Bertempat
di aula Kecamatan Tanjungsari, Kamis
(20/12) kemarin, hajatan akbar talkshow
digelar BPKB setempat dengan
menghadirkan unsur Muspika, pejabat lintas sektor, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan terutama kader IMP (institusi masyarakat perdesaan)
se-Tanjungsari sebagai audiens utamanya. Talkshow tersebut mengambil teSema,
“Optimalisasi Peran Perempuan dalam Program KKBPK di Kawasan Wisata.”
Sebelum
acara talkshow dimulai, terlebih dulu diadakan seremoni yang diawali dengan
berdoa dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars KB, dengan salah
satu kader IMP menjadi dirijennya. Acara selanjutnya adalah sambutan oleh
Koordinator PKB Tanjungsari, Ir Sihana Yuliarto. Dalam sambutannya, Yuli
menyampaikan terimakasih kepada para hadirin atas kesediannya meluangkan waktu
untuk acara kali ini, terlebih kepada para narsum yang tetap hadir di sela-sela
padatnya jadwal kegiatan. Menurut Yuli, kegiatan kali ini bertujuan untuk
memberikan pengayaan wawasan kepada para kader IMP, yang nota bene semuanya
perempuan, agar bisa memiliki kapasitas keilmuan untuk berperan dalam
mensukseskan program kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga (KKBPK),
khususnya di Tanjungsari, dan Gunungkidul pada umumnya.
Selesai sambutan koordinator PKB, acara berlanjut dengan pengukuhan pengurus Forum IMP Kecamatan Tanjungsari oleh Camat Tanjungsari, Rakhmadian Wijayanto AP, MSi.
Sejenak
kemudian, setelah diselingi tampilan lagu campusari, acara inti, yakni
talkshow, pun dimulai. Hadir sebagai narsum dalam even ini ada 3, yakni dr Idha
Rochmawati, MSc, SpKJ (Psikolog UGM), Sudjoko, SSos, MSi (Kepala DP3AKBPMD
Gunungkidul), dan Rakhmadian Wijayanto, MSi (Camat Tanjungsari). Bertindak
sebagai moderator di acara ini adalah Asar Janjang Lestari, SPsi, MAP (PKB
Tanjungsari).
Semua
narsum diberi waktu 15 menit untuk menyampaikan materinya. Narsum pertama,
Sudjoko, SSos, MSi, di dalam paparannya secara umum menitikberatkan pada ajakan
kepada kaum perempuan untuk terus meningkatkan kapasitasnya agar makin bisa
berperan aktif di ruang publik. Apalagi di kawasan wisata seperti Tanjungsari,
di mana peluang-peluang untuk membuka usaha dalam rangka menambah penghasilan
semakin terbuka, maka ide, pandang, pikiran, dan kerja kreatif kaum perempuan
sangat dibutuhkan agar perekonomian keluarga makin meningkat. “Hanya saja, saya
berpesan, meski aktif di dalam kegiatan di luar rumah, hendaknya kaum perempuan
jangan sampai melupakan tugas yang tak kalah pentingnya, yakni sebagai ibu
rumah tangga, sebagai pendidik anak, sebagai istri. Alih-alih, jika hal ini
diabaikan, malah akan berpotensi mengganggu keharmonisan rumah tangga,” ujar
pejabat kelahiran Tepus dan kini tinggal di Klaten, Jateng, itu.
Sementara
itu, Camat Tanjungsari, Rakhmadian Wijayanto AP, MSi, dalam paparannya
menyampaikan bahwa sebagai kawasan wisata, Kecamatan Tanjungsari menghadapi
tantangan yang berat. Menurut Rakhmadian, dengan statusnya sebagai kawasan
wisata, maka datangnya pengunjung, turis, atau wisatawan menjadi tak
terhindarkan. “Dan, mau tidak mau, kita harus menerima segala dampak yang
ditimbulkan dengan keberadaan para turis itu, baik yang bule maupun yang
domestik. Dampak itu bisa negatif dan bisa positif. Dampak yang positif tentu
kita syukuri. Itulah kenapa kita terus tata kawasan kita agar lebih baik lagi,
agar para pengunjung bisa terlayani dengan baik, sehingga juga membawa kesan
yang baik tentang wilayah kita. Pemberdayaan usaha kecil di masyarakat juga
terus kita galakkan, agar potensi wisata ini bisa benar-benar dimanfaatkan juga
untuk meningkatkan perekonomian warga. Adapun dampak yang negatif, harus kita
bentengi dengan sekuat tenaga melalui internalisasi nilai-nilai moral yang
menjunjung tinggi adat dan budaya ketimuran. Kita bisa melihat di pantai-pantai
kita, para turis berjemur secara terbuka, membuka aurat, dan bisa juga
mencontohkan perilaku yang negatif. Tanpa ada filter moral yang kuat,
masyarakat, terutama anak-anak kita, akan gampang terpengaruh. Peran para ibu
kader sangat penting di sini untuk mengedukasi anak-anaknya, juga mengedukasi
warga, karena posisi ibu-ibu juga sebagai tokoh masyarakat,” ujar Rakhmadian.
Narsum
terakhir, dr Idha Rochmawati, SpKJ, dalam paparannya yang panjang lebar secara
umum sepakat dengan paparan Sudjoko, bahwa di tengah-tengah kesibukannya yang
luar biasa, perempuan modern harusnya jangan lalai dengan kodrat utamanya
sebagai ibu dan sebagai istri. “Kelebihan perempuan adalah bahwa mereka
memiliki struktur otak di kepalanya yang berbeda dengan kaum lelaki, yang
menjadikannya memiliki kemampuan multitasking. Dalam satu waktu, perempuan bisa
memikirkan dan melakukan banyak hal, sementara di sisi lain lelaki hanya ke
satu hal saja. Tetapi, kekurangannya, karena itu justru kemudian kaum perempuan
tidak bisa fokus, sedangkan lelaki bisa fokus dalam suatu pekerjaan. Dalam
berumah tangga, lelaki dan perempuan harus saling melengkapi, bukan untuk
saling merasa hebat. Perempuan, terutama dalam kehidupan rumahtangganya,
semestinya menguatkan posisi suami. Ada ungkapan menarik, bahwa di balik sosok
lelaki yang hebat, ada istri dan ibu yang hebat di belakangnya. Tetapi, ketika
ada sosok perempuan yang hebat, tidak pernah akan ditanya: siapa suaminya,
siapa bapaknya?” papar Idha yang disambut aplaus hadirin.
Setelah
semua narsum memberikan paparannya, acara dilanjutkan dengan dialog interaktif.
Sejumlah peserta mengajukan pertanyaan kritis kepada narsum.
Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dengan baik oleh narsum, meski tentu belum
bisa sepenuhnya memuaskan penanya. Tepat zuhur, acara selesai dan ditutup oleh
pembawa acara.(*)
[Sabrur Rohim, melaporkan dari Tanjungsari]
1 Comments
WpresecVprur-sa_1979 Scott Greiner https://wakelet.com/wake/2FHVcx7pMithWSQUTONoY
ReplyDeletevijiralba