Dari Pembinaan Kelompok Kegiatan PIK-R Benteng Selatan, Tepus; "Pentingnya Wawasan PUP bagi Remaja"


Kontributor: Dwi Lestiyandari, AMd Gizi (Pantai Sundak)

TEPUS | Dulu kita sering mendengar istilah-istilah dalam bahasa Jawa seperti perawan tua atau jaka kasep. Hal itu dilandasi ketika seseorang telah memasuki usia remaja tetapi belum menikah. Hal ini akan menjadi sebuah beban bagi orangtua dikarenakan oleh tuntutan dari zaman pada waktu itu karena kalau sudah usia remaja tetapi belum menikah itu akan dipandang orang lain kalau anak itu “tidak laku”. Sehingga, itu membuat orang tua akan menikahkan anaknya pada usia remaja. Tujuannya adalah untuk menghindarkan anak dari status tersebut padahal anak tersebut belum tergolong usia matang dan siap secara fisik maupun mental untuk menjalankan kehidupan berumah tangga. Hal ini tentu budaya yang salah kaprah, padahal ini hanyalah alasan untuk segera melepas tanggung jawabnya sebagai orang tua dengan menikahkan anaknya di usia dini.

Hal ini tentu akan bertentangan dengan keadaan pada zaman sekarang, ini sudah tidak bisa diterapkan lagi pada kehidupan sekarang karena pernikahan dini menyebabkan dampak yang tidak baik terhadap fisik dan mental seseorang. Untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, maka perlu pembelajaran pada masyarakat tentang pentingnya pendewasaan usia perkawinan (PUP).

Untuk menambah pemahaman remaja tentang PUP dan pencegahan pernikahan dini, maka pada hari Selasa (3/11) pukukl 09.00-12.00 WIB diadakan pembinaan kelompok kegiatan (poktan) PIK-Remaja Benteng Selatan tentang, PUP sebagai Upaya Mencegah Pernikahan Dini, di Balai Padukuhan Duwet, Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus oleh PKB pembina wilayah Kalurahan Purwodadi, yaitu Dwi Lestiyandari, Amd Gizi.

Kegiatan ini diikuti oleh kader dan anggota PIK-R Benteng Selatan sejumlah 36 orang. Disampaikan, bahwa PUP merupakan upaya untuk mencegah pernikahan dini di mana perkawinan tejadi pada keadaan fisik dan mental telah siap, matang dan terencana yaitu anak remaja menikah pada usia minimal 25 tahun untuk laki-laki dan usia 21 tahun untuk perempuan.

Pada usia ini baik laki-laki maupun perempuan diasumsikan telah siap dan matang secara fisik dan mental untuk membina keluarga baru dan mampu menghadapi segala dinamika permasalahan yang muncul dalam kehidupan berumah tangga.

Sedangkan pernikahan dini adalah pernikahan yang terlaksana di usia yang belum memasuki usia dewasa bagi kedua pasangan yang melangsungkan pernikahan. Pernikahan dini biasanya terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: putus sekolah, hubungan biologis (KTD), ekonomi, adat dan budaya. Pada perkawinan dini jelas mempunyai resiko kegagalan yang tinggi karena kedua pasangan belum mengetahui hak dan kewajiban masing-masing dalam menjalankan rumah tangga. Adapun beberapa dampak yang dapat terjad dari pernikahan dini, diantaranya:

  1. Berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir sebelum waktunya,kesulitan dalam melahirkan karena kondisi fisik dari alat reproduksi belum matang secara penuh sehingga bisa menyebabkan pendarahan bahkan juga keguguran

  2. Perbedaan pendapat dari kedua pasangan yang berbeda, hal ini sering terjadi, karena tidak mungkin ada dua orang yang memiliki pemikiran yang sama persis. Ini merupakan tantangan cukup berat dalam mengontrol diri dan pasangan, bukan tak jarang terjadi perceraian karna perbedaan pendapat yang tidak menemukan titik temu.

  3. Para wanita muda yang tidak terbiasa mengatasi urusan rumah tangga dan pekerjaannya, akan lebih mudah mengalami depresi sehingga banyak yang berakhir dengan pernikahan tidak bahagia.

  4. Kesulitan dalam membina tumbuh kembang anak, karena belum siap untuk menjadi orang tua dan belum memahami tentang pola asuh anak

  5. Seringkali menjadi beban orang tua maupun keluarga, karena belum mapan secara ekonomi sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarganya sendiri kemudian ikut mendompleng dalam ekonomi orang tuanya.

Mengingat dari besarnya dampak pernikahan dini, maka hendaknya remaja memiliki wawasan dan konsep yang matang dalam mempersiapkan kehidupan berumah tangganya kelak demi terwujudnya keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.(*)

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine