BKKBN DIY Gelar Seminar Sehari "Kesehatan Reproduksi Melalui Pendekatan Siklus Hidup"


Dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional XXV tahun 2018, bertempat di Asri Medical Center (AMC) Yogyakarta, pada Kamis (28/6) Perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta  mengadakan seminar sehari dengan mengambil tema, “Kesehatan Reproduksi melalui Pendekatan Siklus Hidup”.

Kegiatan tersebut menghadirkan mitra BKKBHN sebagai undangan, antara lain: dari Fapsedu, PKK Propinsi, pengurus Bina Keluarga Lansia (BKL) Kabupaten/Kota, Pengurus Bina Keluarga Remaja kabupaten/kota, pengurus PIK Remaja, pengurus PIK Mahasiswa, juga Kepala OPD KB  dan Penyuluh Keluarga Berencana  kabupaten/kota.

Pada kegiatan seminar tersebut, disampaikan 3 (tiga) materi tentang kesehatan reproduksi dari berbagai sudut pandang, dengan menampilkan pembicara yang sangat kompeten pada bidangnya, yaitu: 
Materi I     : Kebijakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, yang disampaikan oleh Dra Joehananti Chriswandari, Kepala Bidang KB-KR Perwakilan BKKBN;            
Mater II    : Kesehatan Reproduksi melalui “Life Cycle Approach”, yang disampaikan oleh dr Supriyatiningsih M.Kes Sp OG, Lektor Obstetri dan Genekologi  Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Asri Medical Center (AMC) Yogyakarta
Materi III :  Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Psiko-Sosio-Edu-Relegi, oleh Drs Adriano Rusfi SPsi, Konsultan SDM dan Pendidikan.


Tepat jam 09.00, acara seminar sehari tentang "Kesehatan Reproduksi melalui Pendekatan Siklus Hidup" secara resmi dibuka oleh Kepala Perwakilan BKKBN DI Yogyakarta, Drs Bambang Marsudi MM, yang dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal seputar pencapaian Program KKBPK Daerah Istimewa Yogyakarta. Satu hal yang disoroti oleh beliau yakni tentang kondisi Total Fertility Rate (TFR) yang mempunyai kecengerungan meningkat dari tahun ke tahun.

Dengan moderator Rahmat Hidayat, SSos MA, tibalah pada acara penyampaian materi, yang dilaksanakan secara panel.

Materi pertama disampaian oleh dra Joehananti Chriswamdari, yang mengambil tema “Kesehatan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi”. Mbak Anti, begitu beliau akrab disapa, menyampaiakn beberapa kebijakan serta strategi Kesehatan Reproduksi antara lain:
Kebijakan: meningkatkan akses pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang merata dan berkualitas.
Strategi : Pelayanan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) serta Keluarga Berencana Pasca Persalinan Pasca Keguguran.
                     Meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana secara statis dan bergerak di wilayah khusus.
                     Meningkatkan kapasitas tenaga medis dan penguatan kapasitas tenaga lapangan umtuk mendukung penggerakan dalam pelayanan Keluarga Beremcana.
                     Promosi dan Konseling kesehatan dan hak-hak reproduksi.
                     Penguatan kemandirian ber-KB.

Tibalah penyampaian materi yang kedua yaitu dari dr Supriyatiningsih Sp OG dengan judul materi, “Kesehatan Reproduksi melalui Life Cycle Approach”. Beliau, yang akrab dipanggil dr Upik, menyampaikan hubungan dengan Kesehatan Reproduksi dapat dibagi tiga fase:
Fase pertama : Masa Reproduksi Muda (usia 10 tahun – 20 tahun).
Pada masa reproduksi muda ini ditandai dengan datang haid pada wanita. Pada wanita yang sudah mengalami haid, maka apabila melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis dapat menyebabkan kehamilan. Pada wanita usia dibawah usia 20 tahun tidak dianjurkan untuk hamil, karena akan menimbulkan beberapa resiko, baik resiko kesehatan maupun psikologisnya.
Fase Kedua   : Masa Reproduksi Sehat (21 tahun – 35 tahun)
Pada fase ini merupakan masa reproduksi sehat, merupakan usia ideal wanita untuk hamil. Namun yang tetap harus diperhatikan adalah tentang jarak kehamilan. Ideal jarak kehamilan pertama dan kedua yaitu 2 sampai 5 tahun.
Fase Ketiga   : Masa Reproduksi Tua (35 Keatas)
Pada masa Reproduksi Tua ini merupakan masa untuk mengasuh anak dan Balita, dan sudah saatnya menghentikan kehamilan. Karena pada masa reproduksi tua, apabila hamil, merupakan hamil dengan risiko tinggi. Risiko yang dapat ditimbulkan antara lain : perdarahan pada saat melahirkan, eklamsia, dan lain lain.

             Ada satu pesan dari dr Upik kepada BKKBN, yaitu bahwa Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi harus mulai disampaikan kepada remaja, jangan hanya kepada Pasangan Usia Subur. Diharapkam pada saat remaja melakukan perencanaan berkeluarga, hal tentang Keluarga Berencana masuk dalam prioritas perencanaannya.
Materi yang ketiga disampaikan oleh Drs Adriano Rusfi Psi, yang menyampaikan materi berjudul, “Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Psiko-Sosio-Edu-Relegi”. Rusfi menyampaikan bahwa adanya kasus pernikahan dini, kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual oleh remaja dan kasus-kasus pornografi lainnya disebabkan oleh tidak sinerginya perkembangan antara akil dan balig. Akil Balig merupakan satu kesatuan, yang seharusnya perkembangannya berjalan secara sinergis. Sehingga remaja yang sudah akil balig akan matang secara fisik dan mental, sepenuhnya dewasa bukan remaja, dan mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Banyak harapan yang untuk dapat terwujud dengan diadakan seminar sehari "Kesehatan Reproduksi melalui Pendekatan Siklus Hidup," antara lain :
1.      Angka kasus Pernikahan Usia Dini dapat ditekan;
2.      Menurunnya Kasus Pornografi di kalangan remaja;
3.      Meningkatkan pengeathuan remaja akan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
4.      Terwujudnya keluarga yang mampu menjadi wahana pembentukan generasi yang tangguh, bermental sehat, berkualitas.

Salam KB. Dua anak cukup, bahagia sejahtera.(*) [Sihana Y, PKB Tanjungsari]
0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine