Cegah Kasus Kematian Ibu dan Balita, UPT Puskesmas dan BPKB Saptosari Canangkan "Gerakan Sayang Ibu"

Kontributor: Ahmad Harwanto & Ervina Budiati (PKB dan pramusaji Saptosari)

Senin (11/10), pukul 09.00 WIB-selesai bertempat di aula Balai Kalurahan Kepek telah dilaksanakan acara GSI (Gerakan Sayang Ibu). Adapun peserta pertemuan tersebut adalah kader kesehatan se-Kalurahan Kepek, Remaja perwakilan se-Kalurahan Kepek, Kader KB perwakilan se-Kalurahan Kepek, Kamituo Kalurahan Kepek dan Ulu-ulu Kalurahan Kepek. Sebagai narasumbernya adalah Rustri Nuryanti, AMd Keb dari UPT Puskesmas Saptosari, serta Ahmad Harwanto, SSos, PKB Kapanewon Saptosari. 

Acara dibuka dengan berdoa bersama oleh Ulu-Ulu Kalurahan Kepek Sugeng Wibowo kemudian dilanjutan dengan sambutan Kamituo Kalurahan Kepek Mujiyono dengan menyambut gembira tamu undangan dan tak lupa juga selalu mengingatkan protokol kesehatan yaitu dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jarak da menggunakan masker ketika berada di luar rumah.

Acara inti diawali dengan materi GSI (Gerakan Sayang Ibu) oleh Rustri Nuryanti, AMd. Keb dari UPT Puskesmas Saptosari. Gerakan Sayang Ibu adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi. Kegiatan GSI ini selain bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan balita, juga memiliki 10 tujuan lainnya yakni:

1. Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, serta menurunkan angka kematian bayi.

2. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai penyakit menular seksual (PMS).

3. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, dan perawatan bayi.

4. Memantapkan komitmen dan dukungan terhadap Gerakan Sayang Ibu.

5. Meningkatkan kepedulian dan dukungan sektor terkait terhadap upaya penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.

6. Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan dan membangun mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.

7. Meningkatkan kepedulian dan peran serta instansi masyarakat, LSM, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi dalam perencanaan, pelaksanaan, pantauan dan evaluasi ibu hamil, bersalin, dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.

8. Meningkatkan fungsi dan peran instansi kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah, dan nyaman bagi ibu serta bayi.

9. Meningkatkan upaya dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan kesehatan ibu, bersalin, nifas, serta bayi yang dilahirkan.

10. Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas, serta perawatan di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi panewu.

Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Ahmad Harwanto, SSos, PKB Kapanewon Saptosari dengan materi “Hindari 4 Terlalu”. Generasi milenial yang saat ini sedang memasuki masa pernikahan dan pranikah perlu memahami bagaimana cara pencegahan dan solusi mengatasi problem stunting. Masalah stunting seharusnya menjadi perhatian penting dan tidak dapat diremehkan. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga periode awal kehidupan anak (1.000 hari pertama kehidupan). Selain gizi yang buruk, faktor lainnya yang menjadi penyebab stunting ialah faktor usia dan jarak kelahiran. Oleh karena itu, BKKBN merumuskan gerakan "Hindari 4 Terlalu" sebagai solusi pencegahan stunting, yakni sbb:

1. Terlalu Muda

Hamil pada usia yang terlalu muda akan sangat berisiko pada perempuan, karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang secara optimal. Ukuran tulang panggul calon ibu baru sempurna setelah usia 21 tahun. Pada usia yang masih sangat muda, para remaja masih membutuhkan gizi maksimal hingga usia 21 tahun. Nah, karena usia yang terlalu muda tersebut, maka tubuh ibu hamil akan "berebut" gizi dengan bayi yang dikandungnya. Idealnya, menurut BKKBN, usia menikah pada perempuan adalah di atas 21 tahun dan usia menikah bagi laki-laki adalah 25 tahun.

2. Terlalu Tua

Usia hamil pertama perempuan yang terlalu tua, atau berkisar kurang lebih usia 35 tahun ke atas, ternyata bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi yang tidak normal. Hal ini bisa terjadi karena pembelahan sel telur yang abnormal, disebut nondisjunction. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan anak membawa cacat lahir atau kondisi akibat kelainan kromosom seperti sindrom Down. Selain itu, hamil pada usia yang terlalu tua juga meningkatkan risiko kematian baik pada ibu maupun bayinya.

3. Terlalu Dekat

Jarak antara kehamilan pertama dengan berikutnya yang terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun akan biresiko menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak. Selain menyebabkan penghambatan proses persalinan, ini bisa terjadi karena gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak janin, dan posisi janin. Kondisi hamil lagi dalam waktu dekat juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan plasenta. Gangguan pada plasenta akan berakibat pada terhambatnya pasokan oksigen dan ketersediaan nutrisi bagi janin. Jika seorang Ibu mampu mengatur jarak kehamilan dengan baik dan benar, maka akan mempunyai kesehatan reproduksi yang prima dan memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan keluarga.

4. Terlalu Banyak

Kondisi ibu pernah hamil dan melahirkan anak terlalu banyak juga akan berisiko mengakibatkan stunting, terlebih pada proses persalinan, yaitu risiko pendarahan pascapersalinan. Kondisi dengan anak yang terlalu banyak tentu saja akan mengurangi tumbuh kembang anak secara optimal, sehat, dan cerdas, karena pola asuh anak yang tidak maksimal. Selain itu, jika keluarga mampu mengatur kelahiran anak, maka keluarga mempunyai peluang untuk meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan kesejahteraan. Sementara bagi anak, ia akan mempunyai peluang mendapatkan pendidikan yang lebih baik. 

Acara ditutup dengan diskusi dan tanya jawab.(*)

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine