Bertempat
di Aula Puskesmas Playen I , hari Rabu (15/8) dimulai pukul 11.00 WIB
dan diakhiri pukul 15.00 WIB berlangsung kegiatan Tri Komponen dan Lokakarya Mini Puskesmas Playen I.
Kegiatan ini dihadiri oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul,
unsur Muspika, Kepala Puskesmas Playen II, Kepala sekolah SMA Muhamadiyah
Playen, kepala desa se-Kecamatan Playen, Koord PKB,
koordinator kader desa ,
tokoh agama serta karyawan-karyawati
Puskesmas Playen I sejumlah lebih dari 59 peserta.
Dalam pembukaan, Camat Playen Muh Setyawan I, SH, Msi, selaku pemimpin rapat mengungkapkan setidaknya ada tiga masalah pokok yang menjadi PR dari pertemuan lokakarya mini sebelumnya, yaitu: Pertama, masalah kasus KTD pada remaja dan ODGJ. Kedua, adalah perlunya Rabies Center untuk mengeliminir kasus rabies di tahun 2020. Dan ketiga masalah pemantauan gizi buruk di posyandu. Di samping itu beliau juga menambahkan perlunya kerja keras lagi untuk menekan kasus pernikahan dini yang sampai bulan Agustus ini sudah ada 6 kasus.
Dokter
hewan, Dewi Desinta menjelaskan
penanganan kasus hewan peliharaan anjing
yang berjumlah 30 ekor di tempatnya Ny
Tipuk, Logandeng, agar tidak meresahkan bagi
warga. Dokter
menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seseorang yang terkena
gigitan anjing serta peran Poskeswan dalam menjaga kesehatan anjing yang
dicurigai berpenyakit rabies.
Dr Yolanda
Barahama selaku kepala Puskesmas Playen I dalam sambutannya menyampaikan
tingginya kasus ODGJ yang ada diwilayah Puskesmas Playen I, sejumlah 135.
Beliau juga menyampaikan adanya dua kantong wilayah yang menolak untuk
dilakukan imunisasi, yaitu di kantong wilayah salah satu pondok pesantren dan
di lokasi dusun, desa tertentu (tidak bisa disebutkan). Untuk mengatasi dua
permasalahan ini diharapkan bantuan dari pemerintah desa dan kecamatan untuk
melakukan intervensi penyadaran melalui penyuluhan maupun advokasi dan
pendekatan yang lebih intensif.
Supri, SKM, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten
Gunungkidul memberikan penekanan pada perlunya melakukan efesiensi pada jam buka
praktek di hari tertentu dan jam tertentu pelayanan kesehatan di Puskesmas pembantu. Kondisi ini
diperlukan untuk mengantisipasi semakin berkurangnya tenaga kesehatan yang ada
serta untuk menekan biaya operasional di Pustu yang ada. Beliau juga
menyampaikan kalau Puskesmas Playen I dari hasil akreditasi memperoleh predikat
Puskesmas Madya yang konsekuensinya harus dilakukan reakreditasi lagi ditahun
2020. Untuk itu dari sekarang perlu dilakukan upaya perbaikan sarana dan pra
sarana serta mekanisme pelayanan pengaduan kepuasan pelanggan.
Peningkatan
kualitas pelayanan di Puskesmas diharapkan menjadi rujukan yang memuaskan bagi
pelanggan dan mampu melayani pelanggan dengan basis pelayanan bermitra dengan
BPJS. Beliau menyampaikan permasalahan kesehatan yang biasa menimpa penduduk
usia diatas 60 tahun meliputi penyakit DM, hipertensi dan perlunya pelayanan
kesehatan bagi usila. Karena jumlah penduduk usila cukup besar sedangkan tenaga kesehatan dan saprasnya terbatas, maka
beliau mengharapkan untuk bisa diatasi melalui program Posbindu di setiap dusun di mana kegiatannya bisa di
integrasikan dengan Posyandu,
sehingga akan tercapai efisiensi dan efektivitasnya yang pada akhirnya mampu
untuk mencapai target pelayanan sesuai dengan SPM yang ada.
Beliau
juga menjawab permasalahan adanya kantong wilayah yang menolak dilakukan
imunisasi dengan jalan akan menghadirkan pakar kesehatan anak yaitu dokter
spesialis anak dari RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Di samping
itu beliau juga mengharapkan bisa mengadirkan tokoh agama yang mampu memberikan
solusi atas permasalahan halal
haramnya tindakan imunisasi
pada anak. Di sesi
terakhir Pak Pri
mengharapkan agar warga yang mengalami ODGJ, HIV/AIDS dan penderita disabilitas bisa terkaver dalam program JKN
melalui TKSK dengan sumber dana dari APBD.
Pada
kesempatan baik ini, Koordinator PKB Playen, Edy Pranoto menanggapi dari
paparan Sekretaris
Dinas Kesehatan Gunungkidul mengharapkan agar
kasus satu warga dari dusun Jamburejo Desa
Bandung, atas nama bapak Marsudi sebagai KK Pra-sejahtera yang belum memiliki jamban, dengan kondisi rumah dari
dinding gedeg, kamar
yang tidak layak huni, bahwa
yang bersangkutan belum memilki kartu Jaminan Kesehatan dan tidak mendapatkan
program PKH, supaya bisa dibantu secara gotong-royong sehingga yang
bersangkutan bisa terkaver
dalam program pengentasan kemiskinan dari pemerintah.
Giliran
berikutnya
adalah Ustadz
Ahsan
Jihadan yang menyampaikan
paparannya terkait dengan permaslahan imunisasi. Menurut beliau bahwa perkara
imunisasi itu dalam wilayah ijtihad. Suatu ijtihad adalah hasil dari buah pikir tetap akan memperoleh pahala, terlepas
apakah itu benar atau salah dalam pandangan Allah. Yang penting ijtihad itu dilakukan sesuai
prosedur ilmiah, dengan
ikhlas
untuk mencari ridho Allah SWT, serta usaha untuk mencari yang terbaik di antara dua pilihan yang
dilematis. Jadi imunisasi itu bagian dari usaha untuk mencari kebaikan demi
perbaikan atau menjaga generasi yang akan datang, sebagai implementasi dari
Quran Surat
Annisa’[4]: 9.(*) [Edy Pranoto, direktur BPKB Playen]
0 Comments