Ketua IPeKB Indonesia: "Bila Ingin Tunjangan 100%, Perilaku dan Kinerja PKB Harus Berubah!"

Seminar dengan tema, Menumbuhkan Cinta, Komunikasi dan, Keterbukaan Orangtua dengan Remaja, bertujuan untuk mewujudkan misi pembangunan keluarga yaitu dengan meningkatkan ketahanan keluarga melalui kelompok kegiatan BKR akan mewujudkan peningkatan kualitas keluarga. Melalui kelompok BKR diharapkan juga kader dan anggota mampu untuk meningkatkan pengetahuan orangtua dalampengasuhan tumbuh kembang remaja terutama dalam hal berkomunikasi akan berjalan dengan baik dan menumbuhkan keterbukaan antara orang tua dengan remaja.


Seminar bagi kalangan profesional PKB ini dilaksanakan pada hari Rabu (25/09) mulai pukul 08.30 sampai 12.15 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh 111 orang peserta dari unsur PKB se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan Petugas Pelayanan KB Kabupaten Bantul. Dalam kata sambutannya, Kepala Dinas DPPKB Kabupaten Bantul, Dra Sri Nuryanti, MSi, menyampaikan rasa terimakasihnya karena acara ini berhasil berkat dukung oleh PKB sewilayah DIY. Menurut beliau masalah komunikasi orang tua dengan remaja adalah hal yang penting terutama untuk memahami kehendak remaja guna menjalin hubungan antara orang tua dan remaja. Diharapkan dalam seminar ini akan diperoleh ilmu yang baru dan bermanfaat bagi PKB sebagai upaya untuk meningkatkan komunikasi yang hangat antar anggota keluarga, terlebih di zaman sekarang di mana interaksi dengan anggota keluarga semakin terasa sempit waktunya, apalagi menghadapi remaja yang mengalami perubahan psikologi dan juga pengaruh kuat darai gadget yang memungkinkan standar nilai antara orang tua dan remaja berbeda. Menurut Sri, dalam dirinya remaja mengalami dua kesulitan,yaitu komunikasi dengan orang lain dan juga komunikasi dengan dirinya sendiri. Di sinilah perlunya dukungan dari orang tua agar ramaja tidak mengalami salah dalam pergaulan dan juga tetap dalam keharmonisan dalam keluarga. Dukungan orang tua terutama dalam hal gaya berkomunikasi sangat diperlukan sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa cinta dan kehangatan dalam keluarga.

Perwakilan BKKBN DIY, dalam kata sambutannya yang disampaikan oleh Kepala Bidang KBKR, Dra Johananti Kriswandari menyampaikan rasa terimakasih kepada DPC IPeKB Kabupaten Bantul yang telah sukses menggagas dan merealisasikannya acara seminar ini sebagai agenda dalam rangka ulang tahun IPeKB yang ke -12. Menurut beliau, bonus demografi di DIY datang lebih cepat dengan angka ketergantungan 43,71%. Gejala tumbuhnya jumlah penduduk kurang dari 15 tahun terus meningkat dengan tajam. Apa ini maknanya? Artinya tiap orang dewasa dalam keluarga mempunya beban rata rata sebesar 56 persen.


Remaja bisa menjadi sumber modal pembangunan bila didukung adanya aspek kesehatan

fisik, mental dan nilai-nilai kepribadian yang positif. Namun, mereka akan menjadi beban keluarga bilamana dalam remaja sudah hidup dalam kondisi bermasalah. Gejala pergaulan bebas yang sudah menjadi fenomena umum akan berdampak pada timbulnya masalah pernikahan dini, lahirnya sigle parent, pelarian ke pemakaian narkoba dsb. Di sinilah konsep keluarga berkumpul, berinteraksi, berbagi dan berdaya makin relevan melalui obtimalisasi 8 fungsi keluarga. Komunikasi sebagai kunci dari orang tua dalam membina keluarga sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis. Orang tua juga perlu kesabaran mengingat remaja memiliki nilai dan visi hidup sendiri. Orang tua harus tetap hadir di dalam remaja guna memberi kasih sayang, arahan, dan menjadi pendengar yang baik bagi anak dan menerima keluhan-keluhannya, agar anak-anak tidak mencari informasi dan perlindungan diluar keluarga. Beliau berharap agar seminar ini akan memberikan hal-hal baru untuk berbekal bagi PKB dalam rangka mendorong ketahanan keluarga dan remaja yang lebih baik lagi.

Ketua Umum IPeKB Indonesia dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih karena IPeKB Cabang Bantul sudah bergerak melangkah mandiri dalam memenuhi harapan pimpinan BKKBN. Menurutnya IPeKB dalam perkembangan perjalanan berorganisasi mengalami pelbagai tahapan. Kini kita sudah memasukai tahapan di mana sebagai organisasi profesi sudah berumur 10 tahun banyak yang telah dilalui dan dilakukan, seperti saat ini dalam proses perubahan Perpres terkait dengan tunjangan PKB. Untuk mencapai tunjangan 100 persen, dari sekarang yang baru 75 persen, dibutuhkan perubahan perilaku dan kinerja PKB yang semakin kompeten dengan keahliannya. Dalam situasi saat ini PKB harus memahami konsep leadership digital 
4.0, sehingga diharap PKB akan terus eksis bila mampu beradaptasi dengan perubahan dan kemajuan zaman. Di sinilah PKB harus bersedia mengubah sikap dan cara berfikir yang adaptif. PKB harus mampu menguasai gadget bukannya gagap teknologi informatika. Akhirnya, PKB tidak boleh merasa paling pintar sebagai orang yang diistilahkan, “I know I know”, inilah pesan dari dr Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN, kata Triyana. Akhirnya PKB diharap jadi agent of change atau personal master yaitu sebagai teladan bagi masyarakat ingkungannya.

Tri juga menyatakan bahwa sesuai Perka BKKBN nomer 21 Tahun 2018, dinyatakan bahwa IPeKB sebagai satu satunya organisasi yang sah dan resmi untuk mewadahi para fungsional PKB yang setara dengan PGRI, IBI, IDI, dsb. Diharapkan ke depan IPeKB akan semakin dewasa di dalam cara bekerja dan cara bertindak sehingga akan semakin profesional dan bermanfaat bagi masyarakat. Triyana menggambarkan IPeKB pada fase pertama sebagai ulat yang bergerak kesana-kemari mencari identitas diri dalam upaya mendapatkan kesejahteraan dan posisi yang lebih baik.


Sementara itu memasuki seminar yang paparan pertama disampaikaan oleh Dr. Dodi Hartanto, MPd, dosen UAD, menyampaikan tema, My Parent and Me in Harmony. Beliau lebih banyak memaparkan tentang hasil penelitiannya terkait dengan remaja yang hasilnya amat mengejutkan.  Adapun sebagian hasil penelitiannya itu antara lain:

  • Penelitian pertama di sekolah SMA dengan sasaran pengurus OSIS tentang, “Apa sikap mereka berkaitan dengan free sex/pergaulan bebas” , jawabnya adalah penerimaan atas tindakan tersebut.
  • Penelitian kedua berkaitan sikap anak SMP di Sleman terhadap “Konsep Keluarga” dengan hasil, meraka tidak membutuhkan adanya keluarga.
  • Penelitian ketiga terkait dengan sikap keluarga berada terhadap perilaku pola asuh pada lansia yang ternyata hasilnya keluaarga tersebut telah mendaftarkan para lansia untuk dirawat di panti wreda.  Ini jawaban anak-anak pemilik lansia di mana mereka merasa hidupnya juga sendiri tanpa kehadiran orang tua.
  • Menurut beliau, Provinsi DIY menempati peringkat pertama dalam penggunaan narkoba, dan kota nomer empat dalam hal kemacetan lalu lintas di Indonesia.
  • Sedangkan angka perceraaian ada 571 kasus di tahun 2018. Di berita Kompas, 1000 pasangan suami istri mengalami perceraian di tahun 2018 dengan kondisi ekonomi keluarga yang semakin meningkat.
  • Dalam empat tahun terakhir ini ada, 2055 pernikahan dini yang diikuti dengan meningkatnya kasus perceraian.

Gejala-gejala tersebut tentu akan membawa dampak buruk pada pertumbuhan remaja secara berkualitas, karena semua itu akan berpengaruh pada perkembangan psikologis, perilaku sosial pada remaja yang hidup dalam kondisi tekanan sosial. Menurut Mas Dodi, panggilan akrabnya, solusi untuk mengatasi persoalan remaja dengan cara menerapkan konsep, “Family is importing in the word”, karena ketahanan keluarga merupakan kunci
ketahanan bangsa. Jadi orang tua seharusnya mengenal lebih dekat pada anak-anaknya. Yang kedua menurutnya, kesehatan jiwa dan relasi, sebagai kunci kebahagiaaan. Melalui gerakan kembali ke meja makan untuk berinteraksi, berkumpul, berbagi, peduli dan saling memberdayakan antar anggota keluarga diharapkan mampu meningkatkan ketahanan keluarga. Faktor “komunikasi” sebagai solusi dalam upaya peningkatan ketahanan keluarga. Ketiga faktor solusi ketahan keluarga tersebut sangat diharapkan dapat ditumbuhkembangkan melalui Kampung KB yang diharapkan akan memberikan
pengaruh secara masif di daerah lain.

Pembicara kedua adalah Intan Kusuma Wardhani,MPsi, yang menyampaikan tentang masa kritis bagi pertumbuhan anak sampai masa usila yang mana masa transisi akan memberikan ketegangan tersendiri bila tak bisa mengendalikan yang akhirnya berdampak pada keharmonisan hubungan keluarga. Menurutnya ada tiga faktor yang mempengarui kehidupan psikho-sosial remaja, yaitu faktor biologis, sosiologis dan emosional, yang bila penanganan orang tua tidak hati-hati bisa menimbulkan kerawanan hubungan orang tua dan anak remaja. Beliau menyampaikan resep komunikasi yang baik terhadap remaja, yaitu antara lain:


 Membangun kedekatan pada remaja

 Menciptakan family time dlam keluarga
 Berbicara tidak hanya saat menyuruh, bertanya, dan marah saja
 Cengkrama disaat santai melalui kegiatan hobi bersama di kehidupan keseharian
 Ekpresikan rasa terimakasih orang tua pada anak remaja atas segala prestasi atau prilaku
positifnya
 Hindari perbuatan kekerasan secara lesan maupun fisik, dan psikhis
 Jadilah sebagai orang tua yang dibutuhkan remaja saat dia bermasalah.
 Berilah kesempatan remaja untuk mengekpresikan diri
 Jadila pendengar yang baik bagi remaja dan tunjukkan rasa empati padanya.
 Jangan terlampau cepat menghakimi atas perbuatan remaja
 Tetap mengawasi perilaku remaja agar tetap dalam koridor etika dan hukum
 Sadarilah bahwa teman-teman remaja itu bagian penting dalam perkembangan hidup
remaja
 Biasakan memberi dukungan, lakukan negosiasi dan diskusi dalam membina perkembangan dan pertumbuhannya.

Kesimpulan dari seminar sehari ini, yaitu semua sepakat bahwa problem dalam diri remaja amat kompleks, dan tidak ada satu teori untuk mengatasi masalah remaja yang berlaku secara umum, namun semua memiliki caranya sendiri dalam mempraktekkan teori sesuai dengan kondisi remaja masing-masing yang akan membuat keterbukaan dalam komunikasi dan menjaga keutuhan hubungan orang tua dan remaja.(*) [Drs Edy Pranoto, BPKB Playen]


0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine