"Makna
ketahanan keluarga adalah meningkatkan kesehatan jiwa dan mengurangi resiko
ancaman bunuh diri setiap individu dalam keluarga".
Pada beberapa hari kemarin, kami
bersyukur bisa bersilaturahmi dengan seorang pemerhati kesehatan jiwa dan
penanggulangan bunuh diri di Gunungkidul. Beliau
adalah Wage Dhaksinarga yang memiliki nama lahir Sigit Purnomo. Kami berkunjung
di rumahnya, Trowono, Karang Asem, Paliyan. Kami berbincang-bincang seputar
kesehatan jiwa dan bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul.
Wage Dhaksinarga alias Sigit Purnomo adalah
orang yang sederhana yang dalam kehidupan kesehariannya bekerja wiraswasta.
Namun, di balik
kesederhaannya, Wage memiliki pengetahuan yang luas
tentang kesehatan jiwa dan bunuh diri. Wage pernah menulis buku, Tali Pati
Kisah-kisah Kasus Bunuh Diri di Kabupaten Gunungkidul,
ditulis tahun 2003. Wage sapaan akrabnya lahir di Gunungkidul, 10 Maret 1977
memiliki seorang istri bernama Darmaranti dan diberi karunia tiga orang anak.
Mereka adalah Nuh Sabrang Angin, Tahta Sekar Seruni, dan
Banjar Ati Segoro.
Kami memulai perbincangan dengan
pandangan Wage tentang kesehatan jiwa dan kasus
bunuh diri di Gunungkidul. Menurut Wage, kesehatan
jiwa itu sama pentingnya dengan kesehatan jasmani atau fisik. Seseorang
dikatakan sehat apabila dia sehat dari dua hal, yakni
sehat fisik/jasmani dan sehat psikis/rohani. Akan tetapi, sejauh
ini kita masih mementingkan kesehatan fisik dan mengabaikan kesehatan jiwa. Hal
ini bisa kita lihat, misalnya, ketika terjadi kasus DBD
sehingga menyebabkan seseorang sakit atau bahkan meninggal dunia, semua orang
langsung bergerak untuk membasmi sumber penyakit DBD. Akan tetapi ketika ada
kasus bunuh diri yang disebabkan oleh gangguan jiwa seseorang, semua orang diam
dan mengatakan itu hanya hal biasa dan tidak ada upaya untuk mencari penyebab
orang bunuh diri atau bahkan hanya mengatakan itu karena adanya “pulung
gantung”.
Sementara itu, menurut
Wage, pulung gantung itu hanyalah
mitos belaka yang berkembang dari zaman dahulu hingga sekarang dan melekat kuat
di masyarakat. Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah tentang pulung gantung.
Kasus bunuh diri di Kabupaten
Gunungkidul tergolong masih sangat tinggi. Bunuh diri menjadi melegenda dan
menjadi sejarah panjang di Gunungkidul. Bunuh diri sangat berkaitan dengan
kesehatan jiwa. Banyak kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul disebabkan
oleh kesehatan jiwa yang terganggu. Semua orang rentan berisiko
mengalami gangguan jiwa dan melakukan bunuh diri. Akan tetapi, menurut
Wage Dhaksinarga, ada beberapa orang yang sangat rentan
mengalami gangguan jiwa dan bunuh diri antara lain: 1. Orang lansia yang hidup sendiri; 2.
Orang yang sakit menahun; 3. Orang yang kekurangan dari segi
ekonomi; 4. Orang yang pernah sakit jiwa dan
sudah mulai normal; 5. Orang yang mengalami halusinasi yang
mengajak bunuh diri; dan 6. Orang dengan percobaan bunuh diri.
Gangguan kesehatan jiwa dan bunuh diri
harus segera diatasi. Untuk mengatasi dan menangani perlu upaya yang holistik.
Menurut Wage Dhaksinarga yang pernah mencicipi pendidikan di ISI Yogyakarta
jurusan sutradara dan di UAD Yogyakarta jurusan Psikologi ini, menangani
penderita depresi dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) ataupun mengatasi
lansia agar tidak depresi ini tidaklah mudah. Penanganan penderita ini
membutuhkan tekad, kerja keras, komitmen bersama antara pemerintah dan
masyarakat.
Untuk menangani penderita ODGJ tidak
hanya dilakukan hanya kepada penderita saja melainkan juga kepada keluarga dan
lingkungannya. Hal ini penting karena walaupun si penderita sudah sembuh dari
gangguan jiwa tetapi kalau keluarga dan lingkungan masih memberikan tekanan
atau sebutan sakit jiwa kepada si penderita maka si penderita tersebut akan
mengalami depresi baru.
Bagi orang lansia yang hidup sendiri
sangat rentan terhadap gangguan kesehatan jiwa. Wage Dhaksinarga yang merupakan
relawan Yayasan IMAJI (Inti Mata Jiwa) berharap agar lansia yang hidup sendiri
dapat selalu hidup berbaur dengan lingkungan luar dengan melakukan berbagai
aktivitas yang membuat hatinya senang dan tenang, seperti
mengikuti pengajian, mengikuti senam
lansia, Posyandu lansia atau Bina Keluarga Lansia.
Hal ini perlu dilakukan agar mereka selalu senang, tenang dan merasa masih
berguna bagi lingkungannnya.
Wage Dhaksinarga berpendapat sampai saat
ini pemerintah dan masyarakat belum sepenuhnya bekerja maksimal untuk
meningkatkan kesehatan jiwa. Hal ini bisa kita lihat antara lain: 1.
Masih minimnya kegiatan sosialisasi kesehatan jiwa; 2.
Belum adanya psikolog di setiap kecamatan atau puskesmas; 3.
Masih minimnya kunjungan pendampingan kepada penderita gangguan jiwa.
Walaupun demikian, menurut
Wage, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sudah berupaya untuk mencegah kasus
bunuh diri yang disebabkan oleh gangguan kesehatan jiwa. Hal ini dilakukan
dengan mengeluarkan Peraturan Bupati No. 56 Tahun 2018 tentang Penanggulangan
Bunuh Diri. Dengan Perbup ini, diharapkan
stakeholder terkait memiliki payung hukum untuk melakukan tindakan pencegahan
bunuh diri.
Kasus bunuh diri di Gunungkidul menurut
Wage perlu dicegah dengan penerapan konsep kesehatan jiwa. Wage menyebutkan ada
beberapa yang harus dilakukan antara lain:
menekan stressor atau hal yang membuat orang depresi, memperkuat penyangga
keluarga dan masyarakat, dan meningkatkan ketahanan keluarga.
Untuk mewujudkan ketahanan jiwa
masyarakat dalam rangka mencegah bunuh diri perlu upaya dari semua pihak, perlu
sinergi baik pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader KB dan kader
sehat serta masyarakat.
DATA LENGKAP:
Nama
lengkap :
Sigit Purnomo
Nama
Panggilan :
Wage Dhaksinarga
Ttl :
Gunungkidul, 10 Maret 1977
Agama :
Islam
Pendidikan
Terakhir :
SLTA
Pt
Tempat Kuliah :
Pernah Kuliah di ISI dan UAD
Riwayat
Karir/Pekerjaan : -
1998 Pengamat Bunuh Diri di Gunungkidul
-
2003-2018 Menulis Buku “Tali Pati Kisah-Kisah Bunuh Diri di
Gunungkidul”
Alamat
Lengkap :
Trowono A, Karangasem, Paliyan
Nama
Istri :
Darmaranti
Pendidikan
Istri :
S1
Jumlah
Anak :
3 (Tiga)
Nama
Lengkap Anak dan TTL : 1)
Nuh Sabrang Angin, Gk, 07 Maret 2007
2) Tahta Sekar
Seruni, Gk, 13 Maret 2013
3) Banjar Ati
Segoro, Gk, 18 Juli 2017
Kegiatan
Sosial : Relawan di
Yayasan “Imaji”
Nama Lsm :
Yayasan Imaji
Alamat
Lsm :
Bejiharjo, Yogyakarta
Konsern
dalam Isu : Penanganan Bunuh Diri
Dan Kesehatan Jiwa (*)
[Ahmad Harwanto, SSos/PKB
Saptosari dan Ervina
Budiati]
0 Comments