RONGKOP | Kamis pagi, 30/10, udara Rongkop yang sejuk menyambut kedatangan para tamu undangan di Aula Kapanewon Rongkop, Kabupaten Gunungkidul. Di balik udara yang terasa segar itu, suasana dalam ruangan justru hangat—bukan karena suhu, melainkan karena semangat yang membuncah. Hari itu, Rongkop resmi melaksanakan Launching GENTING (Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting), sebuah gerakan kemanusiaan yang lahir dari kepedulian, gotong royong, dan cinta terhadap generasi masa depan Gunungkidul, khususnya di Rongkop.
Rongkop, wilayah di ujung tenggara Gunungkidul, mungkin tampak jauh dari hiruk-pikuk kota, tapi semangat masyarakatnya untuk berbuat nyata justru begitu dekat dengan denyut kemanusiaan. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Kapanewon Rongkop menjadi yang terakhir dari 18 kapanewon di Gunungkidul yang meluncurkan GENTING—dan justru karena itulah, peluncuran kali ini terasa istimewa.
Gerakan yang Tumbuh dari Kepedulian
Program GENTING merupakan salah satu Quick Wins dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Nasional (Kemendukbangga)/BKKBN, yang diinisiasi untuk menekan angka stunting melalui kolaborasi masyarakat. Gerakan ini sederhana dalam bentuk, tetapi besar dalam makna: mendorong kepedulian lintas elemen agar mau menjadi “orangtua asuh” bagi keluarga risiko stunting (KRS), baik melalui dukungan pangan bergizi maupun pendampingan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi).
Bagi Kapanewon Rongkop, kegiatan ini menjadi tonggak penting. Sebab, menurut Panewu Edy Sedono, SIP, MSi, dalam sambutannya, bahwa data menunjukkan bahwa masih banyak keluarga risiko stunting (KRS) di wilayah ini yang belum tersentuh intervensi secara maksimal. Berdasarkan data September 2025, tercatat 168 balita berisiko stunting atau sekitar 17,72%, serta 24 ibu hamil yang membutuhkan perhatian serius.
Keterlambatan bukan berarti ketertinggalan. Justru peluncuran GENTING di Rongkop ini menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat sudah tumbuh matang, siap bergerak bersama untuk menyiapkan generasi yang sehat, kuat, dan cerdas.
Program GENTING merupakan salah satu Quick Wins dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Nasional (Kemendukbangga)/BKKBN, yang diinisiasi untuk menekan angka stunting melalui kolaborasi masyarakat. Gerakan ini sederhana dalam bentuk, tetapi besar dalam makna: mendorong kepedulian lintas elemen agar mau menjadi “orangtua asuh” bagi keluarga risiko stunting (KRS), baik melalui dukungan pangan bergizi maupun pendampingan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi).
Bagi Kapanewon Rongkop, kegiatan ini menjadi tonggak penting. Sebab, menurut Panewu Edy Sedono, SIP, MSi, dalam sambutannya, bahwa data menunjukkan bahwa masih banyak keluarga risiko stunting (KRS) di wilayah ini yang belum tersentuh intervensi secara maksimal. Berdasarkan data September 2025, tercatat 168 balita berisiko stunting atau sekitar 17,72%, serta 24 ibu hamil yang membutuhkan perhatian serius.
Keterlambatan bukan berarti ketertinggalan. Justru peluncuran GENTING di Rongkop ini menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat sudah tumbuh matang, siap bergerak bersama untuk menyiapkan generasi yang sehat, kuat, dan cerdas.
Dibuka dengan Semangat Nasionalisme
Acara dimulai pukul 09.30 WIB. Aula Kapanewon dipenuhi ratusan orang dari berbagai latar belakang: pejabat daerah, tenaga kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga para kader dan penyuluh KB. Banner kegiatan terpampang mengkilap di depan ruangan, berlatar belakang putih, seolah mengingatkan bahwa perjuangan melawan stunting harus didasari ketulusan niat dan kehikhlasan hati, membantu KRS untuk maju dan bangkit.
Usai pembukaan, hadirin berdiri menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza dan Mars KB dengan penuh khidmat. Suara mereka menggema, menciptakan harmoni antara semangat kebangsaan dan tekad kemanusiaan.
Tak lama kemudian, Panewu Rongkop, Edy Sedono, SIP, MSi, naik ke podium. Wajahnya terlihat sumringah namun berwibawa karena pada akhirnya Rongkop bisa melaunching GENTING dengan penuh gebyar dan semangat kebersamaan. Ia membuka sambutannya dengan ucapan syukur dan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan GENTING di Rongkop.
“Saya sungguh berbangga karena banyak pihak yang terlibat dan berkontribusi untuk suksesnya acara ini. Ini gerakan gotong-royong yang luar biasa, menandakan komitmen dan dukungan yang kuat bagi penurunan stunting di Kapanewon Rongkop ,” ujar Edy.
Panewu Edy mengungkapkan bahwa dari 8 kalurahan yang ada di Rongkop, terdapat 20 keluarga risiko stunting yang diundang secara simbolik pada acara ini, terdiri dari 14 keluarga dengan baduta dan 6 ibu hamil. Dari jumlah itu, 9 keluarga menerima bantuan berupa paket 3 ekor ayam (1 jantan, 2 betina) beserta kandang ayam, sedangkan 11 lainnya menerima bantuan ayam tanpa kandang.
Lebih dari itu, yang membuat Edy bangga adalah semangat gotong royong masyarakat Rongkop. Dalam waktu singkat, terkumpul 24.930.000 rupiah dari 44 donatur, baik perorangan, lembaga/instansi pemerintah/swasta, maupun pelaku usaha lokal. Sebuah angka yang tak hanya menunjukkan nominal, tetapi juga nilai sosial yang tinggi: wujud nyata kepedulian antarwarga. Edy menyebut pihak-pihak yang berkomitmen sebagai orangtua asuh tsb, yakni al:
Acara dimulai pukul 09.30 WIB. Aula Kapanewon dipenuhi ratusan orang dari berbagai latar belakang: pejabat daerah, tenaga kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga para kader dan penyuluh KB. Banner kegiatan terpampang mengkilap di depan ruangan, berlatar belakang putih, seolah mengingatkan bahwa perjuangan melawan stunting harus didasari ketulusan niat dan kehikhlasan hati, membantu KRS untuk maju dan bangkit.
Usai pembukaan, hadirin berdiri menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza dan Mars KB dengan penuh khidmat. Suara mereka menggema, menciptakan harmoni antara semangat kebangsaan dan tekad kemanusiaan.
Tak lama kemudian, Panewu Rongkop, Edy Sedono, SIP, MSi, naik ke podium. Wajahnya terlihat sumringah namun berwibawa karena pada akhirnya Rongkop bisa melaunching GENTING dengan penuh gebyar dan semangat kebersamaan. Ia membuka sambutannya dengan ucapan syukur dan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan GENTING di Rongkop.
“Saya sungguh berbangga karena banyak pihak yang terlibat dan berkontribusi untuk suksesnya acara ini. Ini gerakan gotong-royong yang luar biasa, menandakan komitmen dan dukungan yang kuat bagi penurunan stunting di Kapanewon Rongkop ,” ujar Edy.
Panewu Edy mengungkapkan bahwa dari 8 kalurahan yang ada di Rongkop, terdapat 20 keluarga risiko stunting yang diundang secara simbolik pada acara ini, terdiri dari 14 keluarga dengan baduta dan 6 ibu hamil. Dari jumlah itu, 9 keluarga menerima bantuan berupa paket 3 ekor ayam (1 jantan, 2 betina) beserta kandang ayam, sedangkan 11 lainnya menerima bantuan ayam tanpa kandang.
Lebih dari itu, yang membuat Edy bangga adalah semangat gotong royong masyarakat Rongkop. Dalam waktu singkat, terkumpul 24.930.000 rupiah dari 44 donatur, baik perorangan, lembaga/instansi pemerintah/swasta, maupun pelaku usaha lokal. Sebuah angka yang tak hanya menunjukkan nominal, tetapi juga nilai sosial yang tinggi: wujud nyata kepedulian antarwarga. Edy menyebut pihak-pihak yang berkomitmen sebagai orangtua asuh tsb, yakni al:
1. Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, SE, MM
2. Kepala DPMKPPKB), Drs
Sujarwo, MSi
3. Sekdin DPMKPPKB Gunungkidul
4. Noor Faizah (Bagian Kesra Pemkab Gunungkidul)
5. Panewu
Rongkop
6. Kapolsek Rongkop
7. Danramil Rongkop
8. Panewu Anom Rongkop
9. Kepala UPT Puskesmas
10. Kepala
KUA
11. Lurah Bohol
12. Lurah Melikan
13. Lurah Kerdonmiri
14. Lurah Semugih
15. Lurah Botodayaan
16. Lurah Karangwuni
17. Lurah Semampir
18. Lurah Petir
19. Lurah Pucanganom
20. Lurah Pringombo
21. Korwil Bidik Rongkop
22. Kamituwa se-Kapanewon
Rongkop
23. Kepala SMPN 1
24. Kepala SMPN 2
25. Kepala SMA 1
26. Kepala MTs N 9 Rongkop
27. Direktur
BPD DIY Rongkop
28. Direktur BDI Rongkop
29. Direktur BUKP Rongkop
30. Direktur BDG
Rongkop
31. BPP Rongkop
32. Poskeswan Rongkop
33. Suwignyo (DPRD)
34. Karyawan/wati Kapanewon Rongkop
35. Kader IMP se-Kapanewon Rongkop
36. Kader TPK se-Kapanewon Rongkop
37. TP PKK Rongkop
38. Bundesma Rongkop
39. PKH Rongkop
40. IGTK Rongkop
41. IGABA Rongkop
42. PKH Rongkop
43. Kukuh Budi P (PLKB)
44. Bagus S Bayuaji (PLKB)
Wakil Bupati: Capaian Luar Biasa!
Tak lama kemudian, Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, SE, MM, naik ke podium dan memberikan sambutan. Suasana seketika menjadi lebih khidmat. Para hadirin berdiri menyambutnya dengan hangat. Dalam sambutannya, Joko menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kerja keras seluruh pihak di Kapanewon Rongkop.
“GENTING bukan sekadar program, ini adalah gerakan kemanusiaan. Dan hari ini saya menyaksikan sendiri semangat luar biasa dari warga Rongkop,” ujar Joko dengan nada penuh kebanggaan.
Wakil Bupati juga menyoroti hasil positif dari pelaksanaan program GENTING di tingkat kabupaten. Berdasarkan data, angka stunting di Gunungkidul mengalami penurunan signifikan, dari 22% pada 2023, menjadi 19% di tahun 2024, dan terus menurun hingga sekitar 17% pada pertengahan 2025. “Ini capaian luar biasa. Tanpa kolaborasi, tanpa gotong royong, mustahil ini bisa terjadi.”
Joko juga menyampaikan pesan khusus kepada para penyuluh KB, lurah, serta kader di tingkat akar rumput agar terus memperkuat komunikasi dan pendampingan keluarga risiko stunting di semua kalurahan di Rongkop. “Bantuan ini penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah perubahan perilaku dan kesadaran. Mari kita rawat GENTING, jangan biarkan ia berhenti di seremonial semata,” tuturnya, sambil kemudian melaunching GENTING di Kapanewon Rongkop.
Makna di Balik Ayam dan Kandang
Menariknya, bentuk bantuan dalam program GENTING di Rongkop bukan berupa uang atau bahan makanan langsung, melainkan tiga ekor ayam beserta kandangnya. Sekilas sederhana, tapi sarat makna. Ayam-ayam itu bukan hanya simbol kehidupan—melainkan bentuk pemberdayaan yang konkret.
“Ayam ini akan bertelur, hasilnya bisa dikonsumsi keluarga atau dijual. Artinya, bantuan ini tidak habis pakai, tapi berkelanjutan,” jelas PKB Rongkop, Kukuh Budi Prasetyo, SPsi, yang memberikan pandangan secara terpisah. Tujuan akhirnya adalah memastikan anak-anak tumbuh sehat, ibu-ibu hamil cukup gizi, dan keluarga sadar pentingnya perawatan sejak dini.
Ruang Diskusi: Dari Kritik hingga Komitmen
Setelah penyerahan simbolik bantuan, acara berlanjut dengan sesi diskusi. Inilah momen paling menarik, ketika berbagai pihak menyampaikan pandangan dan gagasan secara terbuka.
Wasija, Lurah Boto Dayakan sekaligus Ketua Paguyuban Lurah Rongkop, mengingatkan pentingnya tindak lanjut setelah penyaluran bantuan. “Yang lebih penting bukan hanya memberi, tapi memastikan bantuan itu bermanfaat. Mereka (KRS) perlu pendampingan: bagaimana pola asuh yang benar, bagaimana hidup bersih dan sehat, bagaimana menjaga gizi anak,” katanya, disambut anggukan setuju dari peserta lain.
Sementara itu, Kepala DPMKPPKB Gunungkidul, Drs Sujarwo, MSi, memberikan penguatan. Dengan gaya komunikatif khas penyuluh senior, Sujarwo mengajak masyarakat untuk memahami akar masalah stunting, termasuk faktor reproduksi yang berisiko. Ia menegaskan kembali pentingnya menghindari kehamilan 4T: terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak.
“Kita sering sibuk memperbaiki anak yang sudah lahir, padahal pencegahannya harus dimulai sebelum menikah. Makanya calon pengantin wajib memeriksakan diri, dan sekarang sudah ada aplikasi SIGA Mobile dari BKKBN yang bisa membantu memantau kesiapan menikah,” ujar Sujarwo penuh semangat.
Diskusi itu berlangsung hidup, tapi tetap penuh rasa hormat. Setiap suara yang muncul mencerminkan kepedulian yang sama: keinginan agar anak-anak di Rongkop tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia.
Setelah penyerahan simbolik bantuan, acara berlanjut dengan sesi diskusi. Inilah momen paling menarik, ketika berbagai pihak menyampaikan pandangan dan gagasan secara terbuka.
Wasija, Lurah Boto Dayakan sekaligus Ketua Paguyuban Lurah Rongkop, mengingatkan pentingnya tindak lanjut setelah penyaluran bantuan. “Yang lebih penting bukan hanya memberi, tapi memastikan bantuan itu bermanfaat. Mereka (KRS) perlu pendampingan: bagaimana pola asuh yang benar, bagaimana hidup bersih dan sehat, bagaimana menjaga gizi anak,” katanya, disambut anggukan setuju dari peserta lain.
Sementara itu, Kepala DPMKPPKB Gunungkidul, Drs Sujarwo, MSi, memberikan penguatan. Dengan gaya komunikatif khas penyuluh senior, Sujarwo mengajak masyarakat untuk memahami akar masalah stunting, termasuk faktor reproduksi yang berisiko. Ia menegaskan kembali pentingnya menghindari kehamilan 4T: terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak.
“Kita sering sibuk memperbaiki anak yang sudah lahir, padahal pencegahannya harus dimulai sebelum menikah. Makanya calon pengantin wajib memeriksakan diri, dan sekarang sudah ada aplikasi SIGA Mobile dari BKKBN yang bisa membantu memantau kesiapan menikah,” ujar Sujarwo penuh semangat.
Diskusi itu berlangsung hidup, tapi tetap penuh rasa hormat. Setiap suara yang muncul mencerminkan kepedulian yang sama: keinginan agar anak-anak di Rongkop tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia.
Senyum yang Menular
Ketika satu per satu keluarga risiko stunting maju menerima bantuan ayam dan kandang, tepuk tangan menggema di aula. Tak sedikit yang meneteskan air mata haru. Seorang ibu muda yang menggendong balitanya tampak tersenyum malu-malu. Ada pula donatur yang dengan lembut menepuk bahu penerima sambil berpesan, “Rawat ayamnya, ya Bu. Semoga jadi berkah.”
Momen-momen sederhana itu justru menjadi inti dari gerakan GENTING. Bukan tentang besar kecilnya bantuan, tapi tentang ikatan sosial yang tumbuh di antara warga—bahwa membantu bukan sekadar memberi, melainkan menumbuhkan harapan.
Ketika satu per satu keluarga risiko stunting maju menerima bantuan ayam dan kandang, tepuk tangan menggema di aula. Tak sedikit yang meneteskan air mata haru. Seorang ibu muda yang menggendong balitanya tampak tersenyum malu-malu. Ada pula donatur yang dengan lembut menepuk bahu penerima sambil berpesan, “Rawat ayamnya, ya Bu. Semoga jadi berkah.”
Momen-momen sederhana itu justru menjadi inti dari gerakan GENTING. Bukan tentang besar kecilnya bantuan, tapi tentang ikatan sosial yang tumbuh di antara warga—bahwa membantu bukan sekadar memberi, melainkan menumbuhkan harapan.
Menutup dengan Doa dan Harapan
Menjelang siang, acara ditutup dengan doa bersama dan ramah tamah. Di sela santapan sederhana yang disediakan panitia, suasana terasa cair dan akrab. Pejabat, tokoh masyarakat, donatur, dan penerima manfaat duduk satu meja, saling berbagi cerita.
Wakil Bupati Joko Parwoto bahkan tampak berbaur dengan para pejabat dan tokoh masyarakat yang ada di ruang makan, berbincang santai sembari sesekali tertawa kecil. Di wajahnya terlukis kepuasan—bukan karena acara berjalan lancar, tapi karena melihat benih kepedulian tumbuh nyata di masyarakat.
Menjelang siang, acara ditutup dengan doa bersama dan ramah tamah. Di sela santapan sederhana yang disediakan panitia, suasana terasa cair dan akrab. Pejabat, tokoh masyarakat, donatur, dan penerima manfaat duduk satu meja, saling berbagi cerita.
Wakil Bupati Joko Parwoto bahkan tampak berbaur dengan para pejabat dan tokoh masyarakat yang ada di ruang makan, berbincang santai sembari sesekali tertawa kecil. Di wajahnya terlukis kepuasan—bukan karena acara berjalan lancar, tapi karena melihat benih kepedulian tumbuh nyata di masyarakat.
Refleksi: Dari Rongkop untuk Indonesia
Selepas zuhur, perlahan para peserta meninggalkan aula. Namun, gema semangat hari itu masih terasa. Di tangan-tangan warga, beberapa kiso berisi ayam tampak dibawa pulang dengan hati-hati. Ayam-ayam itu kini menjadi simbol harapan baru—harapan akan anak-anak yang tumbuh kuat dan bebas dari stunting.
Rongkop mungkin datang terakhir, tapi semangatnya melompat jauh ke depan. Launching GENTING di kapanewon kecil ini seakan mengingatkan bahwa perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil, dari kepedulian yang tulus, dari tangan-tangan biasa yang mau bergerak luar biasa.
Karena di tengah banyaknya program pemerintah, GENTING hadir bukan sebagai proyek, tapi sebagai gerakan hati.
Selepas zuhur, perlahan para peserta meninggalkan aula. Namun, gema semangat hari itu masih terasa. Di tangan-tangan warga, beberapa kiso berisi ayam tampak dibawa pulang dengan hati-hati. Ayam-ayam itu kini menjadi simbol harapan baru—harapan akan anak-anak yang tumbuh kuat dan bebas dari stunting.
Rongkop mungkin datang terakhir, tapi semangatnya melompat jauh ke depan. Launching GENTING di kapanewon kecil ini seakan mengingatkan bahwa perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil, dari kepedulian yang tulus, dari tangan-tangan biasa yang mau bergerak luar biasa.
Karena di tengah banyaknya program pemerintah, GENTING hadir bukan sebagai proyek, tapi sebagai gerakan hati.
Dan dari Rongkop, hati itu kini mulai berdetak kencang untuk masa depan yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih manusiawi.(*)
0 Comments