Pembinaan BKR Mentari Tawarsari, Wonosari, PKB: "Jadilah Orangtua Sebagai Role-Model Bagi Anak"

Oleh: Dra Umi Wasriyati, MM (koordinator PKB Wonosari)


WONOSARI | Setelah beberapa bulan diberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di masa pandemi covid-19, Bina Keluarga Remaja (BKR) Mentari Tawarsari, Wonosari, salah satu bentuk kegiatan dari program Bangga Kencana dari BKKBN sudah aktif lagi melaksanakan pertemuan.

Jumat (17/09), kelompok BKR Mentari yang berada di Padukuhan Tawarsari, Kalurahan Wonosari, Kapanewon Wonosari, melaksanakan pertemuan dengan sasaran keluarga-keluarga yang mempunyai anak remaja. Materi pertemuan yang disampaikan oleh Umi Wasriyati, Penyuluh KB Kalurahan Wonosari, adalah tentang, "Komunikasi Orangtua dengan Remaja".

Disampaikan oleh Umi, bahwa remaja adalah batasan usia 10-19 tahun (UNICEF). Namun ada juga definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock, yang menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia 12-22 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,maupun psikologis. 

Masa remaja, lanjut Umi, merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.

Komunikasi orangtua dengan remaja, karena itu,  menggunakan komunikasi dari hati ke hati. Gunanya melatih kita untuk mendengarkan dan bertukar pendapat tanpa prasangka dan penilaian, membiasakan anak terbuka menyampaikan pikiran dan perasaan. Komunikasi mer\\upakan seni, seperti peribahasa, “Tak kenal maka tak sayang”, atau, “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”.

"Tak kenal maka tak sayang," ini penting untuk memahami remaja kita. Orangtua terkadang berpikiran, “Ah, badai pasti berlalu (dengan sendirinya)," ini keliru, kita tidak bisa menganggap seperti itu. Mereka (remaja) tidak dapat menjalaninya sendirian, masih perlu pendampingan dan bimbingan ayah dan bundanya.

Analogi remaja adalah seperti air yang mendidih, suaranya berisik, ada gelembung-gelembung buih-buihnya, ketel atau cerek-nya bunyi, tetapi air mendidih itu kalau dikasih kopi dan gula sangat nikmat. "Jadi kita harus memahami anak-anak remaja kita, peduli , luangkan waktu untuk anak remaja kita. Harus kenal dengan anak remaja kita sehingga bisa komunikasi dari hati ke hati dalam mendampingi anak remaja kita," ajak Umi

Lalu Umi menjelaskan peribahasa, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Pola masa lalu, ketika orangtua di dalam komunikasi dengan anaknya dikatakan keras itu belum tentu mereka jahat, hanya mereka tidak tahu cara lain dalam menyampaikan pesan kepada anaknya. Pada pengasuhan masa lalu, terkadang anak tidak boleh punya pendapat yang berbeda, tidak boleh pulang malam, tidak boleh punya teman lawan jenis, dsb. 

Kemudian untuk masa kini kita banyak sumber belajar dengan bersikap demokratis. Kita bisa bersama dengan anak remaja di masa kini, orangtua harus bisa mulai berubah sikap dalam pendampingan anak remaja, mulai dari membangun rasa percaya kepada remaja dengan menciptakan rasa nyaman, anak nyaman curhat karena didengarkan bukan untuk dikritik dan diomelin. Hadir sepenuh hati pikiran dan badan, letakan HP kalau sedang komunikasi dengan remaja. Dengarkan dan tanggapi secara positif, menjaga kepercayaan anak, jangan diceritakan ke orang lain di luar kita. Jadilah orangtua sebagai model anak kita sendiri. Orang tua sebagai role-model.(*)
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine