Oleh:
Listyani Ritawati, AMd
Keb,
bidan di UPT Puskesmas Ngawen II
UPT
Puskesmas Ngawen II merupakan salah satu puskesmas PKPR (Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja) di Gunungkidul yang melaksanakan program
untuk meningkatkan kesehatan pada remaja sejak 2015. Salah satu
kegiatannya yaitu posyandu remaja. Posyandu remaja terbentuk mulai
tahun 2016 di Desa Sambirejo. Bidan
yang bertugas di Puskesmas Ngawen II
selama ini sudah melakukan progam KIA-KB dan PKPR dengan baik dan
bekerjasama bersama lintas sektoral dan lintas program di wilayah
Ngawen.
Meskipun
sudah mengalami penurunan angka remaja KEK dan anemia, ibu hamil KEK
dan anemia, bayi BBLR dan stunting,
namun masih perlu dilakukan inovasi lain untuk menurunkan angka
kejadian tersebut di Ngawen. Dengan
adanya posyandu remaja, hal ini bisa dimanfaatkan.
Sekian
lama ini, diketahui banyaknya daun kelor di Desa Sambirejo. Sementara
itu, ada
minat remaja putri untuk mengonsumsi daun kelor, di mana daun ini
efektif dalam mencegah anemia. Oleh
karena itu,
dimunculkanlah
inovasi
melakukan pemberdayaan posyandu remaja dengan memanfaatkan daun kelor
menjadi olahan makanan untuk mencegah anemia dan bayi lahir stunting.
Dalam
hal ini peran tenaga kesehatan, dalam hal ini saya (penulis), yang
ditugaskan di UPT Puskesmas Ngawen II untuk inovasi ini adalah
sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan.
Sebagai
tenaga pemberdayaan masyarakat, posyandu
remaja di Desa Sambirejo ini berfungsi
untuk mendekatkan
akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi remaja.
Kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana di posyandu remaja ini antara
lain:
1.
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS);
2.
Konseling
tentang kesehatan reproduksi (masalah atau gangguan haid, pubertas,
dll);
3.
Konseling
HIV/AIDS, VCT jika diperlukan;
4.
Konseling
masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza;
5.
Konseling
tentang gizi
seimbang bagi remaja dan pencegahan masalah gizi pada remaja,
seperti: KEK, obesitas,
dan anemia.
Berbagai
macam program telah dilakukan penulis dimulai dari pembuatan sumur
bor di daerah Padukuhan
Sambirejo,
mengingat tingginya angka kematian ibu hamil di Desa
Sambirejo
dikarenakan kekurangan air bersih. Dari program tersebut penulis
mendapatkan penghargaan Srikandi
Award
2009 kategori
MDG’s 5, “meningkatkan
kesehatan ibu”, dan
juga mendapatkan penghargaan terbaik 2 dalam kategori “tingkat
pelaku mitra perusahaan” dengan Gelar
Karya Pemberdayaan
Masyarakat
Award
tahun
2012.
Canting
Gelamor
Dengan
berbagai gelar yang didapatkan itu,
penulis
makin termotivasi untuk lebih meningkatkan program program inovatif
yang berguna bagi masyarakat khususnya di Daerah
Sambirejo.
Inovasi
terbaru iniah yang penulis angkat di tulisan ini, yaitu
Canting
Gelamor (Cegah
Anemia dan Bayi lahir Stunting
dengan Gerakan Pengolahan Makanan Daun
Kelor).
Program
Canting
Gelamor
ini dalam implementasinya dikolaborasikan
dengan program posyandu remaja yang ada di meja 5 dan telah dilakukan
sejak 2017. Kegiatan yang dilakukan di meja 5 ini berupa
pembudidayaan daun kelor yang digunakan sebagai bahan utama untuk
dijadikan makanan olahan.
Jumlah
pohon daun kelor sebagai bahan baku utama di Dusun Sambeng IV ini
masih terbilang sedikit, sehingga dilakukan kerjasama dengan CV MIZPA
dari NTT untuk mendapatkan bibit sejumlah 2000 dan Tim
Penyuluh Pertanian dari Kecamatan Ngawen untuk pembinaan cara
penanaman bibit daun kelor, yang
dalam hal ini bekerja
sama dengan gapoktan dan KWT
yang ada di Padukuhan
Sambeng
4. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah anemia dan bayi
stunting
sejak dini kepada remaja, mengingat masih tingginya tingkat
pernikahan dini pada remaja saat ini.
Latar
Belakang: Tingginya Stunting
Kegiatan
ini sudah dimulai sejak tahun 2016 yang diawali dengan terbentuknya
posyandu
remaja di Dusun Tobong, Desa Sambirejo. Selanjutnya pada tahun 2017
dikembangkan di
9
padukuhan di Desa Sambirejo yang memiliki posyandu
remaja.
Pendirian
posyandu
remaja merupakan inisiatif dari kurangnya kesadaran remaja akan
bahaya anemi dan KEK
sengingga penulis bekerjasama dengan perangkat desa dan kader
setempat. Kegiatan yang dilakukan di posyandu
remaja antara lain adalah konseling 1 minggu sekali, penanaman pohon
kelor, pengolah daun kelor. Kegiatan
posyandu
remaja disepakati beberapa jenis kegiatan, di antaranya adalah
pertemuan rutin sebulan sekali di tempat pertemuan masing masing
kader, serta
kegiatan rutin yang dilakukan adalah konseling di balai desa setiap
satu minggu sekali.
Berawal
dari tingginya angka stunting
yang ada di wilayah Puskesmas Ngawen II (rata-rata
34,35%),
dan diketahui bahwa stunting
sangat terkait dengan anemia yang terjadi sejak sebelum hamil, maka
pada tahun 2016 saat kegiatan posyandu
remaja di Dusun Sambeng
4 dilakukan pemeriksaan anemia pada remaja putri dengan jumlah
sasaran sebanyak 150 remaja putri.
Pemeriksaan
anemia dilakukan dengan pemeriksaan laborat pada remaja putri yang
hadir tanpa mempertimbangkan terdapat tanda klinis anemia ataupun
tidak. Hasil pemeriksaan diperoleh angka dengan kadar Hb < 10,2
gr/dl sebanyak 20. orang (60% remaja yang diperiksa mengalami
anemia).
Setelah
ditemukan data tersebut, dilakukan sosialisasi kepada tokoh
masyarakat dan karangtaruna
di Desa Sambirejo untuk bersama-sama memecahkan masalah melalui
pemberdayaan masyarakat. Posyandu remaja dipilih sabagai wadah untuk
mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) dengan
bimbingan dan pendampingan dari pihak Puskesmas.
Kandungan
Daun Kelor
Berdasarkan
hasil penelitian dan koordinasi dari pihak dinas terkait ternyata
daun kelor mempunyai kandungan zat besi yang cukup baik dan
berkhasiat membantu dalam mencegah anemia. Daun kelor bisa ditanam
dengan sangat mudah dan bisa ditemui di sekitar warga Desa Sambirejo
sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengakses ketersediaan daun
kelor sebagai bahan makanan.
Upaya
pencegahan anemia remaja di Desa Sambirejo
akhirnya dipilih dan disepakati untuk menurunkan angka anemia pada
remaja putri di Desa Sambirejo. Solusinya adalah dengan peningkatan
perilaku sehat melalui konsumsi olahan daun kelor sebagai menu dalam
hidangan rumah tangga dan makanan jajanan.
Pada
tahap selanjutnya, setelah diketahui kadar hemoglobin
masing-masing remaja putri diberikan perlakuan dengan mengkonsumsi
olahan daun kelor sebanyak 100 gram per hari selama 3 bulan. Setelah
3 bulan, dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin kembali pada bulan
Februari 2018.Berdasrkan
kegiatan ini berdampak pada meningkatnya
pengetahuan pada remaja khususnya remaja putri di Desa Sambirejo
tentang anemia dan bayi lahir stunting.
Hasil
Eksperimen
Setelah
dilakukan penyuluhan dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan melalui
pemberdayaan kelompok posyandu remaja dan upaya yang lain, maka
dilakukan pembinaan sesuai dengan porsinya
masing-masing, yaitu dengan pembudidayaan daun kelor, penyemaian
bibit kelor dan pembuatan olahan makanan berbahan dasar daun kelor.
Selain
itu, juga diadakan konseling sebaya yang dilakukan remaja ke kader
remaja lainya sehingga remaja semakin mengerti akan bahaya anemia dan
KEK. Dari hasil kaderisasi tersebut, terbukti remaja putri mampu
mencegah kejadian anemia dan KEK sedini mungkin. Hal ini dibuktikan
dengan data di bawah ini:
Sedangkan
data terkait dengan jumlah bayi stunting, bumil KEK, bumil anemia,
BBLR, serta remaja putri anemia di UPT Puskesmas Ngawen II dalam
kurun 4 tahun sejak 2014-2017 adalah sbb:
Dari
data di atas dapat dilihat penurunan prosentase dari tahun sebelum
dilakukan inovasi dan setelah dilakukan inovasi, dapat dilihat mulai
dari bayi lahir pendek sampai dengan remaja putri anemia dari tahun
2014 sampai dengan tahun 2017 mengalami penurunan. Hal ini
membuktikan bahwa program yang dilaksanakan, yaitu Canting
Gelamor
yang
diterapkan
pada posyandu remaja berdampak bisa menurunkan prosentase stunting
sampai remaja
putri anemia.
Berkah
dari inovasi tersebut, penulis telah mendapatkan sejumlah penghargaan
antara lain sbb:
- Srikandi Award sebagai program terbaik 2 kategori Millenium Development Goals 5
- GKPM Awards 2012 CSR Best Practice For MDG’s kategori Tingkat Pelaku Mitra Perusahaan
- Live talkshow di @america, Jakarta pada 03 Mei 2013 dalam rangka “Hari Bidan Internasional” sebagai pembicara
- Seminar, “Upaya Terobosan dalam Penurunan Angka Kematian Ibu Untuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia” sebagai narasumber
- Piagam dari Kepala Dinkes Kabupaten Gunungkidul sebagai tenaga kesehatan teladan kategori bidan tingkat Kabupaten Gunungkidul.(*)
0 Comments