Mudah Lelah Bukan Berarti "Lebay"


Oleh: dr Ida Rochmawati, SpKJ (K)*
Pernahkah Anda merasakan mudah lelah atau  lelah berkepanjangan meskipun tidak melakukan aktivitas yang menguras tenaga? Atau,  dengan aktivitas yang biasa-biasa saja,  rasa lelahnya luar biasa? Akibatnya, kita jadi lebih sering mengeluh. Orang orang sekitar kita bahkan menganggap kita “lebay”  atau terlalu berlebihan. Sedikit-sedikit mengeluh. Mungkin Anda sedang depresi.


Depresi merupakan gangguan suasana hati yang bisa dialami oleh semua orang. Bahkan WHO melaporkan 25% orang dalam masa hidupnya pernah mengalami depresi. Sekitar 10% dari populasi umum juga mengalami depresi.  Banyak orang yang tidak memahami kalau sebenarnya dirinya mengalami depresi  bahkan terkadang dokter juga mengabaikannya karena pasien lebih banyak datang  karena keluhan fisik, bukan keluhan perasaan seperti, “Saya sedih”, atau,Ada yang tidak enak dengan perasaan saya”.  Mengeluh sedih seolah-olah merupakan tanda kelemahan diri.

Keluhan fisik pada pasien depresi
Penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Nakao et.al  dalam Psychopatology (2001) menyimpulkan bahwa keluhan fisik yang sering disampaikan oleh pasien depresi adalah:  kelelahan (86%), insomnia (79%), mual (51%), dispneu/nyeri dada  (38%), palpitasi/berdebar  (38%), nyeri  punggung (36%), diare (29%), nyeri kepala (28%). Gejala lain adalah nyeri dada (27%), gejala seksual (32%), nyeri  ekstremitas (20%), pusing (19%), nyeri perut (18%), tinitus/telinga berdenging (18%), dan nyeri sendi (16%). Dokter akan mencurigai ada indikasi depresi ketika pasien mengeluhkan keluhan fisik yang samar-samar dan tidak ditemukan sumber penyakitnya.

Gejala depresi terdiri atas tiga gejala utama dan tujuh gejala tambahan. Tiga gejala utama: murung, hilang minat, dan mudah lelah. Tujuh gejala tambahan: gangguan tidur, nafsu makan berkurang/berlebihan, gangguan konsentrasi, harga diri rendah, rasa bersalah yang berlebihan, pandangan masa depan yang suram, pikiran tentang masa depan yang suram dan pikiran tentang kematian sampai bunuh diri. Dua gejala utama, dua gejala tambahan selama dua minggu didiagnosis sebagai gejala depresi ringan, dua gejala utama dan tiga gejala tambahan disebut depresi sedang dan tiga gejala utama dan  empat geja tambahan disebut depresi berat.

Penyebab depresi
Pada dasarnya manusia adalah makhluk holistik yang terdiri atas unsur biologi, psikologi, sosial. Ketiga faktor tersebut memiliki kontribusi  terhadap timbulnya depresi. Dari aspek biologi, gangguan suasana hati dipengaruhi oleh neurotransmitter (zat transmisi di syaraf otak), yakni serotonin dan nor epinefrin. Serotonin berperan terhadap gangguan suasana hati berupa perasaan sedih, ide bersalah dan pesimistis, sedangkan nor epinefrin berperan dalam memberikan energi. Itu sebabnya ketika seseorang mengalami depresi selain perasaannya  sedih  dia juga merasa badannya lemah.

Faktor kepribadian juga berperan terhadap kejadian  depresi. Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup, sensitif, ia lebih rentan terhadap depresi.  Faktor sosial berupa tersedia atau tidaknya  dukungan sosial juga berpengaruh terhadap depresi. Termasuk adanya stressor yang bermakna yang membuat seseorang mengalami depresi. Berdasarkan tiga faktor tersebut, pengelolaan depresi juga mengacu pada hal tersebut di atas.

Pengelolaan Depresi
Pengelolaan depresi dari sisi biologi dengan pemberian obat  anti depresi yang berfungsi menaikkan serotonin dan nor epinefrin sehingga suasana hati dan energi bisa kembali pulih. Obat tersebut harus diberikan dokter dan diminum dalamjangka waktu tertentu. Secara teori tidak menimbulkan ketergantungan. Hal ini berlawanan dengan pendapat umum minum obat anti depresi bisa menyebabkan ketergantungan.

Pendekatan psikologi pada pasien depresi adalah melalui psikoterapi. Psikoterapi adalah metode untuk mempeerbaiki kepribadian, cara pandang, kebiasaan dan perilaku yang berisiko depresi. Karena, pada dasarnya manusia adalah makhluk dinamis yang tumbuh dan berkembang dipengaruhi pola asuh dan pengalaman hidupnya. Orang yang mudah depresi bisanya memiliki cara pandang yang cenderung negatif pada kejadian di sekitarnya. Psikiater dan psikolog klinis akan membimbing mereka untu mengelola kepribadiannya agar lebih adaptif.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial bisa terutama diberikan oleh orang-orang terdekat. Bisa juga diberikan oleh profesional seperti dokter, psikiater ataupun psikolog klinis. Orang dengan  depresi sangat membutuhkan pemaham orang-orang sekitarnya atas apa yang terjadi pada dirinya. Bukan disalahkan atau diremehkan bahkan diangap berlebihan atau “lebay”. Nasihat yang tidak tepat bisa membuat mereka semakin tidak bisa dimengerti. Pahami ketika mereka merasa lemah atau menyalahkan diri sendiri adalah bagian dari gejala. Merekapun sebenarnya ingin lepas dari kondisi ini namun sayangnya tidak semua orang bisa memahami.

Apa yang bisa dilakukan andai “saya” mengalami depresi?
1.  Terimalah dan akui pada diri sendiri memang “saya” sedang depresi. Tidak perlu menyalahkan diri sendiri;
2. Beri ruang untuk diri sendiri untuk menumpahkan perasaan, menangis, menarik diri atau berdiam diri tetapi berikan batas waktu. Jangan terlalu lama bahkan berlarut larut;
3. Bicaralah pada seseorang yang dianggap bijaksana, mau mendengar dan bisa dipercaya;
4. Tolonglah dirimu sendiri dengan cara tetap makan makanan bergizi, istirahat cukup, berusaha untuk membuka diri, tetap melakukan kegiatan semampunya;
5. Datanglah ke profesional untuk mendapatkan dukungan psikologi dan pengobatan.
6. Jalankan ibadah dengan rutin dan tetap berdoa, meminta pertolongan pada Allah karena Allah selalu menyediakan pertolongan dalam kesulitan.

Apa yang bisa dilakukan orang terdekat bila ada orang dengan depresi?
1. Pahami orang dengan depresi mengalami gangguan suasana hati dan memiliki persepsi negatif pada diri dan lingkungannya;
2. Mereka bukan melebih lebihkan perasaan atau sengaja mencari perhatian. Apa yang meraka rasakan adalah sesuatu yang “berat” meskipun mungkin di mata orang lain tidak seberat yang dikeluhkan;
3. Jadilah pendengar dan pendamping yang baik. Jangan menyalahkan, jangan meremehkan apalagi membandingkan bahwa ada yang lebih menderita dari dia;
4. Berikan ruang untuk mencurahkan perasaannya dan berikan umpan balik positif agar yang bersangkutan bisa menemukan jawaban, hikmah dan solusi dibalik kejadian yang dihadapinya;
5. Bila gejala depresinya berlarut-larut sampai mengganggu fungsi peran dan fungsi sosialnya, sarankan ke profesional (psikolog dan psikiater) untuk mendapatkan bantuan konseling, psikoterapi dan obat-obatan anti depresi.

Good Bye Depresi
Seiring dengan perjalanan waktu dan pengelolaan yang tepat serta komprehensif, depresi bisa dipulihkan. Bahkan sesudahnya seseorang bisa menjadi lebih tangguh dan bijaksana. Bukankah ombak dan badai yang menjadikan pelaut itu tangguh.   Depresi bisa dialami oleh siapa saja dan depresi bukan akhir segala-galanya. Tetaplah menerima dan memberi bantuan sampai suatu saat kita kan bilang “good bye depresi”![]

*Psikiater di RSUD Wonosari Gunungkidul, PKU Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul, Tim ahli di Lambaga Psikologi Terapan InspirasiGunungkidul. 
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine