Perkenalkan, Abon Ikan Tuna "Mina Jaya" dari UPPKS Kampung KB Nanas, Tileng, Girisubo, Gunungkidul

Kampung KB Nanas, Tileng, Girisubo merupakan salah satu kampung KB rintisan di Gunungkidul yang didirikan pada tahun 2016 bersama kampung KB Wonolagi, Ngleri, Playen, Gunungkidul. Keduanya dipilih untuk pencanangan kampung KB tentu saja karena memenuhi syarat sebagai dareah tertinggal di dalam program KB, letaknya di daerah terpencil, serta setidak-tidaknya di daerah perbatasan, hal mana ini sejalan dengan Nawacita Presiden Joko Widodo untuk “membangun Indonesia dari pinggiran”.

Progres
Dalam perkembangannya sejauh ini, khusus untuk Nanas, warganya sangat kooperatif dan penuh semangat di dalam menanggapi atau merespons keberadaan kampung KB di dusun mereka. Ini terbukti dengan antusiasme mereka di dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di kampung KB dengan binaan penyuluh KB serta lintas sektor di tingkat kecamatan. Padahal, di sisi lain mereka juga mengalami kendala dengan tidak adanya balai dusun di kampung mereka, sehingga semua pertemuan apa pun hanya diadakan di rumah Dukuh, Jamal.

Setelah mendapat intervensi program yang relatif banyak dan beragam, alhamdulillah ada progres yang positif di kampung KB Nanas menyangkut program KKBPK, khususnya capaian kesertaan MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang) yang kian meningkat, prosentase pernikahan dini yang hampir 3 tahun ini 0% alias tidak ada kasus sama sekali, kesehatan bayi dan balita yang makin baik, serta peningkatan pendapatan di kalangan keluarga yang tergabung dalam kelompok UPPKS.

Abon Ikan Tuna Produk UPPKS
Selasa (11/2) kemarin, BPKB Girisubo secara khusus datang untuk silaturahmi dan memberikan pembinaan kepada ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok UPPKS. PKB yang terdiri atas koordinator PKB, Hudoyo, SSos, serta PKB pembina wilayah Sabrur Rohim, SAg, MSI, bertemu dengan pengurus UPPKS yakni Ngatikem, Warsinah, dan Yuniati. Sungguh patut disyukuri bahwa dari hasil pengembangan stimulan dana dari BKKBN, kini kelompok UPPKS telah memiliki alat spinner dan etalase sendiri untuk menyimpan dan/atau memajang produk.

Perlu diketahui, bahwa kelompok UPPKS Teratai di kampung KB Nanas itu konsern untuk memproduksi abon ikan tuna, karena di wilayah pesisir pantai sini, bahkan mungkin Gunungkidul belum ada yang memproduksi olahan tersebut. Potensi olahan ikan tuna di kampung KB Nanas ini sesungguhnya memang sangat besar, karena sebagian besar suami (KK) dari anggota UPPKS-nya adalah para nelayan. “Sehingga, selain jaminan bahan dasarnya (ikan) selalu tersedia, ikan-ikannya sendiri adalah ikan segar,” demikian dikatakan Yuniati, ketua kelompok UPPKS seklaigus pengurus Pokja kampung KB.

Label olahan abon ikan tuna produk UPPKS Teratai ini adalah “Mina Jaya” dan sudah mendapatkan PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul. “Alhamdulillah, kita sudah mendapatkan PIRT dari Dinkes. Ini menandakan bahwa hasil olahan kita terjamin kualitasnya secara standar kesehatan, baik sejak proses awal pengolahannya maupun pengemasannya,” terang Yuni, panggilan akrabnya.

Pemasaran
Untuk pengemasan (packaging), produk olahan abon ikan tuna “Mina Jaya” bisa dikatakan bagus dan memadai, karena dibungkus dengan plastik tebal nan halus model buka tutup serta label stiker tempel. Tampilan seperti itu tentu saja menambah kesan tersendiri yang tidak murahan, sehingga layak dipajang di toko swalayan dan sejenisnya serta bisa menembus pembeli dari kalangan kelas menengah.

Sejauh ini, menurut Yuni, pasarannya masih di kalangan pembeli-pembeli tertentu yang sudah lama kenal dan merasakan produk tersebut, baik di lingkungan warga Nanas sendiri, atau dari dusun lain (di Tileng), desa lain (di wilayah Girisubo), bahkan dari kecamatan lain (di Gunungkidul), serta dari daerah lain, yakni Jakarta dan Semarang. 

“Kami mengalami sedikit kendala dalam hal pemasaran. Kami ingin agar produk kami bisa dikenal lebih luas, sehingga produksi dan omzet meningkat, dan akan semakin menambah penghasilan dari UPPKS kami,” kata Yuni.

Menanggapi keluhan soal kendala tersebut, PKB memberi arahan agar pemasaran bisa ditempuh dengan media online, misalnya sarana medsos seperti WA, Facebook, Youtube, situs jual-beli daring, dan sejenisnya yang sekarang tengah diminati oleh banyak orang, sehingga sangat efektif sebagai media pemasaran.  “Hanya saja, jika sudah masuk ke pemasaran secara online, penanganannya harus profesional. Misalnya dalam hal stok, harus ada setiap saat, sehingga ketika sewaktu-waktu ada permintaan untuk segera dikirim, barang sudah siap. Kalau sampai lambat dalam pengiriman, bisa membuat kecewa pembeli, dan itu akan membuat citra atau kesan yang buruk,” ujar Hudoyo, SSos, koordinator PKB Girisubo.

Proses pembuatan abon
Dalam acara pembinaan kali ini, PKB  meminta kepada kader UPPKS untuk memberikan gambaran tentang proses pembuatan abon ikan tuna tersebut.

Dijelaskan oleh Yuni, bahwa pertama-tama kita harus menguliti ikan tuna, artinya kulitnya dibuang. Selain itu, bagian kepala, bagian ekor, duri, dan kotoran juga dibuang, sehingga yang tersisa memang hanya benar-benar bagian dagingnya saja. Untuk ikan tunanya sendiri memang diambil yang masih segar, warna dagingnya merah. Bisa juga dan akan lebih bagus dengan ikan tengiri, yang warga dagingya keputih-putihan dan rasanya lebih enak jika dimakan. Cuma, kata Yuni, tengiri harganya jauh lebih mahal.

Tahap kedua, daging ikan tuna tersebut dikukus (Jawa: didang) selama mungkin sampai benar-benar masak.

Tahap ketiga, daging ikan tuna yang sudah masak setelah dikukus tadi dihancurkan dengan cara diremas-remas (Jawa: diremed-remed), bisa juga dengan menggunakan parutan sehingga benar-benar lembut.

Tahap keempat, daging yang sudah lembut tadi dicampur dengan bumbu yang sudah disiapkan secukupnya sesuai takaran.

Tahap kelima, daging lembut yang sudah dibumbui tersebut digoreng selama 45 menit, dan harus ditunggu, dibolak-balik, agar jangan sampai gosong.

Tahap keenam, abon yang sudah matang tersebut setelah dientas dari penggorengan kemudian dikeringkan dengan alat spinner, tujuannya agar minyaknya hilang.

Tahap ketujuh, terakhir, adalah pengemasan (packaging). Perlu diketahui, bahwa untuk 4kg ikan tuna, setelah diproses, diolah, hasilnya menjadi abon seberat 1kg. Untuk standar Gunungkidul, mengikuti anjuran DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Gunungkidul, 1kg abon ikan tuna dihargai Rp 200.000. Sejauh ini, yang lebih banyak dipasarkan adalah kemasan 100gram dengan harga @Rp 20.000. Namun demikian, untuk melayani permintaan dari warga dusun, UPPKS juga membuat kemasan kecil-kesil seberat 25gram dengan harga ekonomis @Rp 5000.

Lebih lengkap tentang produk UPPKS Teratai ini adalah sbb:
Nama produk : Abon Ikan Tuna “Mina Jaya”
Bahan         : Ikan tuna segar
Pemroduksi         : Kelompok UPPKS Teratai
Alamat         : Kampung KB Nanas, Tileng, Girisubo, Gunungkidul
No PIRT         : 206 340 301 0915-19
Nomor kontak : 085227605561, an: YUNIATI. (*)

[Sabrur Rohim, SAg, MSI, PKB Girisubo]

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine