Sinergi Antar Lini untuk Pencegahan Stunting di Giricahyo

Koresponden: Ika Vitasari Wahyuningtyas

Purwosari |Jumat (24/07) bertempat di Balai Kalurahan Giricahyo telah diselenggarakan kegiatan Rembug Stunting mulai pukul 13.00 WIB sd 16.00 WIB.

Pelaksana kegiatan ini adalah PKB Kapanewon Purwosari dan Pemerintah Kalurahan Giricahyo dan dihadiri oleh Sugeng Priyanto, SE dan Erni Susilowati, SE selaku perwakilan dari Pemerintah Kalurahan Giricahyo,  Suroto, SSos, MM, serta Nur Istiqomah dan Bambang Wardoyo, SSos, selaku Penyuluh KB Kapanewon Purwosari, Ika Vitasari Wahyuningtyas Pramusaji  BPKB Purwosari serta ibu-ibu kader Posyandu, kader PKK, kader KB, dan Kader RKS dengan jumlah total 30 peserta.

Acara dibuka oleh Ibu Erni Susilowati selaku Carik Kalurahan Giricahyo dengan dilanjutkan menyanyikan lagu "Mars KB" yang kemudian diisi sambutan dari  Kamituwo Sugeng Priyanto, SE.

Dalam sambutannya, beliau sangat mendukung acara ini terselenggara. Sugeng juga memberikan motivasi kepada para kader untuk dapat bekerja lebih maksimal khususnya pada masalah stunting ini.

Definisi
Memasuki pada pemberian materi, materi yang pertama disampaikan oleh Suroto, SSos, MM yang memaparkan secara rinci mengenai stunting. Dijelaskan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Kondisi gagal tumbuh pada anak balita ini, kata Suroto, disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang berulang, infeksi berulang, dan pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK.  Anak tergolong stunting apabila lebih pendek dari standar umur anak sebayanya. Penyebab stunting secara langsung adalah akibat rendahnya asupan gizi dan status kesehatan pada anak. Sedangkan penyebab tidak langsung  dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.

Terjadinya stunting pun memiliki dampak pertumbuhan pada anak baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, kekurangan gizi menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme.

Sedangkan dalam jangka panjang, kekurangan gizi menyebabkan menurunnya kapasitas inlogistitelektual, gangguan struktur dan fungsi saraf. Gangguan-gangguan tersebut dapat menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah dan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke.

Sasaran Program
Dalam rembug stunting ini, sasaran prioritas  konvergensi pencegahan stunting adalah ibu hamil dan anak usia  0-23 bulan atau rumah tangga 1000 HPK, sebagai masa yang paling kritis  dalam tumbuh kembang anak. Selain itu terdapat kategori sasaran penting yaitu anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur dan remaja putri.

Intervensi pencegahan stunting meliputi intervensi gizi spesifik yang menyasar pada penyebab langsung terjadinya stunting yang meliputi:
1) Kecukupan asupan makanan dan gizi;
2) Pemberian makan, perawatan dan pola asuh; dan
3) pengobatan infeksi/penyakit. Selain itu juga intervensi sensitif mencakup: (a) Peningkatan akses pangan bergizi; (b) Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (c) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; dan (d) Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.

5 Paket
Dalam rangka mempermudah fasilitasi konvergensi pencegahan stunting di tingkat Kalurahan, maka kegiatan-kegiatan intervensi spesifik maupun sensitif bagi sasaran rumah tangga 1.000 HPK dikelompokkan dalam 5 (lima) paket layanan intervensi sebagai berikut:
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA);
2. Konseling Gizi Terpadu;
3. Air Bersih dan Sanitasi;
4. Perlindungan Sosial; dan
5. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Dari 5 paket tersebut terdapat indikator-indikator Lima Paket Layanan yang selanjutnya dilakukan pemantauan secara rutin setiap bulan dengan menggunakan Scorecard Konvergensi Stunting.

Scorecard ini salah satunya yang akan digunakan sebagai persyaratan pencairan dana desa tahap 2 atau tahap 3. (PMK 205 Tahun 2019)

Memasuki materi yang kedua disampaikan oleh Nur Istiqomah. Sebelum memberikan materi, beliau memberikan sedikit selingan permainan untuk memecah suasana menjadi lebih rileks, yakni permainan tepuk 1, 2, dan 3 di mana peserta di minta memperagakan perintah kecuali perintah tanpa kata “tepuk”.

Dalam permainan ini juga menguji konsentrasi para kader dalam menerima materi yang disampaikan hari ini.

Alhamdulillah permainan ini disambut tertawa ketika ada beberapa kader yang keliru dalam memperagakan perintah.

1000 HPK
Setelah dirasa cukup, dilanjutkan dengan materi 1000HPK sebagai salah satu upaya intervensi pencegahan stunting.

1000 HPK adalah periode emas bagi tumbuh kembang yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan ( 270 hari ) hingga anak usia 2  tahun (730 hari ). Pada masa ini nutrisi yang diterima anak, memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan saat usia dewasa.

Tantangan pada fase kehamilan adalah status gizi pada wanita sebelum hamil yang menentukan awal perkembangan plasenta dan embrio. Kebutuhan gizi akan meningkat pada fase kehamilan khususnya energi, protein, vitamin, dan mineral.

Risiko kekurangan gizi di 1000 HPK dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan kognitif sehingga anak kurang cerdas dan gangguan pertumbuhan tinggi badan sehingga beresiko pendek/stunting. Selain itu, sanitasi lingkungan juga penyebab tidak langsung yang berpengaruh pada status gizi balita. Sanitasi yang tidak baik akan mengakibatkan kejadian diare yang dapat menyebabkan infeksi dan berpengaruh terhadap kurang gizi pada balita.

Nur juga menyampaikan pesan tips buat ibu selama 1000 HPK yang antara lain:
1. Selama hamil makan makanan beraneka ragam
2. Memeriksa kehamilan minimal 4x selama kehamilan (memantau status gizi bumil)
3. Minum tablet tambah darah (mencegah anemia)
4. Bayi baru lahir harus IMD
5. Berikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
6. Timbang BB Bayi secara rutin setiap bulan
7. Berikan Imunisasi wajib dasar bagi bayi
8. Lanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun
9. Berikan MP ASI secara bertahap pada usia 6 bulan dan tetap memberikan ASI

KB-KS
Melengkapi pembahasan mengenai stunting, PKB Bambang Wardoyo menambahkan materi tentang upaya gerakan keluarga berencana nasional melalui pembangunan Ks. Dalam  materinya, upaya peningkatan kepedulian peran serta masyarakat melalui KB dapat dilakukan dengan cara:
1. PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan)
2. Pengaturan kelahiran
3. Pembinaan ketahanan keluarga
4. Peningkatan KS untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Selain itu,  menurut Bambang, perlu juga diperhatikan dan diimplementasikan delapan fungsi keluarga dalam pembangunan ks, antara lain: fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi kasih sayang, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi  sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan. Tidak lupa disampaikan pula fokus kebijakan KB untuk mencegah adanya stunting dengan cara menghindari kehamilan 4T yaitu Terlalu muda punya anak (<20th), Terlalu banyak melahirkan (>3 anak), Terlalu rapat jarak melahirkan (<2 th), dan Terlalu tua (>35 th).

Tiga materi telah disampaikan dengan baik oleh Penyuluh Keluarga Berencana Kapanewon Purwosari, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Diskusi kali ini diisi oleh Erni Susilowati yang menyampaikan rasa terima kasih atas acara yang berlangsung hari ini. Pemerintah Kalurahan sangat mengapresiasi dan mengusulkan untuk adanya sinergitas kegiatan dari Posyandu, BKB, dan PAUD dalam penanganan stunting ini.

Selain itu, sebagai informasi di Kalurahan Giricahyo sendiri telah terbentuk Rumah Kalurahan Sehat (RKS) yang dulunya disebut Rumah Desa Sehat (RDS) dan beberapa kader pengurus telah hadir dalam acara ini.
Menanggapi hal tersebut, Suroto berkenan untuk berkoordinasi dengan Panewu Purwosari dan hasilnya akan diberitahukan dikemudian hari untuk dapat ditindaklanjuti bersama.

Sebelum acara ditutup, Pemerintah Kalurahan Giricahyo meminta untuk sekaligus penyerahan secara simbolis Tikar Pertumbuhan kepada 7 padukuhan dan 1 RKS. Tikar pertumbuhan diserahkan oleh koordinator PKB, carik, dan jajaran PKB. Acara ditutup dengan foto bersama di depan Balai Kalurahan Giricahyo.(*)

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine