Dari Sosialisasi Materi dan Media KIE Pro-PN di Kapanewon Patuk; "Pentingnya Peran Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak"

Kontributor: Drs Jumadal, Patuk

Kamis (16/7) bertempat di Balai Desa Terbah telah diadakan “Sosialisasi Materi dan Media KIE Pro-PN” oleh Perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara dibuka oleh Panewu Kapanewon Patuk, R Haryo Ambar Suwardi SH, MSi. 

Ir Lidwina Daru Andani sedang memimpin
permainan Ular Tangga BKB Emas
Dalam sambutannya, Panewu mengatakan bahwa ada dua kalurahan di kapanewon Patuk yang menjadi lokus stunting, yaitu Kalurahan Terbah dan Salam. Dua kalurahan tersebut menjadi bagian dari 10 lokus stunting di Kabupaten Gunungkidul yang sekarang ini sedang gencar untuk dilakukan pembinaan secara intensif oleh berbagai pihak yang terkait. 

Acara tersebt diikuti oleh 55 peserta dari unsur bumil, ibu baduta, dan kader BKB se-Kalurahan Terbah serta dibagi dalam dua ruangan sesuai protokol kesehatan. Ruangan yang pertama yaitu di pendopo Kalurahan Terbah, sedangkan ruangan yang kedua berada di lokasi SD yang jaraknya 50 meter dari balai Kalurahan Terbah.
Tips Menjadi Orangtua Hebat
Pemaparan materi yang pertama dilakukan oleh Dra Dwi Iswantini, Kabid Dalduk dan KB dari DP3AKBPMD Kabupaten Gunungkidul dengan judul “Menjadi Orangtua hebat”. Dalam mengawali paparannya Dwi mengatakan bahwa menjadi orangtua hebat dalam mengasuh anak, sudah barang tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam mengasuh anak tidak harus berpendidikan tinggi. Orang yang berpendidikan rendah, bahkan yang tidak bersekolah pun memiliki peluang yang sama untuk menjadi orangtua hebat. Tergantung pada niat dan bagaimana mereka mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin, sehingga ayah dan ibu sebagai orangtua dapat bersama-sama mengasuh dan mendidik anak secara sungguh-sungguh dengan memperhatikan kaidah dan pedoman dalam pengasuhan anak yang berlaku.

Dwi menekankan, bahwa ada banyak upaya yang harus dilakukan orangtua agar menjadi orangtua hebat dalam mengasuh anak yang antara lain adalah:

Pertama, orangtua harus benar-benar mempersiapkan diri sebagai pengasuh anak yang baik. Setidaknya harus tahu apa yang harus dilakukan selama mengasuh anak, mampu menumbuh kembangkan harapan anak, senantiasa memberikan saran dan nasehat yang positif pada anak, membentuk lingkungan yang kondusif, melakukan pembiasaan yang baik pada anak dan pengulangan selama diperlukan serta memberikan hadiah berupa pujian disaat anak berhasil melakukan hal-hal yang baik dan memberikan hukuman bila anak melanggar aturan yang disepakati.

Kedua, orangtua harus memiliki konsep diri yang positif, artinya mampu memandang dirinya secara positif. Orangtua harus percaya diri bahwa mereka mampu mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Kepercayaan pada diri sendiri ini penting untuk menumbuhkan keyakinan bahwa orangtua akan berhasil dalam menjalankan tugas-tugas mengasuh anak sehingga apa yang menjadi harapannya dapat tercapai.

Ketiga, orangtua dalam hal ini ayah dan ibu harus berbagi peran dalam pengasuhan anak sesuai dengan porsinya masing-masing. Ayah dengan segala “ketegasan” sikapnya dapat mendidik anak agar dapat lebih mandiri dan memiliki keteguhan dalam pendirian dan tindakan serta tetap tegar ketika menghadapi tantangan dan hambatan. Sementara ibu dengan segala “kelembutan” hatinya dapat menanamkan jiwa sosial dan rasa kemanusiaannya. Juga menanamkan sikap saling menghormati, menghargai dan berperilaku yang mendasarkan pada norma agama dan budaya yang dianut.

Keempat, orangtua harus mampu menjaga anak dari pengaruh buruk media. Hal ini mengingat, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, telah menyebabkan media cetak dan elektronik berkembang pesat sehingga semua informasi dapat diakses oleh anak dengan leluasa. Persoalannya banyak informasi yang belum saatnya diketahui anak atau memang tidak layak dikonsumsi oleh anak. Di sinilah pentingnya peran orangtua sebagai pengendali atau filter yang efektif agar pengaruh media tidak berdampak buruk pada pola pikir, sikap dan perilaku anak.


Window of OpportunityPemaparan materi yang kedua disampaikan oleh Yusuf Prasetyo, SPsi, MSc, Kasubbid Kerjasama Pendidikan Kependudukan Perwakilan BKKBN DI Yogyakarta dengan judul “Pengasuhan 1000 HPK bagi kader BKB”. Menurut Yusuf Prasetyo, pemberdayaan keluarga terhadap pengasuhan keluarga yang benar dalam 1000 HPK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga terhadap sadar gizi dengan menerapkan prinsip gizi seimbang dan memberikan stimulai yang tepat baik saat kehamilan sampai anak berusia 2 tahun. 

Pengasuhan yang benar, kata Yusuf, bisa membentuk kualitas seorang anak yang dapat dinilai dari proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang adalah proses yang sangat penting yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, dalam Gerakan 1000 HPK, pengasuhan sebagai faktor “nurture” atau pemeliharaan pengasuhan menjadi sangat penting

Lebih lanjut Yusuf Prasetyo mengatakan bahwa pengasuhan 1000 HPK disebut sebagai window of opportunity (jendela peluang) karena pada periode tersebut anak memiliki peluang untuk menyerap berbagai pengetahuan dan kemampuan melalui pengalamannya dengan mudah. Tidak optimalnya pemberian stimulasi pada periode 1000 HPK berdampak pada terhambatnya kemampuan otak untuk menangkap dan mengolah informasi secara tepat di masa selanjutnya. Gizi dan pengasuhan yg baik pada periode ini akan menghasilkan SDM berkualitas, karena pertumbuhan linier optimal (tidak stunting), perkembangan kognitif optimal (cerdas) dan risiko terjadinya penyakit tidak menular lebih rendah

Pentingnya Peran AyahPemateri yang ketiga adalah Fanny Fauzy H, MPsi, dengan judul, “Peran Ayah dalam Pengasuhan”. Dengan bahasanya yang kocak, dikatakan Fanny bahwa peran ayah dalam pengasuhan sangat penting untuk tumbuh kembang anak sampai dia dewasa nanti. Ayah dan ibu pun memiliki peranan yang sama dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak supaya optimal. Tidak ada lagi pemisahan bahwa ayah hanya bertugas mencari nafkah, sementara urusan anak sepenuhnya tanggung jawab seorang ibu.

Apabila pandangan tersebut sampai saat ini masih diterapkan, maka seorang anak akan kehilangan figur dari sosok ayah. Karena peran seorang ayah dalam kehidupan anak sangat berarti, terutama untuk membangun kecerdasan emosional, meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dan untuk memberi motivasi anak di kemudian hari.

Antara ayah pada zaman dulu dengan ayah pada zaman sekarang jelas berbeda. Dulu ayah hanya bekerja, sedangkan ibu di rumah dan anak tugasnya sekolah. Namun pada zaman milenial ini, ayah dan ibu bekerja dan ayah bisa bekerja di rumah karena perkembangan teknologi, sehingga ayah dapat membantu memberikan perhatian kepada anaknya. Dengan demikian, anak akan merasa nyaman dan mampu menjadi sosok anak yang memiliki dua figur, yakni dari seorang ayah dan ibu. 

Peran ayah dalam pengasuhan anak adalah terutama teladan. Menjadi teladan dalam segala hal dan pembiasaan perilaku baik tentu menjadi peran ayah dalam pengasuhan. Ayah dan ibu bersama-sama menjadi panutan dan contoh bagi anak. Ayah dan ibu menjadi teladan dalam pelaksanaan dan pemahaman makna beribadah, bersikap jujur, saling menghargai, senang belajar dan perilaku baik lainnya.

Yang tak kalah penting, kata Fanny, adalah tanggung jawab, yang dapat diartikan sebagai kewajiban menanggung segala sesuatu untuk menjamin kesejahteraan anak. Secara umum, peran tanggung jawab inilah yang dilihat sebagai peran utama ayah, yaitu mencari nafkah. Selain tanggungjawab, seorang ayah juga harus terlibat aktif dalam mendidik anak, Anak membutuhkan orang tua yang bekerja sama mengasuh dirinya. Kerjasama ayah dan ibu dalam merawat, bermain, mengobrol dan dalam aktivitas anak lainnya akan menjadi pengalaman baik dan contoh penting untuk anak. Sorang ayah juga harus bisa hadir dalam pengasuhan anak. Kehadiran ayah secara fisik dan psikologis penting untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak.

Lebih lanjut Fanny menjelaskan peran ayah dalam pengasuhan 1000 HPK antara lain adalah mengajak ibu yang sedang hamil untuk memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama kehamilannya, agar dapat diketahui kondisi kehamilan serta kemungkinan timbulnya gangguan yang dapat dideteksi dan ditangani sejak dini. Di samping itu peran ayah adalah memastikan bahwa ibu yang sedang hamil mendapatkan asupan protein hewani yang cukup, di samping zat gizi yang lainnya, seperti karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, sehingga ibu yang hamil harus cukup mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah, bahkan porsinya dua kali lipat apabila dibandingkan dengan ketika tidak sedang hamil. Ibu hamil harus juga cukup air minum, yang bersih, sehat dan bebas dari bahan/bahan dan mikro organisme berbahaya. Oleh karena itu, ayah harus senantiasa mengecek kecukupan ketersediaan bahan pangan yang ada di rumah, dan membantu ibu dalam pengelolaan sumber daya keluarga untuk kecukupan zat gizi.

Ular Tangga BKB Emas
Penyajian materi yang ke empat disampaikan oleh Ir Lidwina Daru Andani, Kasubbid BKB Anak dan Ketahanan Keluarga Lansia Perwakilan BKKBN DI Yogyakarta. Tidak seperti yang didepan bahwa penyajian materi yang keempat ini adalah dengan cara melakukan simulasi atau permainan ular tangga BKB Emas. Dengan gaya dan metode yang spesifik Daru Andani membeberkan aturan permainan ular tangga BKB Emas. 

Dikatakan Daru bahwa permainan dilakukan oleh minimal 4 orang/kelompok, yang menjadi pion adalah peserta yang ikut bermain dan berdiri dalam area ulartangga. Pion diharapkan melepaskan alas kaki (sandal, sepatu). Jika satu kelompok terdiri lebih dari satu orang, maka yang melempar dadu adalah peserta yang berada di luar area permainan ulartangga. Dadu harus dilempar ke atas kepala sambil diputar. Langkah pertama pion dimulai dari kotak “Ayo ke BKB” atau kotak nomor 1. Pion akan melangkah sesuai dengan angka dadu yang muncul.

Bila angka dadu yang muncul adalah angka enam, maka kelompoknya boleh melempar dadu kembali. Bila pion berhenti di kotak ujung bawah tangga maka pion akan naik ke kotak ujung atas tangga. Tangga menggambarkan perilaku pengasuhan baik yang berdampak positif. Demikian ujar Lidwina Daru Andani sambil mengaplikasikan dalam permainan ular tangga BKB Kemas dan langsung mempraktekkannya dengan penuh semangat di depan para keder BKB Desa Terbah Kapanewon Patuk. Sementara itu peserta juga antusias mengikuti simulasi ular tangga tersebut dengan penuh semangat, sehingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 13.00 WIB.

Acara Sosialisasi Materi dan Media KIE Pro-PN diakhiri pada jam 13.00 WIB dan ditutup dengan doa bersama.(*) 




0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine