Widya Nur Santi: "Syarat MOW adalah Sukarela, Bahagia, dan Sehat!"

Hari Jumat (21/02), bertempat di Balai Penyuluhan Keluarga Berencana Kecamatan Patuk telah dilaksanakan Sosialisasi KB MKJP, Promosi, Konseling dan Pelayanan KB dengan peserta PPKBD dan pengurus PKK. Acara diawali dengan doa bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars KB serta penyajian materi. Bertindak sebagai nara sumber dalam acara tersebut adalah Widya Nur Santi, AMd Keb, bidan dari Puskesmas Patuk I dan Drs Anggoro Triatmojo, Koordinator PKB Kecamatan Patuk.

Pemaparan materi yang pertama disampaikan oleh Widya Nur Santi dengan judul, KB MKJP. Dikatakan bahwa alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi mantap. Alat tersebut sangat efektif dan efisien karena untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari tiga tahun atau sudah tidak ingin tambah anak lagi. 


Lebih lanjut Widya Nur Santi memaparkan secara detail tentang keunggulan alat kontrasepsi jangka panjang terutama kontrasepsi mantap yaitu MOW dan MOP. Sebap pencapaian peserta KB baru MOW dan MOP di Kecamatan Patuk pada tahun 2019 masih tergolong rendah yaitu ada 6 peserta KB baru MOW dan 1 peserta KB baru MOP. Sangat ironis, karena dalam waktu kurun satu tahun kita hanya mampu memperoleh satu akseptor KB baru dengan metode MOP. Semoga tahun 2020 ini kita bisa memperoleh peserta KB MOP yang lebih banyak lagi. Demikian dikatakannya sambari memberikan semangat kepada para kader dalam mencari akseptor KB baru.

MOW (Medis Operatif Wanita) atau juga dapat disebut dengan sterilisasi merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun. MOW atau tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.

Mengenai syarat dilakukan MOW cuma dua, yaitu sukarela, bahagia, dan sehat. Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan suami isteri tentang cara kontrasepsi lain, risiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini. Sedangkan syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun.

Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita juga harus dapat memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan, dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil. 

Keuntungan KB tubektomi yaitu sangat efektif dan permanen, dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak mempengaruhi proses menyusui, pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anestesi lokal serta tidak menggangu hubungan seksual

Selanjutnya tentang MOP (Medis Operatif Pria) atau vasektomi. MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan operasi kecil sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi. Keuntungan vasektomi (MOP) yaitu bahwa ia sangat efektif dan permanen, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, dapat mencegah kehamilan lebih dari 99% dan tidak menggangu hubungan seksual serta tindakan bedah yang aman dan sederhana.

Pemaparan materi yang kedua disampaikan oleh Drs Anggoro Triatmojo dengan judul KB MKJP Efektif dalam Pengendalian Penduduk. Dalam mengawali pemaparannya, Anggoro mengatakan bahwa pengguna alat kontrasepsi cukup tinggi, namun peserta yang didominasi oleh perempuan tersebut belum dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup untuk membuat keputusan ber-KB berdasarkan MKJP. Berdasarkan laporan statistik rutin BKKBN tercatat penggunaan MKJP secara absolut alami kecenderungan menurun. Tahun 2017 yang menggunakan MKJP 17.787, tahun 2018 meningkat menjadi 18.342, dan tahun 2019 turun lagi menjadi 17.260. 

Rendahnya penggunaan MKJP ini, kata Anggoro, menjadi salah satu penyebab angka kelahiran stagnan (mandeg), hal ini berangkat dari kondisi mayoritas peserta KB modern didominasi pengguna alokon jangka pendek (non MKJP). Pemakaian MKJP memiliki keuntungan yang banyak sekali antara lain adalah dari sisi program maupun dari sisi klien (pemakai). Di samping percepat penurunan TFR, juga lebih efisien (dapat dipakai lama), lebih aman dan efektif. Penggunaan MKJP sangat tepat digunakan pada kondisi krisis yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia terutama masyarakat tergolong kurang mampu.

Sebelum acara sosialisasi MKJP ditutup, Anggoro Triatmojo menyarankan agar sepulang dari kegiatan hari ini para peserta bisa menyebarluaskan informasi ini kepada masyarakat yang berada disekitar tempat tinggalnya masing-masing agar supaya masyarakat memahami tentang KB MKJP. Kemudian acara di akhiri dengan doa bersama.(*) [Drs Jumadal, PKB Kecamatan Patuk]

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine