atau plastik trasparan utuk menghindari masuknya air dan terjadi pembusukan, setelah itu cukup disiram seminggu sekali dan di tempatkan pada tempat yang teduh ditunggu sampai tunas baru muncul sebagai tanda proses penyambungan berhasil dengan sempurna.

Setelah praktek menyambung bonsai, Asmudi, SP menyampaikan makna dari pacul yang dianggap sebagian besar masyarakat dianggap sepele. Selain menjadi simbol perjuangan hidup, pacul atau cangkul juga merupakan kunci utama pembuka pintu rejeki bagi kaum petani.

Pacul, menurutnya Asmudi, terdiri tiga bagian:

Pertama, disebut pacul yakni, bagian inti yang terbuat dari lempengan logam. Ada juga yang menyebut “langkir”, karena bagian paling tajam. Kedua, bagian yang disebut “bawak” yaitu lingkaran gelung berlubang tempat kayu pegangan atau doran disematkan. Ketiga, disebut “doran” yaitu yang biasa terbuat dari batang kayu yang berfungsi sebagai pegangan cangkul.

Dari ketiga bagian ini, terdapat makna filosofis yang sangat berarti. Pertama, pacul dari kata: ngipatake barang kang muncul, artinya membuang bagian yang mendugul atau menonjol tidak rata. Sifatnya memperbaiki dan mengolah agar tanah bisa dimanfaatkan sebagai media tanam.

Sebagai umat beragama, kita harus selalu berbuat baik dan selalu memperbaiki hidup kita yang penuh dosa. Maka, seperti halnya pacul yang baik, yaitu kuat dan tajam, kita harus kuat iman, tajam pikiran kita untuk berbuat kebaikan. Jadi, falsafah pacul tersebut mengandung makna ajaran agama yang tinggi nilainya. Kedua, bawak yang berasal dari kata “obahing awak”, artinya geraknya tubuh. Maksudnya, orang hidup itu wajib menggerakkan tubuh, untuk menjadi sehat. Arti istilah yang luas bahwa, sebagai manusia kita wajib berikhtiar, seperti halnya bekerja untuk memperoleh nafkah dunia dengan bergerak

Ketiga, doran berasal dari kata donga marang Pangeran, artinya berdoa kepada Tuhan. Maksudnya, kita manusia sebagai umat harus selalu berdoa kepada Tuhan, yakni Allah SWT. Karena doa ini juga bagian penting dari ibadah.

Oleh karena itu, ketiga bagian tadi, tidak dapat berdiri sendiri. Agar dapat difungsikan dengan baik, ketiganya harus bersatu padu membentuk sebuah alat pertanian yang disebut pacul.

Itulah makna filosofis dari sebuah pacul atau cangkul. Makna filosofis ini kemudian juga menegaskan bahwa menjadi petani beraktivitas selalu bersentuhan dengan pacul, tidak boleh dianggap sebagai pekerjaan remeh. Sebab, tanpa petani, kehidupan ini tidak akan berjalan dengan baik dan saling melengkapi saling membutuhkan.(*)

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine