3 Hari Bersama BKB, BKR, dan BKL Kampung KB Sempulur dan Kampung KB Bareng, Tanjungsari

Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi di negeri kita, dibalik manfaat positifnya, ternyata ada dampak negatif yang dapat mengancam mental generasi sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Ketahanan keluarga menjadi sangat  urgens untuk ditingkatkan kualitasnya, guna menangkal pengaruh-pengaruh negatif yang disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi tersebut. Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merasa terpanggil untuk berperan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Pelatihan kepada Tribina (BKB, BKR, BKL) merupakan wujud kegiatannya, dengan harapan ia akan ikut berperan dalam menyiapkan generasi yang tangguh dimasa yang akan datang. 

Pelaksanaan kegiatan tersebut tepatnya pada Selasa sd Kamis (3 sd 5/9) bertempat di Padukuhan Kayubimo, Kemadang, Tanjungsari yang kebetulan merupakan wilayah Kampung KB, dalam bentuk pelatihan kader Tribina (BKB, BKR, BKL), yang diikuti oleh pengurus BKB, BKR, BKL Padukuhan Kayubimo, dan BKR Padukuhan Bareng. Sebagai pelaksana pelatihan adalah DP3AP2 Propinsi DI Yogyakarta.

Hari pertama, setelah dibuka dengan menyanyikan lagu Mars KB, Ir Sihana Yuliarto (Koordinator Penyuluh KB Tanjungsari) menyampaikan materi yang pertama dengan mengambil tema, Membentuk Anak Cerdas. Dalam materinya, Pak Yuli, panggilan akrabnya, menyampaikan bahwa dalam upaya membentuk anak cerdas harus diawali dari persiapan kehidupan berumah tangga. Persiapan yang perlu dilakukan antara lain:


a. Persiapan Fisik
Dalam membentuk keluarga, baik laki-laki maupun perempuan harus siap secara fisik, salah satunya sudah menginjak akil balig. Usia ideal menikah untuk perempuan adalah 21 tahun sedangkan laki-laki 25 tahun. Pada usia tersebut diharapkan sudah dapat memenuhi tugasnya sebagai seorang istri maupun suami.

b. Persiapan Mental Spiritual
Yang dimaksud dengan persiapan mental spiritual disini adalah bahwa perempuan dan laki-laki yang sudah menikah akan menghadapi kehidupan baru, akan menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan dalam berkeluarga, hal ini perlu adanya persiapan mental spiritual agar ketahanan keluarga terjaga.

c. Persiapan Ekonomi
Pasangan harus memikirkan kehidupan setelah menikah, tertama seorang suami yang bertugas menafkahi keluarga.

d. Persiapan Sosial
Mempersiapakan diri dengan keluarga baru, lingkungan baru, bisa beradaptasi dengan baik.

Disampaikan juga bahwa dalam membentuk anak cerdas perlu juga mendapatkan perhatian pemberian asupan gizi yang cukup pada ibu saat hamil, dan pemeriksaan kehamilan pun harus dilaksanakan secara rutin, dengan tujuan agar terpantau kesehatan janin. Pada saat usia balita merupakan periode golden age, pada periode ini selain harus diberikan imunisasi yang lengkap, juga perlu pemberian asupan gizi yang cukup. Tidak kalah pentingnya pendampingan dari orang tua baik ayah maupun ibu dalam mendampingi, agar terbentuk anak yang cerdas secara intelektual, social, dan emosionalnya.

Materi kedua pada hari pertama pelatihan Tribina disampaikan oleh Isnain Aminudin SSos (Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga DP3AP2) yang menyampaikan materi berjudul, “Kebijakan Pengembangan Bina Keluarga Sejahtera”. Pak Isnain melalui materinya menyampaikan tentang strategi yang bisa diterapkan dalam pengembangan Bina Keluarga Sejahtera melalui Desa Prima.

Dengan penguatan Desa Prima sangat diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kader BKS di lokasi desa prima, pemberdayaan ekonomi keluarga di desa prima terwujud, dan kesetaraan gender diterapkan dengan baik, dengan tujuan akhirnya adalah terbentuk Desa Prima Sejahtera dan Ketahanan Keluarga meningkat.

Desa Prima Sejahtera merupakan program yang memiliki tujuan komprehensif, yaitu kesetaraan gender, perlindungan anak, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta peningkatan kapasitas dan penguatan lembaga masyarakat.

Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan desa prima antara lain:
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
2. Perlindungan
3. Peningkatan Kapasitas
4. Penguatan Kelembagaan
5. Advokasi, Pembinaan, dan Pendampingan.

Mengakhiri materinya, Pak Isanain menyampaikan sangat berharap, Kampung KB Sempulur dan Bareng yang ada di wilayah kecamatan Tanjungsari dapat menjadi embrio terbentuknya Desa Prima Sejahtera. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pun dapat terwujud.

Memasuki materi yang ketiga, Tri Susilastuti AKS (Kepala Seksi Keluarga Sejahtera DP3AP2) menyampaikan materi yang berjudul, “Pendidikan Berkeluarga”. Pada materinya Bu Tri menyampaikan mengenai Konsep Ketahanan Keluarga.

Ketahanan Keluarga Indonesia yang meliputi ketahanan fisik keluarga, ketahanan ekonomi, 
ketahanan sosial psikologi, dan ketahanan sosial budaya. 


Guna mewujudkan ketahanan keluarga, penanaman nilai-nilai pendididkan karakter sangat diperlukan, dalam hal ini keluarga mempuanyai peran yang sangat penting. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter oleh keluarga dapat dilakukan melalui: olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa/karsa. Penanaman nilai-nilai karakter tersebut harus dilakukan sejak usia dini.

Hari kedua, Drs Didik Sudarmadi (Kasubbid Bina Ketahanan Keluarga Remaja Perwakilan BKKBN DIY) menjadi pemateri yang pertama pada hari kedua pelatihan Tribina di Kampung KB Sempulur, Padukuhan Kayubimo, Kemadang. Materi yang disampaikan berjudul, “Komunikasi Efektif Orang Tua dengan Remaja”.

Dengan gaya yang santai tetapi serius, Pak Didik menyampaikan tentang berbagai permasalahan remaja yang sangat perlu mendapatkan perhatian, sebagai upaya menyiapkan generasi masa depan yang handal.

Permasalahan-permasalahan remaja tersebut antara lain: pergaulan bebas, kecanduan kepada narkoba, dan bayang-bayang HIV/AIDS, yang semua itu merupkan arah dari kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) melalui program Generasi Berencana (GenRe). 


Melalui Program GenRe diharapkan remaja tidak melakukan pergaulan bebas, terbebas dari kecanduan Narkoba, dan HIV/AIDS.

Yang tidak kalah penting untuk selalu mendapatkan perhatian, ternyata dari data diletahui umur pertama kali remaja belum menikah melakukukan hubungan seksual adalah 8 tahun dan tertinggi usia 20 tahun. Ini merupakan yang perlu penanganan untuk antisipasi terjadinya peningkatan kasus pernikahan dini.

Ada 3 hal kebutuhan utama remaja secara psikis, antara lain: 1. Kebutuhan didengarkan; 2. Kebutuhan untuk dicintai dan sentuhan; dan 3. Kebutuhan harga diri.

Melalui materinya, Pak Didik juga menyampaikan tentang tujuan berkomunikasi efektif dengan remaja, anatar lain:
1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
2. Membentuk suasana keterbukaan dan mendengar
3. Membuat remaja mau bicara, pada orang tua, saat menghadapi masalah
4. Membbuat remaja mau mendengar dan menghargai saat orang tua bicara
5. Membantu menyelesaiakan masalah.

Mengakhiri materinya, Pak Didik menyampaikan beberapa kata kunci mendidik remaja, yaitu:
- Belajar Mencintai Anak-anak
- Apa Adanya,
- Bukan Karena Ada Apanya
- Remaja Ingin Didengarkan
- Bukan Dibicarakan

Materi kedua disampaikan oleh Dra Dwi Iswantini (kepala Bidang KB DP3AKBPM dan D GK), di mana beliau menyampaikan tema, Pengelolaan BKL.

Pada materinya, disampaikan Du Dwi tentang langkah-langkah membentu kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL), termasuh sasaran langsung dan sasaran tidak langsung dari kelompok kegiatan BKL. Disampaikan juga agar dapat mengupayakan kegiatan BKL dapat dintegrasikan dengan kegiatan Yandu Lansia.

Media KIE yang sudah ada, harapan Bu Dwi, dapat dipergunakan dengan baik, sebagai media penyuluhan, harapnnya dapat menambah wawasan keluarga dalam mendampingi lansia, dalam upaya mewujudkan lansia yang sehat, taqwa serta mandiri.

Pada hari kedua, materi ketiga mengambil tema tentang, Keterpaduan Yandu dengan BKB, BKR dan BKL, disampaikan oleh Suhartiningsih A Md Keb (Bidan UPT Puskesmas Tanjungsari).
Bu Harti menyampaikan bahwa di kecamatan Tanjungsari, keterpaduan antara Posyandu Balita dengan BKB, Yandu Lansia dengan BKL sudah dilaksanakan dengan baik. Kerjasama yang baik antara Bidan Desa dengan Penyuluh KB perlu selalu dipertahankan, dalam upaya mewujudkan generasi yang tangguh di masa yang akan datang melalui kegiatan Ketahanan Keluarga, antara lain BKB, BKR, dan BKL.

Hari Ketiga merupakan hari terakhir pada acara Pelatihan Tribina, di mana hari itu hanya disampaikan 2 materi. Untuk materi pertama disampaikan oleh Heru Triyono, SKM (Kepala Seksi Advokasi, Komunikasi, Informasi, Edukasi DP3AP2 DIY). Beliau menyampaikan materi dengan tema Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh. 


Banyak hal yang disampaikan oleh Pak Heru melalui materinya, antara lain mengenai lansia tangguh serta 7 dimensi nya yang meliputi: 1. Dimensi Spiritual, 2. Dimensi Intelektual, 3. Dimensi Fisik, 4. Dimensi Emosional, 5. Dimensi Sosial Kemasyarakatan, 6. Dimensi Profesional Vokasional, 7. Dimensi Lingkungan.


Mengakhiri kegiatan Pelatihan Tribina, Ir Sihana Yuliarto memandu dalam penyusunan Rencana Tindak Lanjut yang akan dilakukan segenap peserta. Sangat diharapkan dengan adanya Pelatihan Tribina, itu dapat meningkatkan kualitas kelompok Tribina di wilayah Kayubimo dan Bareng yang keduanya merupakan wilayah Kampung KB. Meningkat dalam rutinitas kegiatan pertemuannya dan tertib dalam mengerjakan administrasinya.(*) [Ir Sihana Yuliarta, Kontributor Tanjungsari] 
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine