
Gunungkidul sebagai destinasi
pariwisata baru yang sedang menjadi
tren dan buah bibir memiliki keunikan tersendiri sehingga selalu menarik minat
wisatawan. Salah satu minat orang untuk pergi ke ke tempat wisata adalah
mencari yang khas, misalnya kuliner, dusun tradisional, dst. Dengan keadaan sekarang ini, sudah
selayaknya Gunungkidul memanfaatkan peluang ini karena yang diinginkan
wisatawan ‘zaman now’ ialah tempat alami maupun produk berciri khas
yang masih terjaga sisi budaya masyarakatnya maupun sumber daya alamnya.
Gunungkidul memiliki modal yang sangat
lengkap, ada pantai yang sangat cantik, ada goa-goa yang unik dan terutama
desa-desa yang masih alami. Dengan modal potensi alam dan memiliki modal
sosial masyarakat yang tinggi bukan tidak mungkin itu dapat menjadi citra
tersendiri bagi para wisatawan.
Desa Karangasem yang berada di wilayah
kecamatan Paliyan konon kabarnya pada dahulu kala adalah sebuah nama desa yang
terinsprasi oleh rasa buah asam atau asem yang terasa kecut (masam). Pada masa lampau
ada sesepuh yang ngendiko atau
berkata, “Ya bener kecut, karang asem kok..” (Ya wajar kalau terasa asam,
karena memang ini buah asam kok). Inilah kira-kira asal muasal cikal-bakal
nama desa Karangsem. Maka sampai sekarang dinobatkan menjadi nama Desa Karangasem.
Hal inilah yang ditangkap oleh ibu-ibu anggota
PKK Desa Karangasem Kecamatan Paliyan ketika mendapatkan peluang untuk
mengikuti pelatihan membatik pada sekitar bulan Juni 2017 dari Dinas Disperindagkop
Kabupaten Gunungkidul selama 4 (empat) hari. Mereka
yakin, pelatihan ini akan memberikan kontribusi yang positif yang sangat
bernilai strategis dan ekonomis yang pada gilirannya akan mendukung industri
pariwisata di Gunungkidul.
Dengan
bermodal tekad dan antusiasme yang tinggi, kelompok membatik “Maju Makmur” yang
diketuai oleh Sulastri, bendahara Nurhayati, dan sekretaris Yuniasih
ini memberanikan diri untuk meneruskan usaha agar menjadi sebuah usaha ekonomi
yang produktif.
Kelompok
“Maju Mapan” ini juga telah melakukan study banding ke sentra batik di Tancep, Ngawen, dalam upaya memperdalam ilmunya, sehingga dari berbagai ide dari ibu-ibu anggota yang berjumlah 15 sd 20 orang ini muncul lah ide untuk membuat
batik motif khas “Karangasem” yang cukup unik, yaitu berupa kombinasi pola
karang dan asem.

Untuk permodalan, saat ini kelompok membatik
"Maju Makmur” ini selain dari penguatan dari permodalan intern anggota
kelompok, juga akan mendapatkan bantuan dari Dana Desa. Tentu saja bantuan
permodalan dari pihak luar masih diharapkan untuk memperkuat pembiayaan maupun
permodalan bagi kemajuan dan kelancaran kelompok membatik "Maju Makmur”
ini, karena di tahun 2019 diwacanakan
Desa Karangasem, bahwa jika kelompok ini maju dan berkembang akan dijadikan sentra
batik di wilayah Kecamatan Paliyan.
Untuk saat ini batik di Desa Karangasem
melayani batik dalam bentuk batik tulis yang cukup unik dan juga batik dalam
bentuk cap dalam upaya mengikuti perkembangan zaman dalam usaha dan industri
batik pada dewasa ini.
Untuk harga sebenarnya sangat ekonomis
mengingat keunikan dari batik ini. Untuk batik tulis berkisar pada harga Rp 200.000,00, sedangkan untuk batik cap berkisar pada harga Rp 80.000,00 sd Rp.
90.000,00. Semuanya bervariasi sesuai motif yang diinginkan.

0 Comments